Suami Lumpuh Dan Adik Ipar

“Sekarang telpon kakakmu dan suruh dia kesini. Katakan padanya aku menyuruhnya datang, jangan katakan apapun selain itu!” perintah Ryo pada Aura.

Aura dengan jemari gemetar menelpon Jesica. Jesica mengira tidak ada yang sedang terjadi, ia akan datang tiga puluh menit lagi.

Setelah menunggu selama tiga puluh menit lewat, terdengar bel dari luar pintu. Anak buah Ryo yang berbadan besar membukakan pintu, kemudian Jesica masuk dengan mata membulat dan ia benar-benar terkejut.

“Andrey?!, Mas Ryo, apa yang terjadi?!” pekik Jesica yang menyaksikan pemandangan yang sangat mengejutkan.

“Ka-kau sudah sembuh Mas?” tanya Jesica mulai dihantui kecemasan.

Tanpa diberi aba-aba, kedua anak buah Ryo memegang tangan Jesica, melipatnya paksa ke belakang, diikat, kemudian mereka memaksanya untuk berlutut dihadapan Ryo.

“Mas!. Apa-apaan ini?!” Jesica berusaha berontak, tapi ia tidak mampu melawan kekuatan pria di belakangnya.

Kini Jesica berlutut bersebelahan dengan Andrey kekasihnya. Jesica memandang wajah Andrey yang penuh darah dan lebam.

“Jesica sayang, apa kabar? … kemana saja kau selama ini, hah?” sapa Ryo penuh tekanan.

“Mas!, apa ini!, kenapa aku diperlakukan seperti ini!. Aura!, apa yang kau katakan pada suamiku!”

“Dia tidak mengatakan apapun!, jangan salahkan dia. Akulah yang mencari tahu tentangmu dan tentang kebusukanmu!”

Ryo menatap Jesica sinis dan tajam.

"Aku tau semua yang kau lakukan bukan dari adikmu. Apa kau pikir aku sebodoh itu?, hingga tidak tau perbuatanmu selama ini!. Perbuatanmu benar-benar diluar batas. Berjudi! menghamburkan uang! berpesta! dan yang paling menjijikan, kau berhubungan dengan bajingan ini sementara aku sedang membutuhkanmu!"

Jesica memandang Ryo dengan penuh ketakutan, suaminya kini berbeda dengan yang ia kenal. Walaupun itu memang sudah sewajarnya, mengingat kelakuan Jesica yang benar-benar sudah diluar batas.

“Sebenarnya hukuman yang pantas untuk kalian adalah dibunuh. Tapi itu terlalu enak untuk kalian, aku ingin melihat kalian tersiksa, sebagaimana aku tersiksa!”

Jesica mulai merasakan ketakutan luar biasa pada suaminya sendiri.

“Kenapa kau lakukan ini, Mas!” pekik Jesica.

“Kau adalah penyebab semua ini Jes. Dari mulai kebakaran kecil mansion yang kau besar-besarkan, yang ternyata bukan apa-apa, menjadikan sahabatku Bagas meninggal, dan aku tersiksa dalam hari-hari terburukku. Juga ketika aku membutuhkanmu disisiku, kau malah memilih berduaan dengan bajingan ini, lalu kau bertanya padaku, kenapa aku lakukan ini?, apa kau waras?!” ujar Ryo yang seolah sangat berbeda dari yang Jesica kenal.

"Kau juga pasti ingat apa yang sudah kau lakukan pada adikmu sendiri?!, menyiksanya seperti bukan manusia. Apa kau ingat dosa-dosamu itu, brengsek!" kemarahan Ryo membuat Aura dan Jesica dalam ketakutan yang sangat.

“Sekarang, aku ingin kalian merasakan apa yang aku rasakan. Dari si pria dulu. Bagaimana kalau kita buat kakinya lumpuh, bukankah itu adil, Jes?”

“Tidak!, jangan Mas! … apa kau sudah gila?!” pekik Jesica.

Andrey juga sempat berontak dengan tangan terikat kebelakang, tapi tenaganya seolah hampir habis.

“Tuan Ryo, kumohon, ampuni aku!” pinta Andrey pada Ryo.

“Hah, mengampunimu?!, ini sudah termasuk bentuk pengampunanku, bajingan!, seharusnya kau mati saat ini juga!” wajah Ryo memerah menahan amarahnya.

