NovelToon NovelToon
Gamer Siblings Who Become The World'S Apocalypse

Gamer Siblings Who Become The World'S Apocalypse

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Pemain Terhebat / Penyeberangan Dunia Lain / Fantasi Isekai
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Alif R. F.

Samael dan Isabel, dua bersaudara yang sudah lama tinggal bersama sejak mereka diasuh oleh orang tua angkat mereka, dan sudah bersama-sama sejak berada di fasilitas pemerintah sebagai salah satu dari anak hasil program bayi tabung.

Kedua kakak beradik menggunakan kapsul DDVR untuk memainkan game MMORPG dan sudah memainkannya sejak 8 tahun lamanya. Mereka berdua menjadi salah satu yang terkuat dengan guild mereka yang hanya diisi oleh mereka berdua dan ratusan ribu NPC hasil ciptaan dan summon mereka sendiri.

Di tengah permainan, tiba-tiba saja mereka semua berpindah ke dunia lain, ke tengah-tengah kutub utara yang bersalju bersama dengan seluruh HQ guild mereka dan seisinya. Dan di dunia itu, di dunia yang sudah delapan kali diinvasi oleh entitas Malapetaka, orang-orang justru memanggil mereka; Kiamat Dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif R. F., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#25 – Willis The Half Knight

Setelah dua golem penjaga gerbang tiba-tiba berlutut kepada Mikael, tampak beberapa prajurit yang melihat kejadian itu, kini berlari untuk menghampirinya.

“Hei … apa yang terjadi?” tanya salah satu prajurit, yang merupakan seorang manusia, memandang dua golem yang berlutut di belakang Mikael. “Kenapa dua golem itu berlutut ke arah … anda?” lanjutnya menunjuk, kemudian menoleh ke arah Mikael.

Mikael tampak bingung untuk menjawab dengan matanya kini tampak ragu, melirik ke arah para prajurit yang ada di depannya. Namun dia mengingat akan skill [Friend of Paladin] nya yang saat ini sedang aktif. “Oh … kurasa mereka sedang rusak. Mungkin kalian bisa mencoba memanggil para teknisi untuk membetulkan mereka.”

Prajurit yang berdiri di paling depan pun menoleh ke arah teman-temannya, kemudian mengangguk sambil mengelus dagu nya. “Baiklah … sepertinya memang seperti itu,” balasnya dengan nada yang seolah terpaksa, lalu memutar badannya dan mulai beranjak dari sana. “Kalau begitu, mari kita kembali,” ajaknya, dan diikuti oleh prajurit lain.

“Mereka bisa langsung menurut kepada mu? Kau memang hebat,” gumam Drisla yang kini berdiri di sebelahnya, memandang jauh ke arah prajurit yang sedang berjalan kembali ke lapangan. Ia memandang kosong, dan tampak kini tidak luput dari efek skill itu.

Mikael yang telah menggunakan skill itu, tentu kini jadi merasa tidak enak, yang mana seakan dirinya telah mengontrol kehendak orang lain. Apalagi dengan Drisla yang kini ikut terkena skill nya itu. Kemudian karena rasa penyesalan, ia yang kini menatap tatapan Drisla yang seakan kosong tidak berkehendak, mulai memegang bahu Drisla sambil menonaktifkan skill nya itu.

‘Padahal kegunaan skill nya hanya untuk membuat orang-orang jadi bersahabat, bukannya patuh. Mungkin karena resistansi mental mereka yang terlalu lemah, mereka jadi seperti itu,’ batinnya di sela-sela itu.

“Apa yang … apa yang baru saja terjadi?” ucap Drisla dengan tatapannya yang kembali normal. Dia kemudian menoleh, mendongak menatap Mikael yang masih memegang bahu kiri nya. “Ummm, apakah itu barusan sihir?”

Mikael merasa agak keberatan dengan pertanyaan itu dan hendak berbohong, namun secara reflek ia justru mengkonfirmasi akan hal itu dengan mengangguk. “Iya … aku barusan menggunakannya karena keadaan tadi yang cukup mendesak,” ucapnya dengan nada yang lemah lembut, seakan ingin memberi kenyamanan kepada Drisla. “Dan kamu tidak perlu khawatir lagi, karena sekarang sudah aku matikan. Dan tolong maafkan aku.”

