Kaisar Giok

Zhang Xuanye berjalan lurus hingga mencapai sebuah dinding batu besar. Di sana, sebuah sungai mengalir deras, menembus goa yang gelap pekat, nyaris tak terlihat ujungnya. Tanpa ragu, Zhang Xuanye melangkah masuk. Hawa lembab segera menyergapnya, seolah menyelimuti tubuh dan batinnya sekaligus. Kegelapan yang menyelimuti goa tersebut menimbulkan rasa waspada yang sulit dijelaskan, seakan-akan sesuatu yang tak terduga sedang menunggu di sana.

Suara-suara aneh mulai menggema di kepalanya, semakin lama semakin keras, membuat pikirannya kacau dan pandangannya berputar. Langkahnya goyah, dan akhirnya ia terjatuh ke tanah yang dingin. Dalam kondisi setengah sadar, Zhang Xuanye berusaha menenangkan diri. Ia duduk bersila, mencoba bermeditasi di tengah kekacauan pikiran yang terus mengganggu.

Waktu berlalu. Dalam keheningan yang akhirnya tercapai, ia membuka matanya perlahan saat mendengar suara tetesan air. Dirinya kini berada di atas permukaan air, dikelilingi kegelapan yang pekat. Segala sesuatu terasa tak nyata, namun ada ketenangan di dalam dirinya.

"Aku tahu keheningan membawa kekuatan yang tak tertandingi saat seseorang mampu mencapainya," gumamnya. Dengan lambayan tangannya, air di sekelilingnya terangkat ke udara, membentuk arus yang mengalir dengan lembut. Sebuah bayangan terpantul di permukaan air ketika Zhang Xuanye mulai melangkah. Perlahan, anak tangga bercahaya muncul di depannya.

Tanpa ragu, ia mulai menaiki anak tangga tersebut, langkah demi langkah, hingga tubuhnya terasa semakin ringan seolah-olah bebas dari beban duniawi. Ia berlari dengan cepat hingga akhirnya mencapai puncak tangga. Di sana, sebuah portal berpendar lembut terbuka di hadapannya. Zhang Xuanye melangkah masuk dan seketika mendapati dirinya berada di sebuah taman yang indah.

Bunga-bunga bermekaran di sekelilingnya, mengeluarkan aroma harum yang menenangkan. Sebuah kolam teratai berada di tengah taman, dengan altar batu yang menjulang di atasnya. Zhang Xuanye menghampiri altar tersebut dan duduk bersila. Energi kehidupan yang begitu murni meresap ke dalam tubuhnya, dipenuhi oleh welas asih dan kasih sayang yang mendalam.

Saat ia membuka matanya, pemandangan di depannya berubah drastis. Ia kini berada di angkasa luas, dikelilingi oleh bintang-bintang yang berkilauan. Di hadapannya, sosok raksasa Dewi Guanyin, dengan ukuran yang melebihi planet-planet, menatapnya lembut.

"Aku berharap kau tidak akan mengecewakan," ucap Dewi Guanyin dengan senyuman yang menenangkan, suaranya lembut namun penuh kekuatan.

Zhang Xuanye segera bersujud, memberikan hormat yang tulus. "Aku tidak akan mengecewakanmu, Dewi. Membebaskan makhluk hidup dari penderitaan untuk mencapai pencerahan adalah tugas yang sangat mulia," ucapnya dengan hati yang penuh ketulusan.

Dewi Guanyin mengangguk. "Baiklah. Aku akan memberimu delapan mantra suci." Dengan satu gerakan tangannya, delapan cahaya emas muncul dan berubah menjadi gulungan yang berisikan mantra-mantra suci. Gulungan-gulungan tersebut melesat masuk ke dalam tubuh Zhang Xuanye, membuatnya tersentak. Di dalam lautan kesadarannya, delapan gulungan suci tersebut mulai mengelilinginya.

"Terima kasih atas kepercayaanmu, Dewi," Zhang Xuanye menundukkan kepalanya dengan hormat.

"Kegelapan telah mulai menyebar, dan surga akan menjadi benteng terakhir bagi umat manusia," kata Dewi Guanyin sebelum sosoknya menghilang. Zhang Xuanye kembali ke dalam kesadarannya, melihat delapan gulungan mantra suci yang mengelilinginya. Ia mengulurkan tangannya, menyentuh salah satu gulungan, dan seketika gulungan tersebut terbuka, memperlihatkan mantra yang berjudul *Lotus Pelindung Surga*.

