NovelToon NovelToon
Sisi Gelap Sebuah Klinik

Sisi Gelap Sebuah Klinik

Status: sedang berlangsung
Genre:Rumahhantu / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: LiliPuy

Doni, seorang anak yang menitipkan hidupnya di sebuah klinik, namun ternyata klinik tersebut menyimpan sejuta rahasia penting, terutama untuk hidupnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiliPuy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

jawaban tak Terduga

Kedalaman malam menyelimuti kota ketika Doni melangkah keluar dari kantor sosial setempat. Kemarin, ia merasa harapannya mencuat, tetapi kini sisa harapan itu hancur berkeping-keping. Kakitangan kantor tadi mengatakan tidak ada laporan kematian seorang ibu saat melahirkan 18 tahun lalu. Jelas, pencariannya berujung pada kebuntuan.

Ia menggenggam foto usang yang sudah pudar sudut-sudutnya. Wanita dalam foto itu tersenyum, wajahnya mengisyaratkan kehangatan. Namun, di matanya, Doni selalu melihat kebingungan—sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan.

Di bagian luar gedung, cahaya lampu jalan menerangi beberapa langkahnya. Suara deru kendaraan berlalu memecah kesunyian.

“Hah, jadi semua ini hanya kesia-siaan?” Doni teringat kata-kata Ara yang sempat memberi semangat padanya.

Sebagai jawaban, petang menggelisahkan karena kosong. Itulah waktunya untuk kembali ke klinik. Ia berharap menemukan sesuatu di sana, mungkin yang tersisa stempel sakit hati yang tak terucapkan.

Setibanya di depan klinik, pintu kaca berkilau membayangkan sosoknya. Mungkin ada hal yang dapat membantunya. Dengan perlahan, ia menggerakkan pintu dan melangkah masuk.

Suasana dalam klinik tampak sunyi. Papan nama dengan huruf "Dr. Smith" tampak megah namun tanpa nyawa.

“Apa kabar?” suara lembut menyambutnya dari belakang meja resepsionis. Ara, dengan senyumnya yang menenangkan, mengangkat kepala.

Doni menggeleng, kuku-kukunya menggaruk lengan bajunya.

“Jadi, bagaimana? Ada kabar baik?” Ara menghampiri dengan langkah ringan, matanya meneliti wajahnya.

“Itu... Ternyata, tidak ada ibu yang meninggal saat aku lahir. Semua berkutat dalam kebohongan. Ironis, ya?” suara Doni nyaris tak terangkat.

Mendengar itu, ekspresi Ara berubah. Dia terdiam sejenak, lalu menautkan alisnya.

“Kamu sudah mencoba untuk mencari di tempat lain?”

“Belum. Mungkin aku seharusnya pergi ke rumah sakit besar atau mencari catatan lama. Tapi semua itu sepertinya membuatku semakin terjebak dalam jeratan rahasia yang tak terungkap.”

“Doni, ingat, kita tidak sendirian. Aku masih ingin mencari tahu. Mungkin ada yang bisa kita gali dari catatan lama.”

“Seharusnya aku tidak melibatkanmu dalam semua ini,” Doni menjawab sambil menunduk.

Ara menepuk bahunya.

“Jangan pikirkan itu. Ini tentang kamu—tentang pencarianmu. Kita semua berhak untuk mengetahui kebenaran, bukan?”

Doni merasakan semangatnya mulai pulih perlahan.

“Baiklah, terima kasih, Ara. Mungkin kita bisa bersama menghadapi ini.”

Lalu, mereka pun memutuskan untuk menghampiri Maya. Tidak ada waktu untuk terbuang sia-sia.

***

“Aku tidak percaya itu. Seharusnya ada catatan!” Maya mengonsolasi diri sendiri dengan memijat pelipisnya.

“Jadi, tidak mungkin kan kalau ibumu tak meninggal saat melahirkannya?” tanya Ara yang duduk di tempat yang disediakan.

“Aku akan mencari tahu di rumah sakit. Melihat catatan kelahiran mungkin bisa membantuku.”

“Aku bisa membantumu untuk itu,” Ara menyarankan sementara Maya menggali catatan di meja.

“Lihat, aku akan menghubungi temanku yang bekerja di rumah sakit,” Maya mendalam pikirannya. “Kalau ada catatan, aku bisa meminta salinannya.”

Sembari Maya mengambil ponsel, Doni memerhatikan keduanya.

“Sebentar, apakah aman melakukannya? Aku tidak ingin kami semua terjepit karena ini,” ujar Doni, gelisah.

“Doni, kita butuh keberanian. Jika semua ini berputar di sekitar kita, kita harus bertindak cepat,” ucap Ara.

Maya terpaku.

“Dua belas tahun lalu, ada satu catatan yang menyatakan ada kelahiran ganda di rumah sakit. Apa kalau kita cari tahu lebih lanjut?”

Ruang kecil klinik terisi oleh emosi, sekaligus ketegangan. Doni merasakan napasnya meningkat. Ada sesuatu di dalam diri yang memanggil. Mungkin rasanya semacam panggilan untuk mencari sebuah nama.

“Kalau begitu,” Doni bersuara tegas, “Aku akan ikut pergi ke rumah sakit.”

“Aku tidak akan mengizinkanmu pergi sendiri. Kita semua terlibat dalam ini,” Ara menantang.

Doni menghela napas.

“Semua ini untuk ibu. Itu juga bagian dari diriku,” ia menegaskan.