Pipi Drisla berubah agak memerah, sedang matanya masih bertemu dengan tatapan teduh Mikael. “Oh … ahem … aku … aku tidak pernah menyangka kamu akan sebaik dan sebijak ini,” ucapnya terdengar gugup, lalu menunduk. “Aku jadi tidak bisa membayangkan, bagaimana jadinya jika kekuatan itu dimiliki oleh orang lain … karena aku yakin, dunia ini pasti sudah hancur jika kekuatan itu jatuh ke tangan yang salah.”

Untuk sesaat, Mikael merasa senang dan bangga, namun semua kembali normal sesaat peredam emosinya aktif. “Aku yakin banyak orang sepertiku, seperti para kandidat pahlawan. Aku yakin sekali mereka semua berbudi luhur.”

Drisla hanya tersenyum miring sambil berdengus, seakan memvalidasi pernyataan Mikael sebagai omong kosong belaka.

Dan benar saja, sesaat Mikael berkata seperti itu, seorang pria berambut pirang dan berzirah emas mendatanginya dengan tergesa-gesa. “Hei kau!” teriaknya dari kejauhan.

Mikael menoleh ke arah pria itu sambil menunjuk dirinya sendiri. Pria itu terlihat berlari dari sekumpulan wanita yang tampak seperti petarung, berdiri berkumpul di pinggir lapangan.

“Iya, kau!” Pria itu semakin mendekat. “Dari jauh, aku melihat dua golem itu tiba-tiba berlutut menghadap mu. Sepertinya kamu menggunakan semacam trik untuk melakukan itu.”

Pria itu kini berhenti di dekat Mikael, dua langkah darinya. “Hmmm … kau ternyata besar juga ya jika dari dekat,” ucapnya, agak mendongak dengan tingginya yang 10 senti lebih pendek dari Mikael. “Dari kejauhan aku agak melihat aura emas di sekitar tubuh mu, yang mana kini sudah menghilang. Apakah kau seorang pendeta? atau … penyihir? melihat badanmu sih, sepertinya itu tidak mungkin.”

Melihat nada angkuh pria itu, Mikael mendekat dan hampir menempelkan dadanya ke pria itu. “Pikirkan semaumu. Sekarang, apa yang kau inginkan?”

“Hahaha, kau pikir dengan tubuhmu yang sedikit lebih tinggi dan dengan memamerkan otot mu, kau bisa mengancamku?” Pria itu kemudian mulai mendekatkan mulut nya ke telinga Mikael. “Apakah kau tidak tahu aku siapa?”

“Siapa memangnya? … umm ... kau? kau adalah ....” Drisla yang hampir terhalang tubuh Mikael, kini agak menggeser sambil bercelinguk menatap pria itu. “Ah, aku ingat! aku sepertinya pernah melihatmu … tunggu … bukankah kau yang berhutang senjata kepada ayah ku?! dan yang mengaku sebagai keturunan demigod juga?!”

“Oh, siapa wanita kecil ini?” kata pria itu, Willis, sambil menjauh dan mulai memandang rendah Drisla. “Hah … sekarang aku tahu, dengan melihat makhluk kecil ini bersamamu, apakah kau seorang murid pak tua itu? jadi … kau adalah seorang pandai besi, toh. Pantas saja …,” Willis berhenti, kemudian tersenyum lebar dan menatap tajam dengan matanya yang melirik ke arah Mikael dan Drisla secara bergantian.

“Apa yang ingin kau katakan? Katakan saja di sini,” ucap Mikael dengan santai dan dinginnya.

Willis menahan tawanya dan hampir tersedak, namun melepas tawa nya dengan begitu keras. “HAHAHAHAH … apakah kalian berdua memiliki hubungan?! Ini lucu sekali, apakah punya manusia benar-benar muat?!”

Dengan celotehan keras Willis yang sangat merendahkan bangsa kurcaci, para Kurcaci yang ada di dalam citadel, meski mereka adalah para prajurit juga, terlihat tak satupun dari mereka yang memprotes, bahkan mereka terkesan menghiraukan seakan takut.

Willis kemudian memutar tubuhnya, merentangkan tangannya seakan ingin unjuk diri ke arah para wanita petarung yang tadi bersamanya dan tampak seperti kumpulan harem milik nya. Dengan wajah sombong nya, ia pun berseru, “hei semuanya, lihat orang satu ini! sepertinya kita akan mendapatkan seorang pandai besi baru! Dan tentu saja … seorang yang memiliki kelainan juga!”

