Ayna Renata harus menelan pil pahit, tatkala pria yang dicintainya membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H, karena calon mempelai pria sudah menikahi wanita lain.
Tidak terima diperlakukan seperti itu, Ayna pun memutuskan harus tetap menikah juga di hari itu.
"Apa kamu mau menikah denganku?" Tunjuk Ayna pada seorang pria.
"Aku?" Pria yang tampak bingung itu menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, benar kamu! Pria yang berkemeja biru. Apa kamu mau menikah denganku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hai_Ayyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 - Pindah
Ayna terdiam saat melihat Alex berada di dapur. Wanita itu bingung mau berbicara apa. Sama seperti Ayna, Alex pun juga tampak bingung.
"Alex, sini kita sarapan bersama!" Bunda pun menjadi penengah kecanggungan keduanya.
"Sudah sana, kamu ambilkan piring untuk suamimu." Bisik Bunda menyenggol lengan Ayna. Putrinya pun mengangguk patuh.
"Ayah mana, Bun? apa sudah sarapan?" Tanya Alex berbasa basi.
"Tadi Ayah sudah sarapan, terus lanjut tidur lagi. Kalian sarapanlah, Bunda mau jemur baju dulu." Wanita paruh baya itu akan membiarkan keduanya.
Ayna menghela nafas, Bunda sepertinya sengaja meninggalkannya berdua dengan pria ini.
"I-ini." Ayna menyerahkan piring kosong pada suami barunya.
"Terima kasih." Jawab Alex menerima piring kosong tersebut.
"Ayna... kamu ambilkan sarapan untuk Alex!!!" Ternyata Bunda masih mengawasi keduanya.
Ayna mengambil kembali piring kosong tersebut dan mengisinya dengan masakan yang telah dibuat Bunda. Lalu ia juga menyodorkan teh hangat dalam gelas. Sepanjang melakukan itu tangannya terus gemetaran dan itu tidak lepas dari pandangan Alex.
'Apa dia takut padaku?'
"I-ini, si-silahkan dimakan." Ayna bergegas akan pergi, entah kenapa ia menjadi gugup dan kikuk sendiri.
"Mau ke mana? kamu tidak sarapan?" Tanya Alex sambil menahan tangan Ayna.
"Su-sudah, aku sudah sarapan tadi." Ucap Ayna cepat.
"Kalau begitu kamu temani aku makan!" Alex menarik Ayna, membuat wanita itu terpaksa duduk di kursi samping Alex.
Tak lama Alex makan dengan lahap, sambil melirik Ayna yang terus menerus menghembuskan nafas pelan. Istrinya itu juga meremas tangannya sendiri.
"Kita akan pindah dari sini, Ay."
"A-apa?" Ayna yang dari tadi terus membuang wajah dari Alex, mendadak mengalihkan pandangannya pada pria itu.
"Aku akan minta izin pada Ayah untuk membawamu tinggal bersamaku."
"Ta-tapi..."
###
Ayna yang sedang mencuci piring, sesekali menoleh melihat Ayah dan Alex yang tampak bicara sangat serius. Wanita itu sangat penasaran apa yang sedang mereka bahas. Apa perihal perpindahan?
Jujur saja Ayna tidak ingin tinggal dengan pria itu di apartemennya. Pria asing itu membuatnya tidak nyaman. Ayna menghapus air matanya, ia merasa menyesal menikah dengan Alex. Ia meruntuki dirinya yang berambisi untuk menikah semalam.
"Baiklah, Ayah akan izinkan Ayna tinggal bersama kamu. Tolong kamu jaga dia dan jangan membuatnya menangis. Atau kamu juga bisa mengembalikan Ayna pada Ayah!" Pria paruh baya itu mencekam pundak Alex cukup kuat.
"Baik, Yah." Alex mengangguk patuh.
Ayah memberikan Alex wejangan yang lebih mirip seperti ancaman baginya. Yang intinya, jika berani menyakiti putrinya maka Alex akan berhadapan dengan Ayahnya.
###
"Ayah, Bunda..." Ayna memeluk keduanya air matanya berjatuhan. Ia harus pamitan pada mereka untuk tinggal bersama suami dadakannya itu.
"Kamu sering-sering kemari, kami juga akan sering kesana." Bunda juga memeluk Ayna. Ikut sedih melepas kepergian sang putri.
Padahal saat rencana pernikahan dengan Arga dulu, Ayna sudah mengatakan akan tinggal bersama Arga dan Bunda mengizinkannya. Tapi sekarang Bunda sangat tidak ikhlas melepaskan Ayna pada pria asing itu. Bunda takut jika Alex melakukan KDRT dengan putrinya.
