Gadis suci harus ternoda karena suatu keadaan yang membuat dia rela melakukan hal tersebut. Dia butuh dukungan dan perhatian orang sekitarnya sehingga melakukan hal diluar batas.
Penasaran dengan ceritanya, simak dan baca novel Hani_Hany, dukung terus yaa jangan lupa like! ♡♡♡♤♤♤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3
Flashback On
"Pak maaf, aku mau mundur dari hubungan yang tidak jelas ini." ucap Diana lembut supaya diterima oleh pak Wijaya.
"Kenapa Diana? Aku sayang kok sama kamu. Kamu mau apa biar bapak belikan ya?" bujuk pak Wijaya.
"Aku takut pak. Aku sudah banyak dosa! Aku malu sama diriku sendiri, malu sama Tuhan, malu sama keluarga, teman dan para tetangga pak." ucap Diana memelas.
"Gak akan tahu Diana. Mereka gak akan ada yang tau jika kamu diam! Kamu mau saya laporkan karena kamu sudah memeras saya?" ancam pak Wijaya.
"Saya memeras bapak? Apa tidak salah! Kan bapak yang selalu memberi uang juga perhiasan ke saya. Kenapa sekarang jadi saya yang dituduh memeras! Justru bapak yang sudah merusak saya! Saya sudah ternodai karena bapak." ucap Diana sambil menangis karena sudah tidak tahan lagi. "Saya salah pak, saya salah karena sudah menerima semua uang bapak, ini saya kembalikan." ucap Diana dengan menyodorkan buku rekening, perhiasan dikotak, dan juga hp yang diberikan pak Wijaya. "Permisi." lalu Diana bangkit meninggalkan Pak Wijaya sendiri.
"Diana." panggilnya. "Diana tunggu!" hendak mengejar tapi ada pelayan restoran yang mengingatkan bahwa pesanan belum dibayar.
"Ini." pak Wijaya menyodorkan uang 100rb lalu pergi dan membawa barang² uang telah dikembalikan oleh Diana.
"Diana, kenapa kamu keras kepala sih?" batin Pak Wijaya setelah berada dalam mobilnya. "Bagaimana caranya supaya aku bisa mengembalikan barang ini." batinnya lagi.
***
Beberapa minggu kemudian pak Wijaya punya ide untuk mengembalikan barang milik Diana yang sudah diberikan oleh pak Wijaya. Saat ini Diana masuk kelas XI SMK.
"Sumi, tolong aku!" ujar Pak Wijaya pada Sumi seorang janda yang merupakan tetangga Diana.
"Tolong apa pak Bos. Tapi ada imbalannya ya!" ucapnya senang.
"Beres. Ini 500rb buat kamu! Tolong pertemukan saya dengan Diana tetangga kamu."
"Ha? Diana anak kecil itu! Dia kan masih sekolah pak Bos."
"Iya yang itu. Tidak masalah masih sekolah!"
"Baiklah pak Bos." ucap Sumi lalu menerima uang 500rb dengan senang. "Nanti saya kabari kalau sudah ada waktu untuk ketemu Diana." ucapnya lagi.
"Ok. Saya pulang!" pamit Wijaya. Dia rela datang ke rumah bu Sumi untuk bertamu demi membujuk Diana, dia tidak bisa hubungi Diana karena hpnya ada padanya.
"Semoga dengan cara ini saya berhasil membujuknya." batin Wijaya.
***
"Ayah dari mana?" tanya Zain ketika pak Wijaya sampai di rumah.
"Ada urusan. Kamu tumben dirumah, biasanya nongkrong sama teman." ucap pak Wijaya.
"Yah. Boleh gak kalau aku pindah ke Makassar bersama kakak?!" pintanya.
"Kenapa?" tanya ayahnya.
"Bosan disini ayah. Mau cari suasana baru." jawab Zain.
"Iya terserah kamu. Ibu kamu mengizinkan atau tidak?" tanyanya lagi.
"Kalau ayah izinkan pasti ibu izinkan ayah." ucapnya.
***
"Pak, saya sudah punya rencana dan sudah meminta Diana untuk menemani saya ke kota naik motor saya." ucap Sumi ketika alasan berbelanja ditoko pak Wijaya.
"Bagus bu. Jadi kapan saya bisa menemuinya?" tanyanya antusias. Mereka tidak dicurigai mengobrol karena seperti serius mengobrolkan pekerjaan atau hal² barang dagangan, kalau ada yang lewat mereka akan mengalihkan pembicaraan ke arah jual beli barang.
