Hanita Ralingga Ayu Mahendra dan Satya Prawira Arya Dewantara, keduanya menikah karena saling mencintai setelah mereka menghabiskan waktu selama 10 tahun pacaran. Keduanya adalah cinta pertama untuk satu sama lain. Mereka sama-sama berasal dari kalangan atas, Hanita adalah seorang Psikiater terkenal sedangkan Satya pewaris dari perusahaan keluarganya
Tapi setelah menikah, cinta mereka justru berubah. Hubungan keduanya yang semula hangat menjadi sangat dingin. Hanita dan Satya sama-sama tidak dapat menemukan kecocokan meski 2 orang anak telah hadir diantara mereka. Kesalahpahaman mengelilingi keduanya
Hingga suatu ketika, Satya harus mengalami sebuah kondisi yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Akankah kondisi baru Satya akan membuat Hanita luluh dan memperbaiki hubungan mereka? Atau justru akan meninggalkan Satya yang tak lagi sama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PRINCESSNOVITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keinginan Hanita
.
Hanita sudah menerima masker dan jubah steril, baru dia melangkah ke dalam. Hanya ada Satya pasien di dalam ruangan ini
Ada juga Dokter Sean dan satu perawat untuk memeriksa kondisi lelaki itu. Hanita mendekat, dia tidak menunjukkan ekspresi apapun dibalik wajah yang tertutup masker itu.
"Sean, gimana kondisi Satya?"
Merasa terpanggil, Sean menoleh sekilas kemudian kembali mengamati catatan yang diberikan perawat padanya. "Seperti yang kamu lihat,Han. Tapi jangan takut, karena ini tidak akan permanen. Satya akan segera pulih."
Hanita tidak menyahuti apapun lagi, wanita itu tampak mengamati sang suami dengan seksama. Sedikit tidak menyangka kalau lelaki di depannya ini adalah lelaki yang beberapa jam lalu berdebat hebat dengannya.
Satya kini terbaring lemah diatas ranjang pesakitan, dengan berbagai alat medis yang menempel diatas tubuhnya. Lelaki itu menggunakan masker oksigen untuk membantunya bernafas.
Dibalik masker itu, bibir Satya terlihat sedikit meruncing ke kanan. Hanita tersenyum miris melihatnya
"Sat, lihatlah dirimu. Kamu tumbang semudah itu? Lemah sekali" umpat Hanita
Dokter Sean pura-pura tidak mendengar apapun, lagipula dia sudah sangat mengenal tabiat asli Hanita.
Hanita mensejajarkan tubuhnya dengan Satya, mengusap surai hitam sang suami. Entah mengapa tapi gelayat aneh tiba-tiba saja muncul dari dalam dirinya setelah melihat kondisi Satya yang seperti ini
Hanita mengarahkan pandangan ke arah tubuh bagian bawah suaminya, satu tangannya bergerak menyingkap selimut yang menutupi tubuh lemah tersebut.
Perawat yang melihat itu jadi sedikit kurang senang, baru hendak menegur tapi Dokter Sean sudah lebih dulu menghentikan melalui gerakan mata. Seolah mengatakan, 'Jangan ikut campur.'
Hanita mengamati tubuh Satya dengan seksama, terlihat agak aneh dengan tangan kanan yang sedikit menekuk di depan perut. Hanita sendiri tidak mengerti, tapi kenapa dia merasa senang melihatnya seperti ini?
"Ck, lucu sekali." Hanita mengusap tangan Satya
Kemudian beralih mengamati wajah sang suami yang tidak simetris akibat bibirnya yang kini meruncing ke kanan.
Ini sangat menarik, itulah yang dipikirkan Hanita. "Sean" panggilnya pada sang sahabat
"Apa lagi?" Tanya Dokter Sean malas
Hanita berdecak kagum, "Kurasa akan lucu kalau bibir Satya yang selalu saja mengumpat dan membentakku ini."
"Bagaimana kalau kita menyumpalnya dengan?" Hanita tengah berusaha mengingat, membayangkan apa yang tepat untuk digunakan oleh suami terkasihnya
"Ah, aku tahu." Hanita menoleh ke arah Sean lalu kembali beralih ke Satya, mengusap pipi sang suami. "Kurasa ventilator akan sangat tepat untukmu,sayang." Bisik Hanita
Dokter Sean menelan salivanya dengan susah payah, perasaannya sudah tidak enak mengenai ini. Tidak ingin kegilaan Hanita didengar oleh orang lain, Sean pun meminta agar perawat yang berjaga keluar sekarang juga.
"Hanita, apa yang kamu bicarakan? Ventilator? Satya tidak memerlukan itu, kondisi paru-parunya stabil" sergah Dokter Sean
"Siapa yang peduli? Satya tidak butuh tapi aku yang butuh. Aku ingin melihatnya menggunakan benda itu,Sean" tekan Hanita
''Hanita, semua itu ada prosedurnya. Kamu ini juga seorang Dokter, tapi kamu tidak boleh seenaknya sendiri." Tegas Dokter Sean
Hanita merasa kesal dengan penolakan yang dia dapatkan dari sang sahabat. Tatapan tajam wanita itu terlempar ke arah Dokter Sean. "Kalau kubilang aku ingin melihat Satya menggunakan benda itu, maka pasangkan saja. Kenapa banyak bicara?"
