Mimpi yang terus terulang membwa Leora pergi ke dimensi berbeda serta merubah kehidupannya.
Dia yang hanya seorang pemilik toko kecil di pusat kota justru di sebut sebagai ELETTRA (Cahaya) di dimensi lain dan meminta bantuannya untuk melenyapkan kegelapan.
Secara kebetulan, begitulah menurutnya. dirinya pergi ke dimensi berbeda bersama Aron yang menjadi sahabatnya melalui mimpi, namun siapa sangka persahabatnnya bersama Aron justru membawa dirinya pada situasi yang tidak biasa.
Sihir yang semula hanya dia tahu melalui buku secara ajaib bisa dia lakukan.
Dan ketika cinta bersemi di hatinya serta tugas melenyapkan kegelapan telah selesai, apa yang akan dia lakukan?
Akankah dia kembali ke dimensi aslinya atau akan tetap bersama pria yang dia cintai?
Ikuti kisahnya.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. LD 25
Mereka masuk ke dalam ruangan terpisah setelah menyelesaikan makan malam untuk mengistirahatkan tubuh mereka. Namun, wanita itu justru duduk di samping tempat tidur yang terbuat dari batu, memejamkan mata dan memanggil seseorang,
[[ "Xavier,,, Apakah kau mendengarku?"
"Saya, Nona?" suara Xavier terdengar dalam benak Leora.
"Apakah terjadi sesuatu sebelum aku tiba di sini?" tanya Leora.
"Sejauh ini, tidak ada, Nona," jawab Xavier.
"Bisakah kamu memberikan jawaban tanpa kebohongan?" pinta Leora.
"Uhmm,,, itu,,, saya,,,"
"Katakan yang sebenarnya!" tegas Leora.
"Baik,"
"Beberapa hari lalu, seorang gadis berusia dua belas tahun berhasil di bawa Erebus. Maafkan saya kerena gagal menyelamatkan gadis itu, Nona," sesal Xavier.
"Gadis?" ulang Leora tak percaya.u
"Adakah kemungkinan untuk menolong gadis itu sekarang?" harap Leora.
"Maaf, Nona. Tetapi, itu hal yang tidak mungkin," jawab Xavier.
Leora mendesah panjang, meski ia sudah tahu jawaban apa yang akan ia dengar, namun mendengar secara langsung membuat ia bertekad untuk melakukan apa saja untuk membantu.
"Lalu, bagaimana dengan keluarganya?" Leora bertanya lagi.
"Kita bisa menemuinya dalam beberapa hari kedepan, Nona. Tujuan pertama kita adalah desa di mana orang tua dari gadis itu berada," jawab Xavier.
"Baiklah," ]]
# Percakapan Leora dan Xavier berakhir...#
Wanita itu membaringkan tubuhnya perlahan, merasakan batu yang ia gunakan untuk berbaring justru terasa nyaman hingga membuat wanita itu terlelap dalam waktu singkat.
.
.
.
Srukk,,,,
Leora jatuh terduduk dengan keringat mengucur deras membasahi wajah serta sekujur tubuhnya, napasnya tersengal dengan satu tangan terangkat sembari mengibaskannya.
"Aku,,,, tidak sanggup,,,, berlari lagi,,," ujar Leora tersengal.
"Ini penyiksaan,,,"
"Kau,,, memintaku berlari,,,, pagi-pagi sekali,,," gerutu Leora.
"Jika kamu protes lagi, aku akan menambah jumlah putarannya," sahut Aron tanpa beban.
"Lanjutkan larimu!" perintahnya.
Leora sedikit mendongak, menatap wajah pria yang tengah berdiri bersandar pada pohon dengan kedua tangan terlipat tanpa ada niat sedikitpun untuk membantu, lalu meremas kesal rumput yang ada di bawah telapak tangannya.
"Awas saja," gerundel Leora.
"Kamu mengatakan sesuatu, Lea?" tanya Aron.
"Ya, kau tampan tapi menyebalkan," jawab Leora asal.
Wanita itu kembali berdiri dengan susah payah, lalu kembali berlari melewati Aron yang masih mematung di tempatnya berdiri.
'Kenapa sekarang setiap kalimat yang dia ucapkan selalu bisa mengganggu pikiranku.' batin Aron sembari mengacak rambutnya sendiri.
