Berawal dari pernikahan yang dipaksakan dan berujung rumah tangga yang di hancurkan oleh pelakor...
Apakah Anita akan menangis dan merebut kembali suaminya??
Ohh.. tidak harga diri itu penting menurut Anita jika memang suami nya lebih memilih pelakor itu yaa serahkan saja itung-itung membantu orang yang tidak mampu mencari mendamping hidupnya. Dan memberikan barang bekas nya pada orang lain selagi masih bisa di manfaatkan kenapa tidak?
Agar tak mubazir ucap Anita.
Jahat memang mulut Anita mengatakan jika suaminya adalah barang, tapi dengan begitu ia tau apa saja yang di lakukan suaminya di luaran sana.
Apalagi soal selingkuh dan KDRT yang pernah di lakukan oleh suaminya semakin membuatnya yakin untuk menyumbangkan suaminya itu kepada orang yang lebih membutuhkan.
Dan kalau dipikir selingkuh itu macam penyakit yang tak ada obatnya selain mati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EVI NOR HASANAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Berdebat
****
"ngak bisa masuk yankk".
" coba di emut dulu, biar enak masukannya nga seret".
"udah iih, tapi ngak bisa juga nah".
" sini ahh aku aja, nih bisa gitu ajah ngak bisa".
"he he he... Makasih Ayang, kalo nga ad kamu mungkin nga kelar-kelar ini aku njahit, susah betul masukkan benang ke jarum nya".
Jam masih menunjukkan pukul lima pagi, tapi pasutri baru tersebut sudah di hebohkan dengan memasukkan benang ke jarum.
Anita hendak menjahit baju milik Diyon yang terlepas kancingnya.
*****
" kita masak apa yank?" tanya Anita pada suaminya.
" makan di luar yok? Aku lagi pengen bakso hamil".
"hah ? Bakso hamil yang bener aja, bakso beranak paling ?".
" iya itu maksudnya he he..."
Setelah di sepakat makan bakso, kedua sejoli itu berangkat menggunakan motor mars.
Setelah makan mereka bergegas pulang dan tak lupa membungkus bakso untuk Kiky di rumah.
*****
"Dia loh haid, mana mungkin orang haid hamil yang bener aja? Aku loh beneran liat dia bawa pembalut ke kamar mandi. Si Diyon yang belikan, aku juga tanya ke Diyon".
" trus yang di bilang orang-orang itu? Ngak bener? Mungkin Bapak sampek sakit mikirin omongan orang itu nah, makanya nga sembuh-sembuh begitu Diyon di nikahkan Bapak loh sehat".
"aku nga hamil kok mba tee.."
Kedua orang yang sedari tadi bercerita menggosipkan Anita pun serentak menoleh ke arah suara dan sedetik kemudian mata mereka melotot, melihat ke arah sumber suara.
"he he he... Udah pulang mbak?" ucap Niken adik ipar Anita sambil cengengesan.
Sedangkan Dina Kakak ipar Anita hanya meringis tanpa suara.
"sudah eh tapi maaf ya nga tak bungkuskan bakso, tak kirain belum pada kumpul jadi cuman belikan Kiky aja" ucap Anita sembari lewat di sebelah Niken dan Dina.
"jujur mbak, tee. Siapa yang bilangin aku hamil? Cerita dari mana itu?" tanya Anita dengan mode serius.
Disini Anita memanggil adik ipar nya dengan sebutan Tante atau tee selain untuk membahasakan Kiky, Anita juga merasa tak enak karena adik iparnya lebih tua sekitar tujuh tahun dari dirinya.
"cuman dengar-dengar aja kok, tapi sekarang dah terbuktikan kalo pean nga hamil, itu lah makanya kemaren aku bilang ke suami ku suruh Diyon cepat nikah.
Kasian Bapak juga tuh sakit ngak sembuh- sembuh." ucap Dina menceritakan kejadian sebelum Anita dan Diyon menikah.
"kek nya aku tau deh siapa yang ngomong masalahnya cuman satu orang itu ajah yang tau. Sewaktu aku sakit kemaren aku masuk angin m*ntah di samping rumah." ucap Anita sambil mengingat-ingat kejadian sewaktu ia sakit.
Setelah di rasa sudah malam mereka kakak beradik ipar tersebut bubar pulang ke rumah dan ke kamar masing-masing.
****
Sesampainya di kamar Anita menceritakan apa yang tadi di gosipkan tentang dirinya.
"hamil duluan mana ada, aku yang ngak jadi malam pertama gegara sirup merah tuh".
Plakkkk....
Awsss....
