Mira Elvana tidak pernah tahu bahwa hidupnya yang tenang di dunia manusia hanyalah kedok dari sesuatu yang jauh lebih gelap. Dibalik darahnya yang dingin mengalir rahasia yang mampu mengubah nasib dua dunia-vampir dan Phoenix. Terlahir dari dua garis keturunan yang tak seharusnya bersatu, Mira adalah kunci dari kekuatan yang bahkan dia sendiri tak mengerti.
Ketika dia diculik oleh sekelompok vampir yang menginginkan kekuatannya, Mira mulai menyadari bahwa dirinya bukanlah gadis biasa. Pelarian yang seharusnya membawa kebebasan justru mempertemukannya dengan Evano, seorang pemburu vampir yang menyimpan rahasia kelamnya sendiri. Mengapa dia membantu Mira? Apa yang dia inginkan darinya? Pertanyaan demi pertanyaan membayangi setiap langkah Mira, dan jawabannya selalu membawa lebih banyak bahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon revanyaarsella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25: Sosok Misterius
Malam itu begitu sunyi, hanya suara angin yang menggoyangkan ranting-ranting pohon di sekitar kastil tua tempat Mira tinggal sementara. Cahayanya redup, menyelimuti segalanya dalam nuansa kelam yang membuat Mira merasa seolah berada dalam dunia yang terasing. Tidurnya tidak pernah nyenyak sejak dia menyadari potensi yang mengalir dalam darahnya. Setiap detik terasa seperti beban, menunggu sesuatu yang tidak bisa dia pahami sepenuhnya.
Mira terbangun, napasnya cepat dan tak teratur. Dia berusaha menenangkan jiwanya yang bergejolak. Dalam bayang-bayang kegelapan, dia merenung tentang apa yang terjadi dengan Evano. Semakin dia mengenalnya, semakin dalam rasa penasaran itu merasuk ke dalam jiwanya. Evano adalah misteri, bukan hanya karena latar belakangnya yang samar, tetapi juga karena cara dia melihat Mira—dengan campuran ketertarikan dan ketidakpastian yang membuat Mira merasa terjebak antara dua dunia yang berbeda.
Saat dia melangkah ke arah jendela, Mira merasakan getaran yang tidak biasa, seolah ada sesuatu yang mendekat. Matahari baru saja tenggelam, dan cahaya bulan menyinari taman dengan lembut, namun malam ini ada bayangan yang lebih gelap daripada biasanya. Dengan hati-hati, Mira mengintip keluar. Sebuah sosok berdiri di tengah kegelapan, tidak bergerak, seakan menunggu. Rasa ingin tahunya mendesak, tetapi ketakutan juga menggigit jiwanya.
“Siapa itu?” gumamnya dalam hati. Namun, seolah ada kekuatan yang mendorongnya untuk bergerak lebih dekat. Mira menutup matanya sejenak, mencoba merasakan energi yang dipancarkan sosok tersebut. Ada sesuatu yang akrab, sesuatu yang menggugah kenangan lama. Dia teringat pada cerita neneknya tentang entitas yang menghuni malam, mereka yang mengamati dari bayang-bayang, menunggu untuk ditemukan.
Mira berusaha menenangkan pikirannya, tetapi denyut jantungnya semakin cepat. Apakah sosok itu ancaman, atau justru penunjuk jalan menuju jawaban yang selama ini dia cari? Tanpa sadar, langkahnya membawa dia keluar dari kamarnya dan menyusuri lorong yang sepi. Lampu-lampu redup menghiasi dinding, menciptakan bayangan yang seolah bergerak mengikuti langkahnya.
Saat Mira mendekati taman, sosok itu mulai terlihat lebih jelas. Seorang pria dengan pakaian gelap, wajahnya tersembunyi oleh bayangan. Tetapi ada sesuatu dalam posturnya yang membuat Mira merinding—sebuah aura misterius yang tidak bisa dia identifikasi. Dengan berani, Mira mengangkat suaranya, “Siapa kamu?”
Pria itu tidak bergerak. Namun, suara lembutnya mengalir seperti angin malam. “Aku sudah menunggu kedatanganmu, Mira.”
Jantung Mira berdebar hebat. Dia merasa terjebak dalam permainan yang tidak dia pahami. “Menunggu? Untuk apa?”
