Tidak pernah terbersit dibenaknya untuk menikah dalam waktu dekat, Namun karena kebodohan sang adik, yang ingin dirinya cepat menikah, Membuatnya terpaksa harus menikahi laki-laki yang bertubuh gemuk, berjenggot juga berkumis dan satu lagi berkacamata tebal.
"Apa ini karma?" ucap Julya saat dirinya melihat pantulan wajahnya dicermin, dengan riasan khas pengantin wanita.
"Iya benar ini karma bagiku, yang sering menyakiti hati pria." ucapnya lagi yang sadar sudah menolak banyak pria, yang datang melamarnya.
"Dan sepertinya kamu yang paling sakit hati. Riski. Maaf."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Diah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alasan di balik kebahagiaan mamah Ratih
Julya meraung di ruang tamu, seperti seorang berita yang tengah tantrum, mengumpati Radit, sang mamah juga sang adik yang yang menjadi penyebab dirinya harus terjebak dalam cinta bos gendutnya.
Julya yang kebetulan sudah lelah menangis juga berteriak, kini mulai merapihkan penampilannya dan langsung pergi menuju dapur karena ingin mempertanyakan keberadaan Junny.
"Mah?"
"Hem, sudah selesai jadi orang gilanya?" ucap Mamah Ratih tanpa menoleh kearah Julya. karena sibuk membersihkan bahan makanan yang akan dia buat bersama pembantuya, juga para tetangga yang dia undang untuk membantu memasak.
"Mamah kok gitu, sih." kesal Julya yang entah mengapa sikapnya jadi seperti anak remaja yang dipaksa nikah.
"Ya habis kamu, berteriak dan menangis persis orang gila, kamu tahu kalau di pikir-pikir kamu yang lebih mirip orang gila, bukan calon suami mu, dia mah normal memanfaatkan keadaan agar bisa menikahi wanita sepertimu." ucap Mamah Ratih yang masih saja membela Radit.
"Mamah, aku yang anak Mamah bukan Bos gendut itu."
"Iya tahu, lagi pula siapa yang bilang jika Bosmu yang anak Mamah." ucap Mamah Ratih sambil melihat kearah Julya. karena sudah selesai dengan cuci mencuci bahan makanan.
"Ah iya benar juga" batin Julya dan setelahnya Julya langsung bertanya pada inti permasalahan, kenapa dia menghampiri sang mamah di dapur.
"Mah Junny mana?"
"Dia kekantor polisi,"
"Ngapain?" tanya Julya yang tidak tahu jika Keluarganya sudah tahu tentang Coky yang sudah mendekam dipenjara.
"Jenguk pacarnyalah, kamu pasti sudah tahu bukan, jika si Coky itu yang mau meras bos kamu?" dan tanpa bicara Julya menjawab pertanyaan sang mamah dengan anggukan.
"Tadi setelah kamu berangkat kerja, keluarga Coky lebih tepatnya mamahnya Coky, menelpon Junny jika Coky masuk penjara atas tuduhan pemerasan, dan kamu tahu tadinya mamah takut Junny ikut terseret, tapi nyatanya tidak." jelas Mamah ratih yang tahu pasti Julya penasaran dari mana mereka tahu tentang Coky.
"Iya, dan aku yang jadi tumbalnya." balas Julya dengan ekspresi kesalnya.
"Maafin adik kamu ya Jul?" ucap Mamah Ratih yang terdengar merasa bersalah atas sikap sang adik padanya tapi itu hanya sepersekian detik karena di detik berikutnya sang mamah kembali ceria, dengan berkata "Tapi mamah juga bersyukur karena kelakuan bodoh adikmu, kamu akhirnya menikah. Julya sayang..."
"Heran, kenapa mamah sesenang ini, ?" ucap Julya didepan sang mamah, tidak sedang mengumpati sang mamah.
"Tentu senang, karena kamu tidak akan dilangkahi Junny, dan satu lagi kamu tidak akan jadi perawan tua. yang tidak mau menikah, dengan alasan mementingkan karir."
"Hanya itu?" tanya Julya tidak habis pikir dengan alasan sang mamah yang teramat senang, saat dua bilang akan dinikahi Radit.
"Dengar! menikah itu harus menurut mamah, karena nanti saat kita tua ada yang menemani, coba bayangkan kamu yang sudah tua tidak punya suami juga anak, sementara kami sudah tiada dan adikmu sibuk dengan keluarganya, akan seperti apa hari-harimu kelak, sepi, sendirian kehidupan yang membosankan, menjalani hari hanya untuk menunggu ajal menjemput."
Julya terdiam, karena berpikir apa ini yang sebenarnya di khawatirkan kedua orangtuanya? jika ya. Pantas saja mereka sangat berusaha mencarikannya pasangan hidup, dan saat mendengar jika dia akan menikah, senangnya luar biasa, seolah beban berat yang mereka pukul selama ini hilang begitu saja.
"Mah" panggil Julya yang tiba-tiba saja terdengar akan menangis.
"Apa lagi? apa belum cukup tadi kamu menangis?" ucap Mamh Ratih yang berpikir jika Julya ingin meratapi nasibnya seperti tadi.
"Bukan mah,"
"Lalu kenapa?"
"Terimakasih." ucap Jilya yang kini langsung memeluk sang mamah, sambil meneteskan air mata bahagia, karena dikhawatirkan sang mamah sampai dia menua nanti.
"Hei ada apa?" ucap Mamah Ratih yang ikut berkaca-kaca dan orang-orang yang ada di area dapur pun ikut berkaca-kaca, seolah Mengerti apa yang dirasakan Julya.
"Terimakasih, sudah menghawatirkan Julya sampai sejauh itu, Julya tidak tahu jika kasih sayang kalian sebesar itu, sampai memikirkan nasib Julya hingga tua."
"Sama-sama sayang, maaf jika selama ini kami terkesan memaksa, tapi semua yang kami lakukan demi masadepanmu, Kami tidak ingin kelak kamu hidup sendirian, dan alasan kami tidak mengijinkan Junny menikah lebih dulu, karena kami sering melihat jika seorang wanita didahului menikah oleh sesama wanita, biasanya sikakak yang didahului, akan sulit untuk menikah, bahkan ada yang masih bersetatus gadis sampai tua, dan mamah tidak mau itu terjadi sama kamu."
"Ya aku mengerti, Terimakasih." ucap Julya yang semakin mengeratlan pelukannya.
ceritanya bagus
mampir kenovelku juga jika berkenan/Smile//Pray/
maaf, ya. keknya aku terlalu ikut campur sama dialog kamu🙏