Dengan gemas Anita memukul paha suaminya itu, tak ayal tercipta lah tato merah cap tangan Anita di paha sang suami. Sedangkan Diyon sibuk mengusap sambil meringis merasakan panas pada paha yang di pukul istrinya tadi.
" sirup merah sirup merah emang ma*jan? Dah ah aku mau ganti baju, mau tidur" ucap Anita bangkit dari duduk nya.
Malam ini nga ada adegan belah semangka yaa...
Kemaren sudah tiga kali belah soalnya He he he...
Kukuruyuuuuuukkk...
Anggaplah suara ayam yaa karena ini sudah pagi...
Rutinitas Anita setiap setelah menghadap sang pencipta ialah membuatkan teh dan susu untuk anak beserta suaminya, guna menghangatkan badan.
Setelah anak dan suami berangkat bekerja, barulah Anita keluar gang untuk berbelanja sayuran sambil berpikir masak apa hari ini.
Sesampainya di tukang sayur Anita memilih setengah ekor ayam bagian dada, kecap, dan kangkung. Sepertinya hari ini ia akan masak ayam kecap dan tumis kangkung saja, tak lupa ia mengambil telur lima butir dan kerupuk mentah dalam plastik kecil.
"jangan ngutang ya mbak" ucap ibu-ibu yang juga belanja di tempat Anita belanja.
"mbaknya nga pernah ngutang kok buk, emang kaya ibu belum bayar udah nambah lagi" ucap penjual sayur membela Anita.
Anita hanya tersenyum mendengar perdebatan ibu dan mang penjual sayuran.
"ini aja kayaknya mang jadi berapa?"
"bentar ya mbak tak hitung" ucap penjual sayur sambil komat-kamit menghitung belajaan dan memasukkan dalam kantong keresek.
"tujuh puluh dua ribu mbak, tujuh puluh ribu aja itung-itung penglaris" ucap penjual sayur.
"ini om uangnya pas ya makasih" ucap Anita seraya melangkah menjauhi lapak sayuran.
Setelah masakan matang Anita bergegas mandi dan lalu sarapan, ia memang selalu sendiri jika anak dan suaminya punya kegiatan masing-masing.
Tidak terasa hari semakin sore, suami dan anaknya sudah sampai di rumah. Kini agenda makan malam, mereka makan malam bersama di selingi canda tawa.
"waoo... Enak buk masakan Ibu" ucap Kiky
"iya enak yank" ucap Diyon menimpali.
"mana upahnya Ibu kalo masakannya enak?"
Setelah mendengar ucapan dari wanita yang mereka sayangi itu, langsung lah Diyon dan Kiky serempak mencium pipi Anita kanan dan kiri alhasil kedua pipi Anita pun terdapat bercak minyak.
Anak dan Ayah itu pun tertawa bersamaan melihat wajah lucu wanita kesayangan mereka itu.
Anita yang di perlakukan demikian pun melotot namun, ia tak marah. Anita bergegas ke kamar mandi untuk membasuh wajah nya yang terdapat noda minyak.
Setelah selesai makan dan menjalankan kewajiban mereka menghadap sang pencipta mereka pun memasuki kamar masing-masing.
Tinggallah kini hanya berdua di dalam kamar, Anita dan Diyon.
Seperti biasa mereka memainkan ponsel masing-masing namun masih dalam jarak yang dekat, kini Diyon lah yang menjadikan bantal paha istrinya itu.
****
"yankk ambilkan pisau warna kuning..." teriak Diyon dari belakang rumah.
"emang kita punya pisau warna kuning?"
"ada yank itu nah di ata meja kayaknya tadi ku liat"
"ini hijau lah bukan kuning".
" kuning ini".
"hijau"
"kuning"
"hijau"
" karep mu".
Akhirnya perdebatan warna pisau pagi ini di menangkan oleh Anita. Entah aku yang nulis juga bingung itu pisau warna apa?
Besok-besok mau aku kasih tulisan kuning gitu aja lah biar jelas karena ada tulisannya.
Setiap hari setiap saat ada saja yang di perdebatkan oleh kedua manusia itu, entah nama baju atau pun tulisan di layar handpone.
Orang yang tak paham akan karater mereka, mungkin akan berpikir jika mereka sedang berkelahi atau gelud.
Karena suara mereka yang sama-sama keras dan terdengar tak mau ada yang mengalah, dan malah akan terdengar saling menyalahkan atau tak mau kalah.
Mungkin ini yang di namakan bumbunya rumah tangga, entah bumbu yang mana dan merek apa? Aku pun juga tak mengerti.
Setidaknya mereka berdua tidak beneran gelud itu aja sih yang penting.