"Aku ingin dia menggunakan benda itu agar lidah tajamnya yang kurang ajar tidak lagi berusaha menyakitiku. Terlebih terucap kata cerai dari bibirnya!" Tegas Hanita
"Hanita, tanpa kamu buat begitupun. Satya memang tidak akan bisa bicara sampai strokenya pulih. Kamu-" perkataan Dokter Sean terhenti setelah Hanita berhasil mengeluarkan kartu AS nya
"Lakukan saja, jika kamu tidak mau kasus kegagalan operasi otak yang kamu lakukan tahun lalu terungkap." Hanita menaik turunkan alisnya.
"Apa kamu mau kalau aku melaporkanmu? Menyebarkan tindakan mal praktikmu itu ke keluarga korban? Kurasa kamu tidak akan mau, Dokter Sean Richard Hasibuan." Tekan Hanita penuh ancaman
Raut wajah Dokter Sean langsung berubah pucat dalam seketika. Ingat betul dia pada kelalaiannya saat melakukan operasi bedah otak setahun lalu. Yang menyebabkan pasiennya meninggal dunia diatas meja operasi. Saat itu, Hanita lah yang membantu Sean lolos dari jeratan hukum. Tentu dengan bantuan dari Handoko juga
Tapi jika hal tersebut terbongkar, maka bisa dipastikan kalau karir medis Dokter Sean akan berakhir saat ini juga. Penjara juga sudah menanti untuk Sean
"Baiklah. Aku akan melakukan apa yang kamu inginkan" sahut Dokter Sean lesu
Dokter Sean memaggil dua orang perawat masuk ke dalam ruang perawatan Satya. Mereka mulai mempersiapkan peralatan untuk menjalankan perintah dari Hanita.
Sebelum melakukan itu, Dokter Sean lebih dulu melirik Hanita yang rupanya masih berada disini. Berdiri sembari melipat kedua tangan ke depan dada, terlihat sangat tidak sabar untuk melihat bagaimana ventilator akan terpasang dan menyumpal mulut suaminya setelah ini
"Hanita, kamu tidak mau menunggu diluar saja?"
"Kamu mengusirku,Sean?" Tanya Hanita balik
Dokter Sean langsung memalingkan wajahnya, "Tentu saja tidak."
Daripada memancing kekesalan dihati Hanita, akan lebih baik kalau Dokter Sean segera melakukan keinginan sahabatnya itu.
Dokter Sean mulai melakukan instubasi untuk memasukkan selang khusus ke dalam mulut Satya yang akan berlabuh menuju trakea.
Mulut lelaki itu yang saat ini dipaksa untuk terbuka lebar, menyebabkan lelehan air liur mengalir deras dari dalam sana. Perawat pun dengan cepat membersihkannya menggunakan tissu basah
"Ini akan sedikit menyakitimu, Satya. Bersabarlah, hanya sebentar" bisik Sean
Kening Satya tampak berkerut, lelaki itu bahkan meneteskan air mata sebagai respon dari rasa sakit yang dia rasakan sekarang
Kedua perawat yang membantu Dokter Sean bahkan merasa sangat tidak tega melihat ini semua.
Beda dengan Hanita yang justru sangat puas melihat kesakitan suaminya. "Good job"
Helaan nafas berat lolos dari bibir Dokter Sean setelah ia menyelesaikan proses pemasangan ventilator pada Satya.
"Hanita, aku sudah menyelesaikannya. Puas?" Ujar Dokter Sean
Hanita menepuk pelan bahu Dokter Sean sebagai pujian untuk kerja keras lelaki itu. Kemudian perhatian Hanita beralih pada Satya, rasanya puas sekali melihat suaminya itu seperti ini
Lemah dan tidak berdaya, Hanita yakin kalau setelah ini Satya tidak akan pernah bisa lagi memaki dan mengumpat padanya.
"Uhhh, manis sekali. Aku senang" puji Hanita
Dokter Sean dan para perawat, mereka semua bergidik ngeri dengan sikap yang ditunjukkan oleh Hanita. Namun sekali lagi, tidak ada yang berani membantahnya.
Gurat kepuasan diatas wajah Hanita berubah dingin hanya dalam hitungan detik. Sorot matanya tampak menajam
"Wanita itu juga ada dirumah sakit ini,Sat." Hanita meletakkan bibirnya tepat ke tepi telinga Satya
"Aku akan memberikan pelajaran kedua untuknya..." Bisik Hanita seraya meniup telinga sang suami
Hanita kembali memasang ekspresi senangnya. "Aku titipkan suamiku pada kalian. Terutama kamu,Sean." Tekan Hanita
Lalu wanita itu memutar tubuhnya, meninggalkan Satya dan mempercayakan lelaki itu pada Dokter Sean dan Perawat
Dokter Sean langsung mengusap dadanya setelah Hanita meninggalkan ruangan ini. "Dia membuatku tidak bisa bernafas."
"Oh,Satya malangnya dirimu. Sepertinya inilah awal kehancuranmu ditangan Hanita" gumam Dokter Sean menatap senduh ke arah Satya yang saat ini masih belum sadarkan diri
Tampak sangat mengenaskan dengan selang ventilator yang menyumbat mulutnya.
Hanita melangkah menyusuri lorong rumah sakit, ponsel dia letakkan ke tepi telinganya.
"Roy, aku punya tugas baru. Maksudku, mainan baru untukmu..." ujar Hanita yang terdengar sangat dingin
.
Tbc
.
Welcome to Hanita revenge era. Komen yuk, bagikan pendapat kalian tentang cerita ini.
kasian hanita dapet barang bekas shanum terus😅