Srikandi, gadis cantik yang selalu digilai oleh setiap laki laki yang mengenalnya. karena selain cantik dan berasal dari keluarga kaya, Srikandi juga baik hati.
Srikandi memiliki seorang kekasih bernama Arjun, tetapi tanpa sepengetahuan Srikandi ternyata Arjun hanya menganggap dirinya sebagai piala yang dia menangkan dari hasil taruhan saja. Arjun tidak pernah mencintai Srikandi yang dia anggap sebagai gadis manja, yang hanya bisa mengandalkan harta orang tua.
Padahal tanpa sepengetahuan Arjun, Srikandi juga memiliki sebuah bisnis tersembunyi, yang hanya ayahnya saja yang tahu.
Saat Srikandi tahu kebusukan Arjun, Srikandi tidak marah. Srikandi bersikap santai tapi memikirkan sesuatu untuk membalas sakit hatinya. Apalagi hadirnya pria tampan yang mencintai dirinya dengan tulus. menambah lengkap rencana Srikandi.
Arjun harus merasakan juga mencintai tapi tidak di anggap. Arjun harus tahu rasanya patah hati .
ikuti kisah selengkapnya dalam
BUKAN LELAKI CADANGAN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
“Permisi dokter Yudi, di luar tapal batas desa ada sebuah mobil box, yang katanya mengirim pesanan dari Anda.”
“Mereka membawa mobil box. Dan jalan menuju tempat kita ini tidak bisa dilalui oleh mobil sebesar itu.”
“Astagfirullah, aku lupa." Dokter itu menepuk keningnya. Terlupa akan fakta bahwa saat ini dia sedang tinggal di desa yang sangat terpencil.
“Kalau begitu minta bantuan pada beberapa orang yang memiliki sepeda motor, katakan pada mereka untuk mengangkut apa yang telah aku pesan. Dan katakan juga kalau nanti aku akan mengganti ongkos bensin mereka.” Dokter muda yang dipanggil dengan nama Yudi itu segera memikirkan jalan keluar.
“Baiklah dokter, Saya akan melakukan seperti apa yang Dokter katakan.” Yanto kemudian bersiap membalikkan badannya untuk segera kembali ke tapal batas.
“Satu lagi, katakan saja pada orang-orang untuk mengangkut barang-barang itu Ke balai desa. Dan nanti katakan pada Pak lurah untuk koordinasi dengan para karang taruna atau perangkat yang lain untuk membagi-bagikan paket tersebut kepada warga sesuai kebutuhan masing-masing.” Dokter Yudi menambahkan perintahnya.
Yanto adalah seorang anggota karang taruna yang cekatan. Dengan mudah dia memahami apa yang dikatakan oleh dokter Yudi. Pemuda itu segera berlalu dari tempat itu setelah menganggukkan kepalanya. Pergi dengan menggeber sepeda motor trail, yang suaranya memekakkan telinga.
“Astagfirullah…!” Salah seorang pasien yang adalah seorang wanita paruh baya mengusap dadanya, karena suara sepeda motor Yanto yang sangat tidak bersahabat.
Setelah kepergian Yanto, dokter Yudi kembali fokus dengan pasiennya.
“Kita lanjut pemeriksaannya ya, Pak Marto.” Dokter Yudi kemudian memeriksa bagian mata dari pasien. “Apa ini terasa gatal atau panas, Pak?” Tanya Dokter Yudi saat melihat mata pasien yang sedikit bengkak dan berwarna merah.
“Nggih, Mas Dokter. Rasanya panas dan gatal sekali terutama di siang hari. Mau berjalan di luar saja rasanya sakit dan silau.”
Ada banyak sekali keluhan yang dokter Yudi terima hari ini. Ada yang mengeluh tenggorokan sakit, ada yang diare, ada yang mengalami ruam merah di kulitnya, bahkan ada yang sampai mengalami pembengkakan pada bagian tubuh. Ada juga yang mengalami flu, tipes, bahkan sampai gejala demam berdarah.