“Aku setuju. Kita bertiga sampai akhir,” tambah Maya melirik ke arah Doni, menyiratkan persetujuan.

“Mari kita lakukan,” Ara bersemangat.

Malam beranjak lebih dalam ketika mereka memutuskan untuk pergi ke rumah sakit keesokan harinya. Dengan langkah berani, Doni yakin kali ini adalah kesempatan terbaik untuk menemukan jawaban yang selama ini terpendam.

***

Ketika pagi menghampiri, cahaya pertama menghantam jendela klinik dengan lembut. Mereka bertiga bergegas menuju rumah sakit terbesar di kota.

Ketika tiba di sana, mereka disambut oleh aroma antiseptik yang familiar. Lobby rumah sakit membentang megah namun enyah dari kehangatan.

“Temanku bekerja di bagian administrasi. Kita bisa bertanya padanya,” kata Maya bersemangat, melangkah menuju resepsionis.

“Selamat pagi! Ada yang bisa saya bantu?” tanya seorang suster muda dengan senyuman ramah.

Maya memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan mereka.

“Ah, sepertinya teman saya sudah tiba. Mari saya panggilkan,” suster itu berujar sembari menunjuk ke arah koridor.

Tak lama, seorang pria bertubuh tinggi muncul, mengenakan jas rumah sakit.

“Maya! Apa kabar? Ini ada keperluan mendesak?”

“Ya, Budi. Aku butuh akses ke catatan kelahiran 18 tahun lalu,” Maya langsung menyampaikan dengan penuh percaya diri.

Budi tertegun sejenak, melirik Doni dan Ara.

“Setahu saya, catatan itu adalah informasi sensitif. Apakah kamu yakin ini aman?”

“Aku tidak mau meragukan etika, tapi aku perlu jawaban. Koperasimu sangat penting,” jawab Maya dengan tegas.

Pria itu mengangguk, matanya seolah melihat ke dalam benak Maya.

“Oke, baiklah. Ayo, kita lihat catatan itu. Beberapa mungkin masih tersimpan dengan baik.”

Seluruhnya mengikuti Budi ke sebuah ruang kecil yang penuh dengan berkas dan dokumen. Seketika, jantung Doni berdebar.

“Apakah ini saatnya?” Desahnya dalam hati, harap dan keraguan saling beradu.

Budi mulai menelusuri berkas dengan teliti. Suasana sunyi, hanya suara kertas berdesir yang terasa mencolok. Maya dan Ara saling bertukar tatapan, semangat minggir oleh keraguan.

“Ada yang aneh.” Budi berucap, letak duda terlukiskan di wajahnya. “Berita duka tersebut tidak sepatutnya terjadi semisal ada kelahiran.”

“Lalu… apa maksudmu?” Maya tak mampu menyembunyikan ketegangan.

“Aku tidak bisa memastikan, tapi,” Budi meraih sebuah berkas dengan lambang rumah sakit. “Ini ada catatan mengenai satu kasus-kasus yang tak biasa.”

Selembar kertas ditunjukkan kepada mereka. Doni, yang berdiri paling dekat, mendapati namanya tertera disana. Seiring Budi membaca, Doni merasakan dingin meliputi seluruh tubuhnya.

Apakah rahasia yang selama ini ditutupi akan segera terkuak?

Budi melirik penuh perhatian ke arah Doni sebelum melanjutkan membacakan berkas itu.

“Di sini tertulis tentang seorang ibu yang melahirkan di rumah sakit ini 18 tahun lalu. Namun, ada juga catatan aneh yang menyebutkan bahwa setelah kelahiran, ibu tersebut menghilang tanpa jejak.”

Suara Budi seolah menembus kabut ketidakpastian. Doni merasakan jantungnya berdegup kencang, pikirannya melesat ke belakang, mengingat setiap percakapan yang pernah ia lakukan mengenai ibunya.

“Apa nama ibunya?” Ara bertanya, tegang menggigit bibirnya.

“Ini dia,” Budi menunjuk ke dalam berkas, “namanya—Ibu Nia. Sayangnya, tak ada catatan lebih lanjut tentang keberadaannya setelah kelahiran.”

Doni merasa jari-jarinya membeku mendengar nama itu. Ibu Nia. Apakah ini benar? Ia mengingat foto yang ia pegang, senyum wanita dalam gambar itu seakan menguatkan tiap kata.

“Mengapa catatan ini tak muncul dalam pencarian sebelumnya?” Maya bertanya, sorot matanya penuh kekhawatiran.

“Aku tidak tahu. Mungkin terdapat penyimpanan yang tidak terdaftar atau kemungkinan lain.” Budi menjawab sambil mengalihkan pandangan.

Doni merasakan kemarahan mulai membara dalam hatinya. “Kenapa semua ini bisa terjadi? Kenapa tak ada yang menginginkan ia dicari?”

Budi menghela napas, tampak menyesal. “Bisa jadi banyak hal yang terjadi di balik itu, Doni. Ini masalah internal rumah sakit. Aku sangat menyarankan agar kalian lebih berhati-hati.”

“Aku tidak peduli!” Doni bersikeras, emosinya tak dapat dibendung. “Selama ini, aku hanya ingin menemukan ibu yang melahirkanku. Aku berhak tahu.”

“Doni, tenangkan diri. Mari kita temukan cara lain untuk menemukan informasi seputar ibu kandungmu

1
anggita
like👍+☝iklan. moga novelnya sukses.
anggita
Doni.. Ara,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!