Di jual oleh Bapak dan di beli Dosen tampan.
Kinayu, gadis berumur 22 tahun di jadikan sebagai alat penebus hutang. Menjadi istri dari Yudha Prasetya, yang ternyata adalah seorang dosen serta anak dari pemilik kampus tempatnya menimba ilmu.
Kenyataan pahit harus kembali ia terima saat dirinya mengetahui fakta jika ia bukan yang pertama. Bahkan harus tinggal satu atap dengan istri pertama.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka?
Apakah Kinayu kuat saat ia tau tujuan Yudha menikahinya?
Ig: weni0192
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Siang ini Kinayu telah rapi dengan outfitnya, celana jeans dengan kaos putih polos dan rambut di cepol. Sepatu kets dan tas selempang pun tak luput dari pendukung penampilannya.
Di hari libur ini ia memilih untuk pergi bersama kedua sahabatnya mencari buku sebagai bahan referensi untuk tugas yang Yudha berikan. Baginya keluar dari rumah ini ketika penghuni utama ada di rumah akan lebih baik dari pada berdiam diri dan hanya di jadikan bullyan Silvi.
Sejak pagi ia tak keluar kamar, bahkan mengabaikan waktu sarapan dan makan siang. Sebisa mungkin menjaga jarak dengan Yudha dan Silvi agar tak menimbulkan banyak masalah.
Kinayu turun dengan langkah santai, tangannya sibuk memegang ponsel membalas pesan kedua sahabatnya yang telah menunggu di depan lobby mall.
"Mau kemana?"
Suara berat yang sangat ia kenal menghentikan langkahnya yang sejak tadi tak melihat keberadaan pria itu di sofa ruang keluarga. Kinayu segera menoleh dan melihat sekilas setelahnya ia lebih memilih untuk menunduk.
"Ingin mencari buku untuk mengerjakan tugas dari Pak Yudha." Kinayu berkata lembut tapi penuh dengan penekanan.
Yudha beranjak dari sofa dan melihat penampilan Kinayu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Menarik, satu kata yang terlontar dari hati Yudha, tapi ia tak suka saat Kinayu pergi sendiri tanpa pengawasannya.
"Berapa lama?"
Kinayu menengadah kepala melihat Yudha dengan tatapan tak mengerti. Haruskah ia laporan serinci itu sedangkan bersama bapak saja ia di bebaskan asal bisa menjaga diri.
"Harus banget ya Pak?" Kinayu memberanikan diri untuk bertanya.
"Menurutmu?"
Kinayu menatap jengah Pria yang kini menatapnya begitu dalam, apa lagi dengan sikapnya yang seperti scurity kosan. Harus tau waktu dan tak boleh pulang lewat batas jam yang tertera.
"Pak, aku tuh keluar mencari bahan untuk tugas yang bapak kasih loh. Bukan untuk hal-hal yang negatif. Bisa nggak sekali saja memberikanku kebebasan," keluh Kinayu dengan wajah sendu. Ia benar-benar tidak tau lagi harus dengan cara apa menghadapi Yudha.
"Tidak lebih dari tiga jam!"
Kinayu menarik nafas dalam kemudian pergi begitu saja tanpa salam atau sekedar pamit seperti ketika ia berangkat kuliah.
Melajukan motornya dengan kecepatan sedang menuju mall terbesar di kotanya berharap toko buku di sana lengkap dan ia cepat kembali kerumah.
"Kin...."
Panggilan kedua sahabatnya menghentikan langkah yang sejak tadi berjalan dengan menatap satu persatu orang mencari keberadaan mereka.
"Kemana aja?"
"Kalian yang kemana? tadi bilangnya nunggu di lobby tapi nggak ada, menyita waktu tau!" kesal Kinayu kemudian melirik jam yang telah memangkas hampir 45 menit dari waktu yang Yudha berikan.
"Buru-buru banget mau kemana sich? ada janji sama Satria?" tanyanya Arum yang kemudian meraih tangan Kinayu dan mengajaknya segera menuju toko buku dilantai empat.
"Nggak, aku udah janji sama bapak pulang cepat." Kinayu mencoba memberikan alasan yang masuk akal agar tak dicurigai oleh kedua sahabatnnya.
"Ya sudah, go go....!" ajak keduanya. Kinayu bernafas lega melihat kedua sahabatnya mengerti dan segera mengajaknya agar tak membuang banyak waktu.
Kinayu dan kedua sahabatnya mencari buku-buku yang mereka butuhkan. Berjalan menyusuri lorong dengan meneliti satu persatu buku yang di cari.