"Besok ya pak. Adakah tambahan bonus buat saya?" tanyanya.
"Besok kalau saya sudah ketemu Diana." jawab pak Wijaya lalu pergi. "Dasar Janda matre!" batin pak Wijaya.
***
"Kita mau kemana bude?" tanya Diana. Ya Bu Sumi suku Jawa makanya dipanggil bude.
"Ke kota pinggir pantai ya! Bude mau temui teman bude Dian." jawabnya. Diana mengangguk menjalankan motor bude Sumi dengan kecepatan sedang.
"Kamu lincah juga bawa motor Dian!" ucap bude Sumi.
"Iya bude. Pernah belajar sambil balap²." ucapnya sambil tersenyum.
"Tapi harus hati² Dian, bahaya kalau balap²." nasehatnya.
"Iya bude." jawab Diana singkat.
"Kita digazebo saja Dian. Nah disana enak sejuk Dian." ucap bude Sumi.
Mereka turun dari motor dan menunggu digazebo berdua. "Kamu haus Dian?" tanya bude Sumi. "Ini beli air disana." tunjuknya sambil memberikan uang 50rb.
"Iya bude." lalu berjalan menuju penjual es kelapa.
"Pak es Kelapanya dua." ucap Diana.
"Tunggu neng." ucap bapak penjual es kelapa. "Ini neng." ucapnya sambil memberikan es kelapa digelas plastik.
"Makasih pak." ucap Diana lalu pergi setelah membayar dan diberikan uang kembalian.
Setelah dekat dari gazebo Diana baru menyadari jika teman bude Sumi adalah pak Wijaya. Dia menghentikan langkah, mau berbalik sudah ketahuan kembali, mau lanjut ragu².
"Diana sini, teman bude sudah datang." ucap bude Sumi sambil melambaikan tangan ke arah Diana. Pak Wijaya tersenyum usil melihat Diana yang baru datang dengan membawa dua gelas es kelapa.
"Sini Diana, duduklah. Ini teman bude!" ucap Bude Sumi yang pura² tidak tau apapun, lalu mereka kenalan.
"Diana." sambil tertunduk.
"Wijaya." sambil tersenyum dan mereka menyebut nama mereka bersamaan.
"Saya tinggal ke toilet dulu pak. Diana temani dulu pak Wijaya ya! Permisi." ucap bude Sumi lalu pergi.
"Langsung pulang saja deh!" ya dia meninggalkan mereka bedua digazebo dan meninggalkan motornya.
"Diana maafkan saya. Kamu ambil ini ya! Ini barang milik kamu." ucap pak Wijaya lembut. "Ambillah." ucapnya lagi.
Mau tidak mau Diana mengambilnya karena dia juga butuh uang dan hp untuk komunikasi.
"Terima kasih tapi saya tidak mau semuanya berlanjut." ucap Diana. Pak Wijaya mendekat lalau memeluk Diana dari samping.
"Pak malu. Kenapa mesti peluk² sih?" ucapnya sambil mendorong pak Wijaya. Pak Wijaya memang baik, lembut, makanya Diana mudah terperdaya tapi dia menganggap pak Wijaya seperti orang tuanya.
Selesai masalah mereka menurut pak Wijaya karena sudah bisa baikan dengan Diana.
"Bude ke toilet kok lama ya?" gumam Diana pelan sambil minum es kelapanya.
"Bude mu gak bakal kesini. Dia sudah pulang!" ucap pak Wijaya santai.
"Ha? Kok bisa!" tanyanya heran sekaligus kaget.
"Iya. Motornya juga sudah gak ada."
"Iya ya." gumam Diana sambil celingukan. "Nanti saya pulang gimana ya?" tanya Diana.
"Nanti saya antar." jawabnya santai.
"Gak pak. Nanti ketahuan orang! Biar saya cari ojek saja."
"Gak perlu Diana. Nanti saya antar." paksanya. "Atau mau saya bawa ke Vila?" tanya pak Wijaya lagi. Diana bergidik ngeri membayangkannya.
"Aku mau pulang pak." rengek Diana.
"Iya nanti saya antar." ucapnya. Mereka melanjutkan minum es kelapa hingga habis dengan mengobrol ringan lalu pulang.
Flashback Off
......................
Bersambung ♡♡♡