"Dari kuncup suci lotus, tumbuhlah kelopak pelindung. Dalam cahaya surga, biarlah tiada bahaya yang menghampiri."

Mantra suci tersebut meresap ke dalam jiwa Zhang Xuanye. Ia segera membuat segel tangan, dan seketika energi qi mengelilinginya, membentuk lotus yang kuncup.

"Sepertinya mantra ini dapat melindungi dari serangan, baik yang bersifat fisik maupun yang menyerang jiwa," gumamnya pelan, sambil berdiri kembali di atas permukaan air.

Ia memandang tujuh gulungan mantra suci lainnya. Meskipun tergoda untuk membuka semuanya, ia menahan diri. Zhang Xuanye bukanlah orang yang serakah atau terburu-buru dalam mengejar kekuatan.

Tiba-tiba, Qian Mu muncul melayang di udara, mengelilingi Zhang Xuanye sambil memperhatikan gulungan mantra suci yang terbuka.

"Sepertinya Dewi Guanyin telah memilihmu untuk membebaskan umat manusia dari penderitaan yang tiada akhir," ucap Qian Mu sambil tersenyum kecil.

"Sepertinya begitu," Zhang Xuanye mengangguk ringan. "Sang Dewi mempercayakan gulungan-gulungan ini kepadaku, mungkin itulah maksudnya."

"Baiklah," kata Qian Mu. "Karena kau telah berhasil melewati ujian spiritual dari Kuil Agung Guanyin, maka kau tentu sudah memiliki pemahaman mendalam tentang ketenangan dan kedamaian hati. Maka, bab kedua dalam pelatihanmu kini pantas untuk kau mulai."

Qian Mu mengulurkan tangannya, dan seketika sebuah pedang muncul, bersinar dengan aura yang begitu kuat dan kuno yang merupakan pedang Asal Mula Langit.

"Bab kedua berjudul Cahaya Hati Yang Murni. Karena kau telah menerima cahaya dari Dewi Guanyin maka sangat cocok untuk mempelajari jurus ini. Perhatian gerakanku,"ucap Qian Mu.

Zhang Xuanye menganggukkan kepalanya. Qian Mu melakukan jurus pedang membuat air melayang di udara mengikuti gerakannya. Setiap tebasan pedang yang dilakukannya menciptakan kilatan cahaya begitu cepat hingga bilah pedang melesat tanpa disadari membelah gelombang air.

"Apakah kau sudah melihatnya dengan jelas?"tanya Qian Mu.

"Sudah. Aku melihatnya begitu jelas,"balas Zhang Xuanye yakin.

"Hati dan jiwamu yang membimbing dalam melakukan jurus kedua ini. Tebasan pedang menciptakan kilatan cahaya yang membutakan dan tanpa disadari musuh telah menerima serangan bilah pedangmu,"ucap Qian Mu.

"Aku mengerti,"balas Zhang Xuanye menerima pedang Asal Mula Langit memfokuskan dirinya merasakan hatinya dan ketenangan dari pikirannya dan mulai mempraktekkan gerakan yang dilihatnya secara perlahan-lahan.

Gelombang energi menenangkan menyebar disertai cahaya samar-samar menerangi kegelapan lautan kesadaran. Bunga teratai muncul tercipta dari qi yang memadat. Zhang Xuanye dengan yakin mengayunkan pedangnya membelah lautan begitu cepat disertai kilatan menyilaukan. Nafasnya tersengal-sengal karena ayunan tersebut benar-benar menguras jiwanya.

Ia melihat pedang Asal Mula Langit ditangannya memegangnya erat dan memutarkannya melakukan gerakan berpedang melatih menggabungkan bab pertama dan kedua hingga menciptakan riuh gelombang pasang di lautan kesadarannya.

Zhang Xuanye melakukan gerakan jurus Sentuhan Seribu Belas Kasih menggunakan pedangnya menciptakan ilusi seribu tusukan pedang berkecepatan tinggi menghancurkan segalanya.

"Aku menamai jurus gabungan ini sebagai Pedang Seribu Hukum Keadilan,"ucapnya menghunuskan pedang menciptakan tembakan energi melesat dan mempunyai ledakan besar.

Zhang Xuanye puas kembali ke alam nyata dimana ia berada di depan patung sang Dewi suci Guanyin. Dirinya mendongak menatap patung tersebut menyalakan dupa memberi penghormatan sebelum pergi ke luar dari dalam kuil.