Senja Anindita gadis cantik yang baru saja lulus SMA diharuskan menikah dengan Abyansyah sang kakak tiri yang merupakan seorang Dokter ahli Bedah berusia 33 tahun, bukan perbedaan usia dan status duda anak 1 yang membuat Senja ragu menjalani pernikahan ini, namun rasa benci Abyansyah yang selalu menganggapnya sebagai anak dari perusak rumah tangga kedua orang tuanya.
Bagaimana Aby dan Senja menjalani kehidupan pernikahan ini??
C
e
k
i
d
o
t
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deodoran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Mata Aby tak pernah lepas dari Senja yang sejak tadi mondar mandir didalam kamarnya, mulai dari memandikan Kaila hingga memakaiakan gadis kecil itu pakaian.
Sementara Senja Acuh tak acuh dengan tatapan Sang suami, ia tak peduli jika suaminya itu sudah mengutarakan niat hendak mempertahankan rumah tangga ini toh tetap masih ada laras didalam hatinya apalagi Aby tak memungkiri Laras masih menjadi prioritasnya.
Senja begitu cantik dimata Aby padahal gadis itu bahkan belum mandi dan hanya mengenakan daster kaos rumahan andalannya dengan rambut yang dicepol tinggi.
Ia teringat Nata salah satu pasiennya yang jatuh cinta pada istri seseorang, Aby menggelengkan kepalanya pelan membayangkan istrinya yang cantik itu juga menjadi idaman lelaki lain karena kesalahannya.
"Tidak....Tidak...."
"Mas Kenapa?" tegur Senja yang baru saja selesai memakaikan sepatu pada kaki kecil Kaila.
Alis Senja bertautan melihat tingkah Aby yang tidak seperti biasanya. Pria itu nampak memiliki beban fikiran yang banyak.
"Ah, tidak apa" Aby menatap Lekat Senja.
"Mas gak kerumah sakit?" Heran Senja padahal Aby biasanya akan gegas berangkat jika sudah berpenampilan resmi seperti sekarang ini.
"Aku antar ke Panti ya" Aby mengabaikan pertanyaan Sang istri, entah hari ini rasanya ia ingin melihat Senja terus.
"Mas kasian pak Ahmad dibawah sudah nunggu " Jawab Senja Lembut.
"Jadi atau tidaknya dia antar kamu gajinya tetap jalan kok"
"Tapi mas aku gak enak" Senja menggigit bibir bawahnya, baru kali ini ia merasa seperti melakukan sebuah kebohongan besar, meski pada kenyataannya ia tidak sedang berbohong, ia memang merasa tidak enak jika Pak Ahmad tidak jadi mengantarnya, tapi bukan sekedar itu Senja sudah terlanjur janji kepada Nata akan menjemput pria itu dan bersama sama ke Panti.
Apakah ia baru saja melakukan kesalahan? Atau sebaiknya ia jujur Saja? tapi mengapa ada bisikan kecil yang menyuruhnya untuk tetap diam? Senja masih bertarung dengan batinnya sendiri.
Cup.
Aby akhirnya mengalah dan lebih memilih mengecup pucuk kepala sang istri.
"Ya sudah, kamu hati hati dijalan kalau begitu" Pesan Aby sambil mengelus pundak Senja.
"I-Iya Mas, Aku antar kedepan Mas"
"Heem" Aby menggenggam jemari Senja sambil berjalan ke pintu depan.
"Bi nitip Kaila didalam, maminya mau kedepan" pesan Aby pada Bi Asih ketika sepasang suami istri itu keluar kamar.
"Iya Tuan" Bi Asih cengar cengir melihat kebucinan Aby yang sudah mulai terlihat. Ia sudah menduga siapa yang akan memilih barang bekas jika yang disegel masih begitu rapi.
"Mas, hati hati dijalan" Senja mencium punggung tangan Aby takzim.
"Iya, sampai Panti jangan lupa video call ya"
"Iya Mas"
.
.
.
"Ah iya ini benar lokasinya" Senja berbicara sendiri menatap bangunan dua lantai dihadapannya bergantian dengan lokasi yang dikirimkan Nata melalui aplikasi hijau di ponselnya.
"Tunggu sebentar ya pak Ahmad, saya telp teman saya dulu"
"Iya Non"
Tak lama berselang seorang pria nampak keluar daŕi salah satu kamar dilantai dua.
"Oh itu dia" Sahut Senja bahagia.
