EKSKLUSIF HANYA DI NOVELTOON.
Jika menemukan cerita ini di tempat lain, tolong laporkan🔥
Hari ulang tahunnya dan juga saudari kembarnya yang seharusnya menjadi hari bahagia mereka, justru berakhir duka. Berliana mengalami kecelakaan. Dan sebelum meninggal dunia, Berliana memberikan wasiat agar sang suami, Dion Ananta, menikahi kembarannya yakni Binar. Demi kedua buah hati mereka yang belum genap berumur satu tahun yakni Devina dan Disya.
Binar Mentari Mahendra terpaksa menikah dengan kakak iparnya demi kedua keponakannya yang sangat membutuhkan figur seorang ibu. Pernikahan yang membawa nestapa baginya karena hanya dianggap sebatas istri bayangan oleh suaminya.
Padahal di luar sana ada lelaki yang begitu mencintai Binar walaupun usianya lebih muda dua tahun darinya yakni Langit Gemintang Laksono. Satu-satunya orang yang mengetahui rahasia penyakit Binar.
Simak kisah mereka yang penuh intrik di dalamnya💋
Update Chapter : Setiap hari.
🍁Merupakan bagian dari Novel Bening☘️ONE YEAR
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 - Kok Kosong ?
"Kamu kan tahu jawabannya. Kenapa masih juga tanya? Huft !!" gerutu Langit.
"Binar kan sudah punya suami, Lang. Kamu mau jadi pebinor!"
"Kamu pikir Binar bahagia dengan pernikahannya. Sebagai sahabat, apa yang akan kamu lakukan kalau tahu sahabatmu menderita dengan rumah tangganya?" tanya Langit dengan nada sudah naik beberapa oktaf pada Nanda.
Keheningan pun terjadi. Keduanya sekarang berada di dalam lift rumah sakit menuju kamar perawatan Binar. Kebetulan kondisi lift yang mereka gunakan tengah sepi karena berada di ujung dan hanya ada mereka berdua saja di dalamnya.
"Kenapa diem?" tanya Langit menatap tajam Nanda.
"Aku enggak tahu harus jawab apa, Lang. Karena menurutku rumah tangga itu sangat privasi. Sebagai sahabat, aku hanya bisa mendoakan untuk kebahagiaan dan kesehatan sahabatku," tutur Nanda.
"Ya sudah. Kalau enggak tahu, gak perlu sok tahu!"
Tring...
Lift yang digunakan mereka berdua sudah tiba di lantai lima. Langit pun segera pergi menuju nomor kamar Binar yang sebelumnya sudah ia ketahui dari informan yang menghubunginya saat ia masih berada di Jogjakarta pagi tadi.
Ya, Langit dan Nanda terbang dari Jogja menuju Bandung secara mendadak. Ketika sarapan di kantin kampus dan mendengar kabar Binar jatuh sakit. Awalnya Langit mau pergi sendiri ke Bandung. Namun Nanda memaksa ikut karena ia juga sahabat Binar.
Beruntung keduanya mendapatkan tiket pesawat dengan cepat sehingga tak perlu menunggu lama, bisa langsung berangkat ke Bandung untuk melihat kondisi Binar.
☘️☘️
"Nah ini dia kamar Binar," gumam Langit lirih saat menemukan kamar nomor 69.
Langit yang tak sabar ingin bertemu dan mengetahui kondisi belahan jiwanya, tanpa permisi dirinya langsung mendorong pintu kamar perawatan Binar. Nanda pun mengikuti dari belakang.
Ceklek...
Tiba-tiba Langit dan Nanda terkejut setengah mati saat tak mendapati Binar di dalam kamarnya. Setelah di cek, di kamar mandi pun tak ada.
Deg...
"Di mana Binar?" tanya Langit heran.
"Kok kosong, Lang? Apa kamu enggak salah kamar?"
"Sudah bener kok. Kamarnya nomor 69," jawab Langit.