“Untuk mengungkap kebenaran tentang dirimu,” jawab pria itu, masih dengan nada tenang. “Kau memiliki kekuatan yang lebih besar dari yang kau bayangkan. Kau adalah jembatan antara dua dunia, dan aku di sini untuk membantumu.”
Mira merasa bingung. Pertanyaan berdesakan dalam pikirannya. “Apa maksudmu? Dan siapa sebenarnya dirimu?”
“Nama saya Arkan. Aku adalah salah satu dari mereka yang mengenali potensi dalam dirimu. Kekuatan Phoenix dan darah malammu bukanlah kebetulan. Mereka terhubung, dan satu-satunya cara untuk mengendalikannya adalah dengan memahami asal-usulmu.”
Mira tertegun. Semua yang selama ini dia rasakan, semua kebingungan tentang siapa dirinya, seakan mulai menemukan bentuk. Namun, rasa curiga tak bisa diabaikan. “Mengapa kamu ingin membantuku?”
Arkan melangkah sedikit ke depan, bayangannya menerangi wajahnya. Matanya tampak tajam dan penuh pengetahuan, seolah menyimpan rahasia yang sudah berabad-abad lamanya. “Karena, Mira, jika kau tidak menguasai kekuatanmu, dunia yang kau cintai akan hancur. Ada kegelapan yang semakin mendekat, dan hanya kau yang bisa menghentikannya.”
Pernyataan itu mengguncang Mira. Dia merasa terjaga dari mimpi buruk yang tidak pernah berakhir, tetapi sekaligus terjerat dalam rasa takut yang mendalam. “Apa yang harus aku lakukan?”
“Pertama, kau harus memahami siapa dirimu sebenarnya. Datanglah kepadaku di tempat yang kutunjukkan. Di sana, semua jawaban akan terungkap,” Arkan menjawab, suara lembutnya kini menyiratkan urgensi.
Mira merasakan gelombang emosi yang mengaduk-aduk jiwanya. Di satu sisi, keinginannya untuk mengetahui kebenaran tentang dirinya dan hubungan dengan Evano semakin kuat. Namun, di sisi lain, ketakutan akan apa yang mungkin dia temui, kegelapan yang disebut Arkan, membuatnya ragu.
“Bagaimana aku bisa mempercayaimu?” Mira bertanya, meski hatinya bergetar ingin melangkah lebih jauh.
“Karena kau merasakannya,” Arkan menjawab, menatap matanya dengan intens. “Kekuatan dalam dirimu sudah terbangun, dan tidak ada jalan mundur. Yang bisa kau lakukan hanyalah melangkah maju dan menghadapi takdirmu.”
Mira terdiam, pikiran dan perasaannya berperang dalam benaknya. Dia ingin mengabaikan sosok ini, kembali ke kenyamanan ketidaktahuan. Namun, perasaannya yang dalam terhadap Evano, rasa tanggung jawabnya terhadap dunia yang mulai dia kenali, dan dorongan untuk mengetahui kebenaran mengalahkan ketakutannya.
Dengan keputusan yang bulat, Mira mengangguk. “Baiklah. Aku akan datang. Tapi jika ini semua hanya tipuan, aku tidak akan segan-segan melawannya.”
Arkan tersenyum, seolah tahu bahwa Mira adalah lebih dari sekadar seorang gadis yang bingung. “Sampai jumpa, Mira. Ingatlah, kegelapan selalu menunggu, tetapi hanya kau yang bisa mengubah jalannya.”
Sosok itu menghilang ke dalam bayang-bayang, meninggalkan Mira sendirian dalam taman yang sepi. Dia berdiri di sana, jantungnya berdegup kencang, berusaha mencerna segala sesuatu yang baru saja terjadi. Keberadaan Arkan tidak hanya memicu rasa penasaran yang membara, tetapi juga memunculkan rasa tanggung jawab yang mendalam.
Malam itu, ketika dia kembali ke kamarnya, Mira tahu bahwa segalanya akan berubah. Dia harus bersiap untuk menghadapi kebenaran tentang dirinya, tentang Evano, dan tentang kegelapan yang akan datang. Tidak ada jalan mundur lagi. Dia harus melangkah maju, tak peduli betapa menakutkannya perjalanan yang menanti.