Sebenarnya bukan sekali dua kali Yudi mendapati situasi seperti ini. Karena hal-hal tersebut di atas adalah sesuatu yang biasa dialami oleh siapapun pada saat cuaca ekstrem. Karenanya dokter muda itu seperti susah hafal. Setelah melakukan pemeriksaan dan mengetahui apa yang dialami oleh pasien, dokter Yudi segera memberikan obat yang harus diminum oleh pasien tersebut.
“Obatnya diminum tiga kali sehari ya pak, dan jangan lupa banyak minum air putih, supaya tidak mengalami dehidrasi seperti yang lain juga.” Sambil menyerahkan obat memberi.
Dokter Yudi memang tidak pernah memberikan resep karena jika harus menebus resep maka mereka harus melakukan perjalanan yang sangat jauh, sedangkan tempat dia bertugas saat ini adalah desa yang sangat jauh dari daerah perkotaan. Terlebih karena kendala minimnya alat transportasi. Karena itu dokter Yudi langsung membawa obatnya dari kota.
“Oh iya, Pak, jangan lupa nanti datang ke balai desa untuk minta satu paket sembako dan baju hangat untuk keluarga Bapak ya.” pesan dokter Yudi sebelum pasien itu benar-benar pergi.
“Alhamdulillah, matur suwun Mas Dokter. Moga-moga Gusti Allah, ingkang paring piwales.” serta merta Pak Marto menubruk dokter Yudi.
“Jangan seperti ini, Pak.” Dokter muda itu merangkul Pak Marto, dan menolak ketika Pak Marto ingin mencium tangannya. “In Syaa Allah, saya ikhlas lillahi ta’ala.”
Pak Marto menghapus air matanya, begitupun dengan antrian pasien yang melihat interaksi antara dokter Yudi dengan pak Marto.
Entah malaikat dari mana yang didatangkan oleh Tuhan ke desa mereka. Sudah tiga tahun ini, dokter Yudi berada di desa mereka. Bukan hanya memberikan pengobatan gratis bagi warga yang kurang mampu, dokter Yudi juga seringkali membagi-bagikan paket sembako.
Kehadiran dokter muda itu layaknya sebuah lentera yang menerangi kegelapan desa mereka. Desa terpencil, jauh kanan jauh kiri. Bahkan listrik pun belum masuk ke desa mereka saat pertama kali dokter Yudi datang ke sana. Dokter muda itulah yang mengusahakan semuanya.
***
Di kota, di sebuah rumah mewah…
“Hraaaa…” seorang pria tampak berteriak marah. Membanting apa saja yang ada di hadapannya. “Apa-apaan ini? Kenapa tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba Srikandi meminta putus?”
Siang tadi usai aktivitas panasnya bersama dengan Winda sang sekretaris plus-plusnya, yang terbilang singkat tapi nikmat baginya, Arjun begitu lelah, hingga tak sempat melihat ponselnya. Apalagi setelah itu jam kerja kembali tiba. Lupa sudah dia akan notif pesan yang belum sempat dia lihat.
Lalu saat tadi ketika dia telah sampai di rumah, dia pun langsung merebahkan tubuhnya yang terasa begitu lelah. Dan ini setelah rasa lelahnya hilang, Dan Dia sudah selesai membersihkan diri dan selesai juga makan malam, barulah dia sempat memeriksa ponsel-nya.
Tak ada siapapun yang menghubunginya, tak ada siapapun menanyakan kabarnya. Pesan masuk dari Srikandi adalah satu-satunya pesan yang dia terima seharian ini. Dan pesan itu pula yang kini membuatnya mengerang frustasi.
Memejamkan mata sambil mengambil nafas dalam-dalam, mengumpulkan sisa-sisa kesabaran. Menepis semua kemarahan. Mencoba untuk menenangkan diri sebelum kemudian meraih kembali ponselnya. Dia harus berbicara dengan Srikandi.
“Aku memang tidak menyukainya. Juga tidak jatuh cinta pada wanita manja itu. Tapi dia adalah sumber uang. Dia ATM berjalanku selama ini. Dan aku tidak boleh kehilangan dia begitu saja.” Pria itu bermonolog sendirian.