"Ehm, coba kita tanya suster atau resepsionis. Mungkin mereka tahu ke mana Binar," ucap Nanda memberikan saran.
Langit sudah memiliki bayangan buruk dalam benaknya tentang kondisi Binar. Pikiran negatif tengah menggelayutinya. Ia berulang kali mencoba menghubungi ponsel Binar, namun masih dalam kondisi tidak aktif.
"Damn!! Ponsel Binar masih gak aktif juga," keluh Langit semakin gelisah.
Akhirnya Langit tiba-tiba berlari menuju tempat resepsionis yang ada di lantai lima. Karena setiap lantai di rumah sakit tersebut ada suster jaga sebagai pusat informasi. Nanda pun terkejut melihat Langit berlari seperti orang kesetanan. Ia pun akhirnya berusaha mengejar Langit.
"Lang, tunggu !! Aku kan pakai hak tinggi. Jadi mana bisa lari kenceng kayak kamu!" teriak Nanda.
Langit pun mencoba berhenti dan menoleh pada Nanda yang ada di belakangnya dengan kondisi yang berjarak. Nanda pun masih berlari kecil menuju tempat Langit berdiri sekarang.
"Salah sendiri! Siapa yang nyuruh kamu ikut terbang dari Jogja ke Bandung? Apalagi pakai hak tinggi begitu!" teriak Langit.
"Iya, salah aku. Kan aku baru tahu kalau sahabatku ternyata lagi sakit. Dan tadi aku kan lagi kerja jadi Asdos. Otomatis pakai hak tinggi ke kampus. Kamu jahat banget sih Lang. Kok gak pernah bilang ke aku kalau Binar sakit sudah lama. Sahabat macam apa aku ini sampai Binar sakit begini tapi aku enggak tahu. Huhu..." Nanda pun mulai menangis.
"Eh, jangan nangis woii ! Dikira aku ngapa-ngapain kamu lagi. Jadi cewek cengeng banget sih!"
"Haiisshh!! Kenapa juga aku tadi nyetujuin kamu ikut segala ke Bandung. Gara-gara penyakit tukang ngupingmu itu, jadi bocor deh!" sengit Langit pada Nanda.
"Kan aku enggak salah juga. Habisnya lagi enak-enak sarapan eh kamu tinggal," jawab Nanda.
"Aku nanti mau bicara berdua dengan Binar. Kamu tunggu di luar. Nih bawain tasku. Dan jangan berani-berani buka isi di dalamnya. Awas kamu!" ancam Langit dengan tatapan tajam pada Nanda seraya menyerahkan tas ransel miliknya pada sang sahabat. Ketiganya memang bersahabat sejak kuliah di UGM. Binar, Langit dan Nanda.
Langit pun tiba di depan resepsionis lantai lima.
"Permisi Sus, Dokter Binar yang dirawat di kamar 69 lantai lima ini kok tadi saya ke kamarnya enggak ada. Ke mana ya? Apa sudah pulang?" tanya Langit pada suster jaga.
"Kalau boleh tahu, Anda siapanya Dokter Binar?" tanya suster itu kembali.
"Saya sepupunya Dokter Binar. Kebetulan Dokter Meta juga sudah mengenal saya dengan baik," jawab Langit guna meyakinkan suster tersebut.
"Dokter Binar belum pulang. Hanya saja sedang_" ucapan suster tersebut langsung terpotong.
"Sedang apa Sus? Binar kenapa? Bagaimana kondisinya sekarang? Jawab Sus !!" pekik Langit semakin cemas dengan pikiran yang sudah ke mana-mana. Seketika...
Bersambung...
🍁🍁🍁
BANTU LIKE💋
msh blom puas?
cerdas dan pinter dan tanggap
kan sudah besar ditinggal binar aja umur a 3thn lah sekarng di+ 5 thn kemudian kn sudah besar🙏