Sementara Leora secara perlahan merasakan perubahan pada tubuhnya sendiri, terutama setelah tiga hari berturut-turut Aron hanya meminta dirinya untuk berlari setiap pagi dan sore.
Hingga suatu hari, Aron meminta Leora untuk melakukan hal berbeda. keduanya berdiri saling berhadapan, mengulang secara singkat penjelasan tentang energi sihir yang pernah Aron jelaskan pada wanita itu. Namun, kali ini pria itu tidak hanya menjelaskan, tetapi juga menunjukkan apa itu energi sihir.
Aron menangkupkan telapak tangannya pada telapak Leora, beberapa saat kemudian wanita itu merasakan hawa panas keluar dari telapak tangan pria itu, hal yang cukup untuk membuat Aron mengangkat tangannya secara perlahan.
Tepat saat pria itu mengangkat tangannya, bola api segera terbentuk di telapak tangan pria itu tanpa membakar kulitnya.
Gerakannya berlanjut dengan pria itu menangkup telapak tangannya sendiri, lalu membukanya. Bola api kini berubah manjadi pusaran angin, detik berikutnya berubah dengan tanah, petir, dan kabut hitam tipis.
Leora menatap nyaris tanpa berkedip, takjub dengan apa yang bisa di lakukan pria di hadapannya, hingga ia melihat energi terakhir yang membuat Leora membuka suara,
"Kabut hitam itu berbeda,"
"Itu bukan kabut, melainkan bayangan," jawab Aron.
"Apakah itu artinya kamu bisa menguasai lima energi sihir?" tanya Leora.
"Ya," jawab Aron.
"Sama seperti Zohar yang juga bisa menguasai lima jenis sihir,"
"Adakah seseorang yang menguasai lebih dari itu?" tanya Leora.
"Ada, dia menguasai tujuh jenis sihir," jawab Aron.
"Itu luar biasa," sambut Leora antusias.
"Apakah dia akan membantu kita?"
Aron menggeleng, wajahnya berubah lesu.
"Apakah aku mengatakan sesuatu yang menyinggung perasaanmu, Aron?" tanya Leora hati-hati.
Sekali lagi pria itu menggeleng, lalu tersenyum. Untuk pertama kalinya, Leora bisa melihat lengkungan patah pada bibir pria di depannya yang berusaha pria itu tutupi.
"Tidak sama sekali," Aron menjawab, lalu tersenyum untuk menutupi apa yang tengah ia rasakan.
'Apa sebenarnya yang sedang kamu tutupi dariku?' batin Leora.
"Sekarang, coba pusatkan energimu di telapak tanganmu. Kamu sudah merasakan seperti apa rasanya energi sihir bukan?" Aron kembali berkata.
"Hanya karena aku merasakannya, bukan berarti aku akan bisa melakukannya dalam hitungan detik," sungut Leora.
"Terutama saat aku tidak pernah menggunakan ataupun belajar tentang sihir," imbuhnya.
"Kamu bisa melakukanya, Lea. Aku tahu itu," sahut Aron tersenyum.
"Tidakkah kamu merasakan perubahan pada tubuhmu di saat aku bisa melihat perubahannya?" imbuh Aron bertanya.
Leora terdiam sejenak, mengingat apa yang ia rasakan ketika berlari selama tiga hari terakhir. Rasa lelah ketika ia berlari menguap secara perlahan, bahkan ia tidak merasakan lelah sama sekali di hari terakhir.
"Cobalah," Aron berkata lagi.
Leora mengangguk, berusaha untuk fokus sekaligus mengikuti setiap intruksi yang diberikan Aron padanya. Namun, tidak ada apapun yang terjadi.
"Lihat, aku tidak bisa melakukannya," ujar Leora.
"Bukan tidak bisa, tapi belum bisa. Aku yakin kamu bisa melakukannya. Kita lakukan lagi lain kali," hibur Aron.
"Ayo kembali, kita akan melakukan perjalanan besok dan kmu memerlukan istirahat lebih banyak hari ini," imbuhnya.
Wanita itu hanya mengangguk tipis, tidak memberikan penolakan ketika pria yang sudah menjadi sahabatnya menggenggam tangannya. Namun, dalam hatinya ia mulai bertanya-tanya mengapa pria itu menunjukkan ekspresi kesedihan yang mendalam meski hanya beberapa detik.
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
"Apakah manusia yang di ramalkan itu sudah datang?"
