Aluna, seorang penulis sukses, baru saja merampungkan novel historis berjudul "Rahasia Sang Selir", kisah penuh cinta dan intrik di istana kerajaan Korea. Namun, di tengah perjalanannya ke acara temu penggemar, ia mengalami kecelakaan misterius dan mendapati dirinya terbangun di dalam tubuh salah satu karakter yang ia tulis sendiri: Seo-Rin, seorang wanita antagonis yang ditakdirkan membawa konflik.
Dalam kebingungannya, Aluna harus menjalani hidup sebagai Seo-Rin, mengikuti alur cerita yang ia ciptakan. Hari pertama sebagai Seo-Rin dimulai dengan undangan ke istana untuk mengikuti pemilihan permaisuri. Meski ia berusaha menghindari pangeran dan bertindak sesuai perannya, takdir seolah bermain dengan cara tak terduga. Pangeran Ji-Woon, yang terkenal dingin dan penuh ambisi, justru tertarik pada sikap "antagonis" Seo-Rin dan mengangkatnya sebagai selirnya—suatu kejadian yang tidak pernah ada dalam cerita yang ia tulis!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Lestary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26: Strategi Penyelamatan Diri
Aluna duduk dalam keheningan malam, pandangannya menerawang pada bulan yang bersinar pucat di langit. Segala peristiwa yang ia alami dalam kehidupan barunya ini, terasa seperti putaran takdir yang sepenuhnya di luar kendalinya. Kehamilannya sendiri, sesuatu yang tak pernah ia bayangkan akan terjadi, kini menjadi pusat dari kebimbangan dan ketakutannya. Bagaimana mungkin semua ini begitu jauh berbeda dari apa yang ia tulis dalam novelnya?
Ia teringat dengan jelas alur cerita yang dulu ia susun dengan hati-hati. Dalam kisah itu, Kang-Ji mengandung tak lama setelah menikah dengan Ji-Woon, tetapi karena kondisi yang lemah, kehamilannya berakhir tragis di bulan ketujuh. Kejadian itu membuat seluruh istana terombang-ambing dalam tekanan politik yang rumit. Para menteri mendesak Pangeran untuk segera memperluas keturunan dengan memilih selir tambahan. Kala itu, Ji-Woon akhirnya diperkenalkan pada Hae-Ri, putri Menteri Park, yang dikenal ambisius dan haus kekuasaan.
Hae-Ri, dalam novel itu, menjadi sosok yang menakutkan bagi Seo-Rin. Ia cerdas, lihai, dan sangat terampil dalam permainan politik istana. Dengan segala kemampuannya, Hae-Ri mampu mengubah istana menjadi medan perebutan kekuasaan yang tidak hanya menghancurkan Kang-Ji, tapi juga memaksa Seo-Rin berada dalam posisi yang sangat sulit. Aluna mengenang bagaimana ia pernah merangkai intrik demi intrik, membuat konflik di antara karakter-karakter ini kian meruncing. Namun kini, situasi menjadi jauh lebih kompleks, karena dia terjebak dalam konflik yang ia ciptakan sendiri.
Dengan jemari yang bergetar, Aluna mengusap perutnya yang masih rata, merasakan kehadiran kehidupan kecil yang tumbuh di dalamnya. “Aku tak pernah berniat membuatmu terjebak di tengah semua ini…” bisiknya pelan, seakan berbicara pada bayi yang dikandungnya.
Meski ia adalah pembuat cerita ini, Aluna tak lagi yakin bisa mengendalikan jalannya kisah hidupnya sekarang. Ia tahu, kisah Kang-Ji yang keguguran di bulan ketujuh hanya menjadi awal dari ketidakstabilan politik istana. Aluna merasa ketakutan jika cerita yang dulu ia tulis akan benar-benar menjadi kenyataan. Membayangkan bagaimana Kang-Ji bisa terpuruk dan Seo-Rin berada di ujung tanduk, Aluna pun menggenggam erat tangannya, bertekad untuk melakukan segalanya demi menghindari tragedi yang pernah ia tulis.
Namun, satu hal yang kini menggelayuti pikirannya lebih dalam—bagaimana ia akan melindungi bayinya dari segala kemungkinan buruk yang bisa terjadi?
Aluna duduk termenung, hatinya bergemuruh dengan kekhawatiran yang tak kunjung reda. Hari demi hari, ia merasa seperti terperangkap dalam labirin takdir yang ia buat sendiri, tanpa bisa menemukan jalan keluar. Bagaimana mungkin ia bisa melindungi bayinya dari takdir yang mengerikan ini? Semua pilihan tampak salah dan berisiko. Namun, ia tahu ia tak bisa terus berdiam diri dan membiarkan hidupnya terus dikendalikan oleh karakter yang ia ciptakan dulu.