“Tapi ada apa sebenarnya, bukankah semuanya sebelumnya baik-baik saja. Aku harus mencari tahu.”
“Honey, kenapa berbicara seperti itu. Kesalahan apa yang telah aku lakukan? Katakan padaku dan aku akan memperbaikinya.” Send.
*
Rumah keluarga Wibisana.
“Kandi pergi ke kamar dulu ya, Pa, Ma?”
Waktu sudah menunjukkan pukul 21.00. tadi seusai makan malam sekeluarga, Srikandi dan kedua orang tuanya duduk bersantai di ruang tengah. Dengan televisi yang menyala meskipun mereka tidak menyaksikannya.
Hanya ngobrol santai tak ada hal apapun yang serius. Hanya rutinitas yang mereka lakukan setiap malam. berkumpul, karena di siang hari mereka tak bisa melakukannya.
Semua sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Tuan Wibisana dan Srikandi dengan perusahaan mereka, lalu Nyonya Sinta dengan usaha restoran dan butiknya. Sehingga hanya malam hari lah mereka bisa berkumpul.
“Mimpi indah ya, Sayang.” Nyonya Sinta menerima pelukan perpisahan lalu tak lupa memberikan kecupan kecil di pucuk kepala putrinya. Setelahnya Srikandi melakukan hal yang sama dengan papanya.
Sesampainya di kamar, “Ahhh.. Aku lelah sekali.” Srikandi merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur lebarnya. Tengkurap memeluk guling, diambilnya ponsel yang dari tadi terus berdenting.
Tersenyum-senyum sendiri saat melihat deretan pesan dari kontak berstatus “ Pacar yang maksa”.
"Selamat malam, Pacar😘😘😘”
“Sedang apa?”
“Belum tidur kan?”
“Sudah makan malam belum?”
“Aku ada pekerjaan di luar kota.”
“Kamu rindu aku tidak?”
“Harus, kamu harus rindu. Kalau kamu tidak rindu, pokoknya aku memaksa untuk kamu rindukan.”
“Jadi daripada aku memaksamu, lebih baik kamu yang merindukan aku dengan sukarela.”
“Ayolah, rindukan aku!”
Srikandi tertawa berguling-guling membaca deretan pesan dari sosok yang sejak siang tadi menjadi bahan pikirannya.
“Idih, rindu kok maksa??” Srikandi bergumam masih sambil tersenyum-senyum seorang diri. Dibacanya chat beruntun itu berulang-ulang. Ada yang berdesir di hatinya.
Tring
Notif pesan masuk dari kontak yang sama mengagetkannya.
“Baiklah tidak usah merindukanku. Biar aku saja yang merindukanmu. Karena rindu itu berat. Kamu tak akan kuat. Jadi biar aku saja 😘😘😘.”
“Dihh, apaan sih? Udah kayak Dilan aja.” Tapi lagi-lagi Srikandi tersenyum seorang diri. Tetapi kemudian gadis itu terdiam. Ada yang mencubit hatinya. Tentang sosok yang menamakan dirinya sebagai Pacar Cadangan.
"Nyatanya dia bukan hanya sekedar Cadangan. Dia jauh lebih segalanya. Bahkan dia yang bayangannya selalu ada di saat kesunyian melanda hati."
“Apakah sekarang saatnya aku membuka hati untuknya?” Wanita itu bertanya pada hatinya sendiri. Lalu entah kenapa jemarinya bergerak untuk mengetik sesuatu di keyboard ponselnya.
“Miss you too.” send.
Srikandi menyembunyikan wajahnya di atas bantal. Merasa malu, Ingin menghapus kembali pesan itu, tetapi sudah terlanjur centang dua biru.
bnrn yudistira yg jd dktr.....
Duuhh....kl srikandi jdian sm dia,bruntung bgt....udh baik,kya rya,pduli sesama jg....d jmin bkln bhgia kl hdp sm dia....
Btw,tu nnek shir msh ngeyel aja....
tar mlah blik k dri sndri....
tapi sekarang mending, satu doang yg tembus. telkomsel. selain itu jangan harap ada jaringan.