Mikael tidak merasakan apa-apa, karena emosinya terus teredam. Namun sesaat ia menoleh, melihat Drisla yang menahan tangis nya, Mikael pun berjalan mendekati Willis.

Di sisi lain, Willis yang menyadari sesuatu yang besar mendatanginya dari belakang pun memutar kembali tubuhnya. “Hah?! Tampaknya pacar manusia nya marah!”

Terdengar para prajurit dari kalangan manusia mulai tertawa keras saat mendengar celotehan nya kali ini. Bahkan ada beberapa yang bertepuk tangan kegirangan. Kini, Mikael pun menunduk, menutupi mata murka nya dengan bayangan.

Willis tersenyum lebar dan mulai menunduk berusaha mengintip wajah marah Mikael.

“Bisakah kau hentikan itu?” tanya Mikael, masih dengan nada yang datar.

“Kekeke, ini lucu sekali! Apakah kau ingin menangis?!”

Mikael kemudian dengan berusaha melemahkan semua otot nya pun mulai memegang kedua pauldron milik Willis.

“Heh, apakah kau ingin meminjam bahu ku untuk—“

Shhrraaat!

Kedua tangan sebahu milik Willis jatuh ke tanah, dan diikuti dengan darah yang mengucur deras dari bekas putusan nya.

Mikael kemudian mengangkat kepalanya, menatap Willis yang kini wajahnya tak mampu memproses dengan apa yang baru saja terjadi, sementara kini Mikael tersenyum lebar dengan tatapan yang merendahkan. “Ah … maaf, aku pikir aku sudah membatasi kekuatanku menjadi 1%,” ucapnya dengan begitu dingin.

Willis terdiam, matanya terbelalak lebar dengan urat yang memerah, sedang dirinya langsung terjatuh berlutut di depan Mikael. “A-a-apa yang … apa yang … tanganku,” lirih nya tertunduk, sedang air matanya mulai mengalir.

Mikael kemudian jongkok, dan mulai mengikuti gaya Willis untuk mulai melihat wajahnya. Kemudian, dengan santai, Mikael mengangkat kepala Willis dengan menarik rambut pirang nya. “Jadi … kenapa menangis? Cupcupcup … sini-sini, sama papa,” ucapnya, mulai memeluk Willis.

Willis mulai menangis kesakitan, sedang kepalanya langsung bersandar di dada Mikael. Lalu, dengan santainya, Mikael berdiri, namun ia tidak berdiri sendiri, melainkan setengah tubuh Willis ikut bersamanya, menyisakan setengah tubuh bagian bawahnya yang mengucurkan darah lebih banyak kini tergeletak di tanah.

“Ups,” ucap Mikael sekali lagi dengan badannya yang penuh darah, sambil melempar tubuh bagian atas Willis ke samping.

Kini, gelarnya sebagai keturunan demigod dan zirah nya yang mewah, sama sekali tidak bisa menyelamatkan Willis dari dinginnya Mikael. Kini, tubuh tak bernyawa Willis, tergeletak begitu saja, bersimbah darah, sementara keheningan tercipta karena sama sekali tidak ada yang bisa memproses dengan apa yang sedang terjadi saat ini.

Mikael kini mulai merentangkan tangannya sambil masih tersenyum puas, lalu memutar tubuh nya. “Jadi … apakah ada keturunan demigod lain yang sepertinya? Apakah ada yang ingin menjadi sang setengah kesatria sepertinya juga? Ada lagi?”

Dan semua pun menjadi hening dan mencekam. Sedang Drisla, kini hanya bisa terpaku, terdiam tak bisa berkata-kata di belakang Mikael sambil bersimbah darah karena terkena muncratan potongan tubuh Willis.

Lalu di tengah keheningan, seseorang berteriak dari pinggir lapangan. “A-a-apa yang kau katakan?! Dia bukan seorang keturunan Demigod! Dia adalah sang pangeran mahkota dari kerajaan Barum!”

“Oh … sh*t.” Dan kini Mikael harus memikirkan caranya agar bisa keluar dari masalah yang kini sudah menampakkan diri di hadapannya.

***.

Bersambung …

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!