Aluna teringat pada rencana-rencana politik yang pernah ia tulis di novel. Intrik-intrik yang melibatkan menteri, sekutu rahasia, dan ambisi tersembunyi yang membuat istana menjadi tempat yang berbahaya. Terlintas dalam benaknya wajah Kang-Ji, yang dalam novelnya akan melakukan apa saja untuk mendapat pengaruh dan kekuasaan demi anak yang ia kandung.
Tetapi kali ini, Aluna merasa ada celah yang mungkin bisa ia manfaatkan untuk menulis ulang takdirnya. Jika dalam novel, Seo-Rin hanya pasrah pada keadaan, kali ini Aluna tak mau menyerah pada perannya sebagai pion dalam permainan kekuasaan. Ia sadar, perlindungan untuk dirinya dan anaknya hanya bisa dicapai jika ia melawan takdir novel dan bertindak sebagai sosok yang kuat dan berani—bukan sekadar karakter yang tunduk pada cerita yang telah ia buat.
Dengan tekad yang baru tumbuh, Aluna merencanakan langkah-langkah yang akan ia tempuh. Pertama, ia harus mendapatkan kepercayaan dari orang-orang yang berpengaruh di istana tanpa menarik terlalu banyak perhatian. Selanjutnya, ia harus membuktikan bahwa ia adalah seorang sekutu yang berharga bagi Ji-Woon, namun di saat yang sama memperlihatkan posisinya sebagai calon ibu yang lemah dan tidak mengancam posisi Kang-Ji.
Namun, Aluna tahu perjuangan ini tidak mudah. Di dalam hatinya, ia masih memendam ketakutan bahwa Kang-Ji dan Hae-Ri, jika Hae-Ri benar-benar akan muncul seperti di dalam novelnya, akan menjadi ancaman besar. Apalagi, Pangeran Ji-Woon, meski peduli padanya, memiliki kewajiban sebagai pewaris takhta yang bisa mengarahkannya pada pilihan yang sulit.
Aluna mengepalkan tangan, membulatkan tekadnya. Ia akan menghadapi siapa pun, mengakali takdir novel ini, dan menciptakan akhir yang berbeda. Bagaimanapun, ia telah mendapatkan kesempatan kedua, dan kali ini ia tak akan membiarkan karakter-karakternya sendiri mengendalikan hidupnya.
Aluna perlahan mulai menyadari bahwa kegagalan dan kehancurannya di dalam novel ini bukan hanya karena takdir, tetapi juga akibat dari kesombongan dan ambisi berlebihan yang melekat pada karakter Seo-Rin. Ia teringat bagaimana dalam novelnya, "Rahasia Sang Selir," Hae-Ri digambarkan sebagai sosok selir yang paling dicintai oleh Pangeran Ji-Woon. Sosok yang tampaknya ditakdirkan untuk memenangkan hati pangeran dan berperan penting dalam jatuhnya Seo-Rin.
Namun kini, keadaan berubah drastis. Alih-alih Hae-Ri, justru Aluna yang sekarang berada di posisi itu—menjadi sosok yang disayangi Pangeran Ji-Woon, satu-satunya yang sepenuhnya mendapatkan perhatiannya. Tapi ketakutan mulai menghantui pikirannya, terutama tentang apa yang akan terjadi bila Kang-Ji mengalami keguguran. Apakah Pangeran Ji-Woon tetap akan menjalani jalan yang sama dan menikahi Hae-Ri, meski kini ia telah memiliki anak yang dikandung oleh Aluna?
Pertanyaan-pertanyaan itu berputar di benaknya, menambah kecemasan. Dalam alur yang ia ciptakan, Hae-Ri berhasil masuk ke istana karena menikah dengan Ji-Woon, sementara Seo-Rin hanya berhasil menyusup dengan menyamar. Saat itu, Seo-Rin adalah karakter ambisius yang rela mendukung pihak putri mahkota hanya untuk kekuasaan. Tetapi pengkhianatannya terungkap oleh Hae-Ri, yang kemudian meruntuhkan seluruh rencananya.
Sekarang, Aluna bertanya-tanya: apa yang akan terjadi jika ia bisa mencegah Pangeran Ji-Woon menikahi Hae-Ri? Apakah takdir bisa berubah, dan apakah ia bisa menyelamatkan dirinya dari kehancuran dengan memilih jalan yang berbeda dari karakter Seo-Rin dalam novelnya? Pikirannya mulai membentuk sebuah tekad baru. Jika ia berhasil menggagalkan pernikahan itu, mungkin jalannya di istana akan tetap terjaga—dan kali ini, tanpa kesombongan yang dulu menghancurkan karakter yang ia ciptakan sendiri.
Malam itu, dengan pikiran yang lebih tenang dan rencana yang mulai terbentuk, Aluna tertidur dengan harapan baru. Pagi harinya, ia akan mengawali langkah pertamanya—membangun jaringan di istana dan perlahan menyusun strategi untuk melindungi dirinya dan anaknya dari intrik yang mulai memanas.
Bersambung >>>