Bertransmigrasi kedalam tubuh Tuan Muda di dalam novel.
Sebuah Novel Fantasy terbaik yang pernah ada di dalam sejarah.
Namun kasus terbaik disini hanyalah jika menjadi pembaca, akan menjadi sebaliknya jika harus terjebak di dalam novel tersebut.
Ini adalah kisah tentang seseorang yang terjebak di dalam novel terbaik, tetapi terburuk bagi dirinya karena harus terjebak di dalam novel tersebut.
Yang mau liat ilustrasi bisa ke IG : n1.merena
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Raja Sejati.
"Hei, bagaimana jika aku menang darimu?" tanyaku sambil menahan pisau di tanganku, mencengkeram pergelangan Darian dengan kuat. Senyuman dingin masih tertanam di wajahku, sedangkan kami berdua masih saling menahan agar bilah tajam di tangan kami tak menembus kulit.
"Tentu saja kau akan menjadi raja ideal bagiku," jawab Darian dengan senyuman dingin yang tak kalah dari milikku. Matanya bersinar dengan api kegilaan yang membara, seolah dia menikmati ketegangan ini.
Tanpa peringatan, aku mengangkat lututku dan menghantam perutnya, mengirimnya terbang beberapa meter ke belakang. Darian membentur pohon besar, batangnya retak di tengah benturan, dan seketika itu juga darah memuncrat dari mulutnya. Namun, dia mencoba bangkit, meski tubuhnya gemetar.
Namun aku tak memberi celah. Dengan kecepatan kilat, aku mendekatinya dan menendang wajahnya keras-keras, darah memercik ke tanah dingin di bawahnya. Darian terjatuh, namun aku masih belum selesai. Aku menginjak kepalanya, menekan wajahnya ke tanah dengan paksa, membuat suara dengusan dan lolongan kecil keluar dari tenggorokannya.
"Katakan padaku, bagaimana kau menyiksa mereka?" tanyaku tanpa ekspresi, mataku melirik tubuh-tubuh tak berdaya yang terkapar di sekitar kami—korban dari kekejamannya.
Darian berusaha untuk mendongakkan kepalanya, darah masih menetes dari sudut bibirnya, namun senyumnya tidak hilang. "Aku menghajar mereka sekeras mungkin, sambil bertanya kepada mereka... apa itu raja ideal bagi mereka." Suaranya lemah tapi lugas, seolah dia masih dalam kendali penuh meski tubuhnya babak belur.
"Bagus." Aku tersenyum tipis. "Sekarang, giliranku." Aku duduk di atas dadanya, merasakan napasnya yang pendek dan berat di bawahku. Dengan tinju terkepal, aku menghantam wajahnya berulang kali, darahnya memercik setiap kali tinjuku bersentuhan dengan kulitnya.
"Katakan padaku, apa itu raja ideal bagiku?" tanyaku lagi, dengan suara yang lebih rendah, namun sarat dengan ancaman.
"Terkuat," jawab Darian dengan susah payah, tetap mempertahankan senyum gila di wajahnya meski wajahnya sudah mulai berubah bentuk.
Aku menghajarnya lagi, kali ini lebih keras. Suara tulang retak terdengar samar di udara malam yang dingin.
"Apa itu raja ideal bagiku?" tanyaku lagi, kali ini nadaku lebih tajam, seakan menggali lebih dalam ke dalam jiwanya.
"Cerdas," jawabnya, napasnya tersengal namun tatapan di matanya tetap tidak gentar.
Aku menghajarnya sekali lagi, tinju yang penuh dengan amarah dan determinasi. Wajah Darian kini hampir tak dapat dikenali, hanya darah dan luka yang mendominasi.
"Katakan padaku, apa itu raja ideal bagiku?" Aku bertanya lagi, hampir berbisik, namun setiap kata seperti tombak yang menusuk dalam ke hatinya.
"Berwibawa," jawabnya, suaranya hampir pudar, namun tekad di matanya masih menyala.
Aku menghajarnya sekali lagi, lalu berdiri. Melihat ke langit malam yang kini hanya ditemani bulan, aku merasa seluruh dunia ini milikku.
"Ingat ini baik-baik," kataku, suaraku tenang namun penuh kekuatan. "Raja ideal adalah dia yang tak pernah ragu, tak pernah mundur, dan tak pernah bergantung. Dia berdiri dengan kedua kakinya sendiri, menguasai dengan kecerdasan, dan membawa kejayaan untuk rakyatnya."
Aku membuka kedua tanganku ke arah langit, seolah merangkul dunia di bawah kakiku. "Raja adalah makhluk yang sombong, tak dapat diganggu gugat," kataku dengan penuh keyakinan.
Cahaya bulan yang dingin menyinari tubuhku, seolah-olah mengesahkan pernyataanku. Udara di sekitarku terasa lebih berat, seolah-olah seluruh alam semesta menunduk kepadaku. Aku bisa merasakan kekuatan yang mengalir dari tanah hingga ke tulang-tulangku, dan dunia ini tampaknya tahu bahwa seorang raja sejati telah bangkit.
Darian, yang masih terkapar di tanah dengan tubuh penuh luka, menatapku dengan mata yang terbuka lebar, kekaguman terpancar dari pandangannya. Dengan sisa kekuatan yang dia miliki, dia berusaha bangkit, meskipun tubuhnya gemetar karena luka-lukanya. Dia merangkak mendekatiku, lalu berlutut dengan kepala tertunduk.
"Raja sejati... adalah Anda. Anda adalah rajanya," katanya dengan suara serak yang penuh hormat. Meskipun wajahnya bengkak dan berdarah, senyuman yang lebar terukir di wajahnya—senyuman penuh penghormatan dan penerimaan.
Lirae, yang menyaksikan dari kejauhan, tidak bergerak sedikitpun. Dia hanya berdiri di tempatnya, menatap dengan tenang, senyum lembut menghiasi bibirnya. Tepat saat itu, aku tahu, dia juga telah mengakui siapa raja sejatinya.
the darkest mana
shadow mana
masih ada lagi tapi 2 itu aja cukup