Sempat berpencar tapi kembali berkumpul saat Arum menarik tangan Kinayu untuk berdiri mendekati Novi yang sedang menatap seseorang.
"Ada apa?" tanyanya dengan berbisik.
"Lihat itu Kinayu!" ucap kedua sahabatnya dengan menunjuk objek yang ada di depan.
Kinayu mengikuti arah pandang keduanya, tubuhnya membeku saat mata itu melihat jelas sesuatu yang menyakitkan tapi sudah harus di ikhlaskan.
Kinayu tersenyum getir saat pandangannya bertemu dengan pemuda yang kini sudah menjadi masa lalu. Berusaha sekuat tenaga berdiri dengan tenang dan menahan sesak di dada.
Kinayu melangkah pergi dan memilih segera membayar buku-buku yang telah ia dapatkan tadi. Berjalan dengan langkah lebar saat tau Satria mengejar.
"Mbak aku mau payment, tolong cepet ya!"
Kedua sahabatnya segera menyusul dengan berlari di belakang Satria, tapi Kinayu sudah lebih dulu keluar toko itu dan berlari menuruni eskalator.
"Maaf..."
"Permisi...." ucap Kinayu saat tubuhnya tak sengaja menyenggol para pengunjung lain. Ia terus berlari padahal tubuhnya sudah lemah karena sejak tadi belum makan.
Hingga sampai di parkiran tangan Kinayu di cekal oleh Satria yang berlari lebih cepat darinya.
"Dengerin aku dulu! ini nggak seperti yang kamu lihat! kasih kesempatan buat aku menjelaskan!" Kinayu sebisa mungkin melepas cekalan Satria tapi tak kunjung berhasil karena kekuatannya tak sebanding dengan Satria.
"Lepas Satria dan tidak perlu kamu menjelaskan lagi karena kita sudah tak ada hubungan apapun. Kita udah selesai, dan aku nggak ada hak apa-apa atas kamu!"
Satria menggelengkan kepala, ia tak terima dengan ucapan Kinayu. Bukan perpisahan yang ia ingin kan tapi pengorbanan yang ia harapkan.
"Nggak, kita nggak akan pisah! sampai kapanpun kamu tetap menjadi pacar aku Kinayu! Aku dan dia nggak ada apa-apa! percaya sama aku!"
"Sekalipun ada tidak jadi masalah Satria," lirihnya. "Aku sudah mengikhlaskanmu!"
"Aku hanya bekerja menjadi sopir Papahnya Rara, dan hari ini aku di tugaskan untuk mengantarnya kesini karena ada tugas dari Pak Yudha, bukan kah kamu sekelas dengannya?"
Satria memegang pundak Kinayu dengan erat. "Dengarkan aku Kinayu! aku bekerja untuk menembus mu kembali dari pria brengs3k itu!"
deg
Kianyu tersenyum getir, Satria sungguh keras kepala. Dia tidak pantas di perjuangkan karena hanya merepotkan. Kinayu pun sadar jika tak mungkin bisa lepas dengan mudah dari Yudha.
"Ikhlaskan aku dan lepaskan semua tentang aku, aku bukan wanita yang pantas di perjuangkan, aku hanya mengecewakan. Mengertilah Satria, masa depanmu lebih berharga dari pada aku. Berhentilah bekerja dan belajar tekun agar kamu bisa cepat menggapai cita-citamu."
Kinayu melepas kedua tangan Satria yang ada di pundaknya, mundur perlahan dengan senyum yang mengembang. Kemudian segera pergi dari sana.
Satria menatap nanar wanita yang berlari kian menjauh darinya. Kemudian merasakan usapan di lengan dari anak majikannya.
"Sudah, biarkan...ayo antar aku pulang!"
Di sepanjang jalan tangis Kinayu tak kunjung reda, di balik helm nya ia menumpahkan kesedihan. Bohong jika ia tak cemburu melihat Satria tampak bercengkrama dan bercanda dengan wanita lain apa lagi dengan jarak yang sangat dekat. Tapi sekarang keadaan sudah berbeda.
"Ikhlas..... ikhlas Kinayu!" Kinayu berusaha keras mengikhlaskan semuanya walaupun tak semudah ucapan. Dia segera mengusap kasar air matanya saat sudah masuk komplek rumah suaminya.
Turun dari motor dan melangkah gontai masuk kedalam rumah, dia menundukkan kepala takut Yudha melihat wajah sembab dengan mata yang sedikit membengkak.
"Ini menantuku yang baru? sungguh tidak sopan!"
terima kasih
saat membacanya aqu 😭😭😭
karna samaa