“Tembak kakinya!” perintah Ryo pada Yunda yang sedari tadi sudah memegang senjata api.

“Ja-jangan! Tuan Tolong jangan!” teriakan Andrey sama sekali tidak di gubris Ryo.

Anak buah Ryo memaksa Andrey untuk meluruskan kakinya.

Setelah Yunda mengangguk, …

DZEEP! DZEEP!

Senjata api laras pendek dengan peredam di ujung mulut pistolnya meluncurkan timah panas kearah kaki Andrey. Spontan Andrey berteriak sekuatnya, tapi mulutnya telah disumbat sebelumnya dengan kain.

Andrey menahan sakitnya tanpa bisa menjerit. Ia sempat menatap Jesica.

Jesica juga berteriak sambil menangis melihat darah mengucur di kaki Andrey kekasihnya.

“Sekarang giliranmu, Jes …” Jesica spontan membulatkan matanya dan dengan wajah penuh kengerian ia memohon pada Ryo.

“Mas!, maafkan aku Mas, aku mohon!. Aku akan melakukan apapun untuk menebus kesalahanku, Mas!, tapi tolong jangan siksa aku. Kumohon … ampuni aku!” tangis Jesica semakin menjadi.

“Aku memaafkanmu?, sepertinya sudah terlambat.”

Ryo mengisyaratkan dengan jemarinya agar anak buahnya memberikannya sebuah pisau.

Setelah menerima pisau itu, Ryo bangkit dari duduknya, kemudian menghampiri Jesica. Pria itu melangkah kearah Jesica, kemudian bersimpuh dengan sebelah lutut yang menempel kelantai dan sebelah lagi terangkat.

“Ini akan sedikit sakit Jes, kau akan merasakan bagaimana rasanya tidak bisa melihat warna-warni dunia ini dan hidup dalam kegelapan.” Ryo menunjukan pisau di depan wajah Jesica.

“Mas! Tolong jangan lakukan itu!” pekik Aura memohon ampunan untuk kakaknya. Tapi seolah Ryo tidak memperdulikannya, pria itu masih melanjutkan balas dendamnya.

“A-apa yang ingin kau lakukan padaku!” Jesica gemetar dengan ketakutannya yang sangat.

Ryo bangkit berdiri, kemudian ia meraup rambut belakang Jesica dengan kasar, hingga wajah wanita itu mendongak dan menatap wajah Ryo.

“Mas! Kumohon … tolonglah, ampuni aku … Mas Ryo!“ dengan mata terpejam dan tangis yang semakin keras, Jesica tahu bahwa suaminya tidak main-main.

“Apa selama ini kau pikir aku bodoh?, dengan seenaknya kau menipuku!”

Ryo mulai mengarahkan pisau itu di pelipis Jesica. Seolah pembunuh atau psikopat berdarah dingin, ia seakan bermain dengan korbannya.

“Aku akan mengambil penglihatanmu, dasar jalang!” ucap Ryo menyeramkan sambil menusukan sedikit mata pisau ke pelipis Jesica hingga darah menetes akibat goresan pisau.

Tiba-tiba Aura berlari dan berlutut memeluk kaki Ryo.

“Mas Ryo, kumohon … ampuni kakakku!. Dia memang bersalah, tapi tolonglah Mas, jangan siksa dia seperti ini, kumohon … kumohon! …” Aura terus mendekap kaki Ryo dengan erat.

“Jangan halangi aku!. Kalian telah membuat kesalahan besar, dan kalian mencari masalah dengan orang yang salah!”

Ryo menyuruh Yunda menyingkirkan tubuh Aura, dan wanita itu dipaksa melepaskan genggamannya di kaki Ryo. Tetapi dengan cepat Aura bangkit kembali, kemudian ia berdiri tepat dihadapan Ryo.

Aura dengan tatapan tajam menatap dalam-dalam manik mata Ryo. Tangan wanita itu dengan cepat meraih dan memegang pisau yang di genggam Ryo, kemudian Aura mengarahkan pisau yang dipegang Ryo menuju ke jantung Aura.

“Bunuh saja aku Mas!, jika itu bisa menebus kesalahan kakakku. Dia juga masih istrimu bukan?, yang terjadi padamu adalah kecelakaan Mas, kenapa mereka harus mendapatkan perlakuan seperti ini!” ucap Aura penuh amarah.