"Om...om...." Kaila pun tak kalah antusiasnya melihat Nata dari kejauhan.
"Temannya cowok Non?" Alis pak Ahmad sedikit mengkerut.
"Iya pak, dia kak Nata salah satu anak panti disana, kita sudah janji kalau ke panti harus sama sama" Senja tersenyum tanpa arti.
"Kak Duduk didepan" Senja membuka sedikit kaca mobilnya. Dan Natapun mengangguk.
Pria 24 tahun itu sempat mengagumi mobil yang digunakan Senja sebelum masuk dan duduk disamping pak Ahmad, ia tahu harga mobil tersebut diatas setengah milyar, sangat jauh berbeda dengan mobil brio keluaran pertama milik club yang biasa mereka gunakan.
Pak Ahmad tak pernah lalai dari pantauannya, ia senang melihat Senja tertawa karena Nata yang terus bercanda pada Kaila. Pria paruh baya itu tahu dari tatapan Pemuda disampingnya setiap kali menoleh dan melihat Senja semua menyiratkan jika ia jatuh cinta pada Gadis muda yang berstatus sebagai istri tuannya itu, Pak Ahmad tentu tak lupa dengan pesan Aby untuk menjaga istri dan juga anaknya.
"Jadi sekarang kamu kalau bepergian akan terus diantar?" Nata tak bisa menyembunyikan rasa kecewanya, padahal biasa jika ia jalan bertiga ia merasa seperti memiliki sebuah keluarga kecil yang bahagia.
"Iya kak, oh iya kenalkan ini Pak Ahmad" Senja masih dengan wajah polosnya, ia tak tahu jika pak Ahmad sudah mulai menelisik gerak geriknya, untung saja Pria paruh baya itu tidak menemukan rasa yang serupa dari Senja kepada Nata. Tapi Pak Ahmad tetap berfikir harus melaporkan hal ini kepada sang atasan.
Dua pria itu saling bersalaman dengan senyum canggung.
Pak Ahmad tak bersuara lagi setelah perkenalannya dengan Nata ia sibuk mengamati situasi dan Nata sadar betul akan hal tersebut.
"Apa bapak ditugasi memata matai Senja oleh suaminya?"
"Maksud Den Nata apa ya?" Pak Ahmad pura pura tak tahu.
Mereka berdua berdiri bersisian sambil bersandar pada body Sedan Altis, dengan mata yang tertuju pada Senja yang tengah asyik menemani kaila bermain bersama anak anak panti. Disana juga ada bunda Maryam yang nampak sesekali berbicara dengan Senja.
"Tolong jangan menyusahkan hidup gadis itu, saya sudah sering mendengarnya menangis dan itu sangat menyakitkan, kami tak ada hubungan apa apa, bapak tak perlu memberitahukan keberadaan saya pada Suami Senja"
"Maksud Den Nata?"
"Jika suami Senja tahu akan keberadaan saya, saya yakin Senja akan mengalami kesulitan, saya tidak ingin Suami Senja melarang gadis itu ke Panti lagi padahal disini ia bisa tertawa bahagia dengan para anak anak panti" terang Nata.
Sebenarnya Aby tidak meminta dirinya untuk memata matai Senja, hanya saja Dokter ahli bedah itu terkadang bertanya apa saja yang dilakukan Senja dan Kaila jika keluar rumah? Maka Pak Ahmad akan mulai menceritakan perjalanannya mulai dari meninggalkan Apartemen hingga ke pusat permbelanjaan, misalkan jika Kaila dan Senja tengah berbelanja.
Pak Ahmad menghela nafas panjang" Den Nata ini masih muda, saya harap tidak berfikiran macam macam sama Nona Senja, saya juga tahu sedikit bagaimana kehidupan Nona Senja dari istri saya yang bekerja sebagai ART di rumahnya, jadi Saya tidak akan mengadukan hal yang macam macam, Semoga Den Nata bisa menjaga diri karena sebagai seorang laki laki yang pernah muda saya tahu betul apa yang ada dalam fikiran Den Nata"
"Bapak bisa memegang Janji Saya, saya tidak akan menjerumuskan Senja dalam hubungan yang bapak takutkan"
'Karena saya lebih senang bermain bersih' Lanjut Nata didalam hati.
"Baiklah Den, semoga Den Nata bisa menjaga Nona Senja sebagai seorang Teman" Pak Ahmad menepuk pundak Nata pelan.