Estrella segera memberikan pertanyaan ketika Erebus muncul di hadapannya.
"Masih belum, Nona. Saya bahkan tidak merasakan kehadiran Raegan meski ritual telah selesai dilakukan," jawab Erebus.
Estrella berdiri dari duduknya, meremat tongkat sihir yang berada di tangan dengan perasaan kesal.
"Ramalan itu sudah mulai berjalan, kita harus hentikan ramalan itu sebelum kerajaan ini mereka rebut dan kembali menyegelku," ucap Estrella.
"Bukankah panah suci yang digunakan untuk menyegel Anda telah di hancurkan oleh yang Mulia Ratu, Nona?" sambut Erebus.
"Ruchira tidak berada di sini, kau tidak perlu memanggilnya dengan hormat," sahut Estrella
"Jika dalam ritual selanjutnya kita bisa mengorbankan Ruchira, manusia yang diramalkan itu bisa kita kalahkan,"
"Akan tetapi, jika kita bisa mengorbankan manusia yang diramalkan, kita bukan hanya bisa menguasai seluruh kerajaan ini, tetapi juga dimansi di mana manusia itu berasal,"
"Jadi, yang Anda maksudkan adalah Anda ingin menggunakan Ruchira sebagai batu loncatan untuk mendapatkan manusia yang diramalkan itu?" tanya Erebus.
"Benar," jawab Estrella.
"Pergilah ke tempat di mana kau mendapatkan gadis itu! Aku yakin jika manusia itu kembali datang, di sanalah tujuan pertama mereka,"
"Baik," jawab Erebus.
Dalam hitungan detik, Erebus berubah menjadi kepulan asap hitam dan segera pergi meninggalkan ruangan yang diberikan secara khusus oleh Ruchira untuk Estrella tempati.
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
Di tempat berbeda, Leora duduk di tepi danau ketika hari telah sepenuhnya gelap. Kepalanya tengadah menatap langit bersih yang di hiasi bulan dan bintang menerangi apa saja yang berada di bawahnya.
Suara hembusan napas wanita itu terdengar, lalu menurunkan pandangan hingga kini ia melihat pantulan bulan melalui danau luas di depannya. Sesekali satu tangannya memijit kedua kakinya sendiri, merasakan lelah setelah perjalanan panjang dengan berjalan kaki hanya untuk menghindari keberadaan mereka diketahui Erebus.
"Kenapa kamu di sini, Lea?"
Suara familiar itu praktis membuat Leora menoleh hanya untuk melihat Aron berjalan menghampiri dirinya, lalu duduk di samping wanita itu.
"Apa yang mengganggu pikiranmu?" tanya Aron.
Leora mendesah lelah, lalu tersenyum kecut dengan pandangan tetap tertuju pada danau di depannya sebelum berkata,
"Kurasa kekuatan perisai atau apapun kamu menyebutnya tidak berlaku untukmu,"
"Faktanya kamu bisa tahu apa yang ada di dalam pikiranku,"
"Bukan membaca pikiran," ralat Aron.
"Itu karena aku sudah mengenalmu dalam waktu lama,"
Pria itu terdiam sejenak, mengamati wajah wanita di sampingnya yang masih menatap lurus ke depan sebelum melanjutkan kalimatnya,
"Apakah kamu merindukan Bibi?"
"Bohong jika aku mengatakan tidak," jawab Leora.
"Aku yakin Bibi akan baik-baik saja. Bibi bahkan tidak perlu bekerja jika hanya untuk bertahan hidup menggunakan uang yang ku tinggalkan,"
"Tapi, aku ingin bertanya sesuatu padamu,"
"Tanyakan saja," sambut Aron.
"Apakah kamu memiliki saudara?"
. . . . .
. . . .
To be continued...
\=\=> Hallo Readers tersayang,,, Salam Hangat🥰🥰,,,, <\=\=
Mampir juga yuk ke karya Author satu ini,
Ceritanya menarik lho,,, cocok untuk menemani santai kalian. Romannya dapet, humornya ada, dan satu yang sangat jarang di temukan, ilmunya banyak.
Cinta Seindah Khayalan dari kak Dewi Payang jamin akan memanjakan kalian
produktif sekali thorrr/Drool//Drool/
why/Curse//Curse//Curse//Curse/
terasa horor /Joyful//Joyful//Facepalm/