"Kamu patuh sama Alex. Ayah yakin dia pria baik. Ia pasti akan membuat kamu bahagia." Kini gantian Ayah yang memeluk Ayna. Dari sorot mata Alex, Ayah paham jika pria itu menyukai putrinya. Ia sangat berharap agar mereka berdua dapat saling mencintai.
Alex juga pamitan pada kedua orang tua Ayna, yang kini sudah menjadi orang tuanya.
Pria itu lalu menggeret koper Ayna masuk ke dalam bagasi taksi.
Ayna pun berpamitan dan masuk ke dalam taksi diikuti Alex. Ayna melambaikan tangan saat perlahan taksi mulai melaju.
Selama perjalanan keduanya duduk bersebelahan dalam diam. Alex melihat Ayna yang menatap sisi kanannya terus. Tangan Alex pun terulur menggapai kepala Ayna, ia sandarkan pada pundaknya.
"Tidurlah, nanti aku akan membangunkanmu." Alex mengelus kepala Ayna lembut. Perlahan mata wanita itu mulai terpejam.
20 menit berlalu, Taksi berhenti di depan lobi sebuah apartemen.
"Sayang... ayo, bangun. Kita sudah sampai." Alex mengelus pipi Ayna, membuat wanita cantik itu terbangun.
Alex menggenggam tangan Ayna berjalan memasuki lift yang akan membawa mereka menuju unit apartemennya.
"Ini tempat tinggal kita." Ucap Alex saat mereka sudah masuk.
Ayna terperanjat melihat dalam apartemen itu yang sangat besar. Lebih besar dari rumahnya. Dan perabotannya semua yang super mewah.
'Apa dia milyader?'
"Ini kamar-" Alex menjeda ucapannya menatap Ayna. "Ini kamar kita." Lanjutnya kemudian.
Glek
Ayna menelan salivanya mendengar kamar kita. Berarti kamar ia dan pria itu. Setiap malam ia akan tidur dengan pria itu.
"A-aku mau ke kamar mandi." Ucap Ayna yang mulai merasa tubuhnya gemetaran.
"Itu-" Saat Alex menunjuk kamar mandi, Ayna langsung berlalu pergi.
Alex menunggu di depan pintu kamar mandi. Sudah lebih dari 10 menit istrinya di dalam. Tak ada terdengar suara apapun, membuat pria itu jadi khawatir.
Sementara Ayna di dalam kamar mandi menatap dirinya dalam pantulan cermin. Ia perlahan menghapus air mata yang mulai berjatuhan.
'Apa aku minta cerai saja?' Batin Ayna merasa pernikahan mereka ini tidaklah benar dan sangat menyiksanya.
"Sayang..."
Ayna tersentak mendengar suara Alex. Ia pun membasuh wajah dengan air, agar Alex tidak tahu bahwa ia menangis.
"Kamu ngapain? kenapa lama?" Tanya Alex menatap mata yang merah itu.
"A-aku mau bongkar koperku." Ayna berniat membereskan kopernya.
"Nanti-nanti saja. Ayo, kita tidur siang." Alex membawa Ayna ke tempat tidur empuknya.
Ayna masih diam berdiri melihat Alex yang sudah berbaring di sana.
"Ayo sini!" Alex menepuk-nepuk sampingnya, menyuruh Ayna untuk mendekat.
"I-itu.."
Alex tidak mau mendengar alasan lagi, ia menarik tangan Ayna, membuat wanita itu terpaksa naik ke tempat tidur juga.
Dengkuran halus mulai terdengar di telinga Ayna. Saat ini Alex sudah tidur sambil memeluk tubuhnya. Tangan Alex satunya lagi menjadi bantal wanita itu.
Ayna membelakangi Alex. Rasa tidak nyaman dan canggung bercampur jadi satu.
Dengan perlahan Ayna merogoh saku celana untuk mengambil ponsel. Ia mengaktifkan ponselnya karena semalam sempat ia non aktifkan.
Panggilan dan chat-an mulai bermasukan di ponsel Ayna.
Banyak panggilan dari rekan kerja, tetangga dan orang dikenalnya. Mungkin mereka pada kepo ingin tahu kenapa suaminya mendadak berubah.
Ayna juga membuka chat-an. Banyak yang mengirimi pesan bahkan membahas suami dadakannya di group.
Dari sekian banyaknya chat yang masuk, Ayna tidak menerima lagi chat dari Arga.
Ayna menghela nafas, jarinya menekan galeri foto. Ia membuka satu folder bertulisan With My love.
Air mata itu kembali berjatuhan saat melihat foto-foto kenangan mereka. Menjalin hubungan 5 tahun tidaklah sebentar. Banyak hal yang sudah mereka lewati bersama.
"Kamu ngapain?"
.
.
.