Reina Amelia merupakan pembunuh bayaran terkenal dan ditakuti, dengan kode name Levy five. Sebut nama itu dan semua orang akan bergidik ngeri , tapi mati karena menerima pengkhianatan dan gagal misi.
Namun, Alih-alih beristirahat dengan tenang di alam baka, jiwa Reina malah masuk ke tubuh seorang siswi bernama Luna Wijaya yang merupakan siswi sangat lemah, bodoh, jelek, dan menjadi korban bullying di sekolah.
Luna Wijaya, yang kini dihuni oleh jiwa pembunuh bayaran, harus menghadapi berbagai tantangan, mulai dari kehidupan sekolah yang keras hingga mencari cara untuk membalas dendam kepada keluarga dragon!
“Persiapkan diri kalian … pembalasan dendamku akan dimulai!”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.A Wibowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
AK 47 itu dilempar begitu saja, melayang di udara. Suasana masih lah tak membaik, ketiga bayangan bergegas menuju terowongan. “Ambil itu, Luna,” seru si Ryan.
Gadis bersurai coklat menangkap dengan gesit. Ia butuh senjata baru, pistol coltnya telah habis amunisi. Kemudian ryan memberikan tas punggung, Luna mengambil, digunakan sebagai tempat mengisi peluru. “Terima kasih, Ryan. Ini sangat membantu.”
Ryan cuma menganggukan kepala. Mereka kembali bergerak, ketiga orang itu tak punya banyak waktu. Harus segera menuju lokasi pelarian.
“Levy Two … Aku, Ryan, dan Thomas sudah bergegas kabur. Dimana keberadaanmu sekarang?” tanya Luna melalui alat komunikasi.
“Bentar …: suaranya putus-putus. Tembok menghalangi untuk memberikan akses jaringan, selang beberapa detik, suara kembali jernih. “Dengan Levy Two. Disini aman, aku sedang bergegas menuju ke sana. Masih berada di lantai 3, menuju terowongan. Tapi aman.
“Aku menyamar sebagai pelayan, mengambil identitas seseorang. Pasti tidak ada menyangka bahwa seorang pelayan adalah penyusup. Hehehe.”
“Dimengerti, bergegaslah! Kami tak bisa menunggu … Dan jangan lupa dengan rencana pengalihan perhatian, itu. Paham?”
Suara kekehan terdengar dari alat komunikasi. “Tenang saja, aku sudah meretas semua jaringan di vila ini. Tinggal memencet tombol maka semuanya akan berjalan.”
Luna mengangguk, dalam hati ia menggerutu, seharusnya rencana pengalihan dilakukan dari tadi. Dengan begitu alarm tak akan bekerja. Saat Luna hendak berseru untuk menyuruh segera melakukan tugas utama dari hacker. Hans sudah melakukannya.
Lampu di seluruh Vila ini mendadak padam. Pun dengan segala alat elektronik.
Inilah rencana pengalihan yang dimaksud. Sebagai hacker, Hans tidak terlalu mumpuni dalam bertarung maka ia bertugas menyerang dari dalam. Tapi tak disangka membutuhkan banyak waktu.
Ryan melemparkan tiga buah kacamata. Sebuah jenis kacamata mahal dan canggih yang membuatmu bisa melihat meski dalam kegelapan. Saatnya mereka menjalankan misi dari kegelapan.
Luna memimpin di depan, tangan memegang Ak 47. Lima keluarga Elang muncul, mereka agaknya terkejut dengan lampu yang mati.
DOOR …
DOOR …
Tak membuang waktu lagi, Luna dengan lihai menarik pelatuk. Menghabisi tanpa ampun. Empat musuh lagi muncul dari belakang, mendengar kegaduhan yang dibuat.
“Itu musuh! Segera bunuh mereka.”
“Sialan, bagaimana bisa mereka bergerak dalam kegelapan seperti ini.”
“Bajingan PL* kenapa harus mati lampu pada saat genting begini!”
Empat orang itu pun menembak, tapi akibat pencahayaan yang kurang tentu saja kelompok Luna lebih ungul.
“Dasar cupu,” ejek Ryan. Melompat dan menghindari segala tembakan. Di tengah-tengah udara, ia menembak. Empat musuh itu tewas begitu saja.
Kelompok Luna kembali melangkah, pergi dari lorong lantai 6.
Tapi itu tetap tidak mudah. Mereka segera masuk ke dalam arena baru pertempuran. Para preman ini tidak bodoh, mereka dengan segera bisa tahu mereka akan melarikan diri lewat tangga darurat, turun, menuju terowongan.
Luna berjaga-jaga di depan, terus turu , menembak apapun yang muncul di depan. Semua sudah berjaga di sana. Agaknya mereka tahu dimana lokasi pelarian Luna.
“Sialan, musuh tak juga berhenti. Terus bertambah!” ujar Luna marah. “Ak 47 ku tinggal beberapa peluru … dimana keberadaan Levy Two. Dia tak juga datang?”
“Si hacker sialan itu. Jangan bilang dia sibuk dengan komputernya!” Thomas berseru marah. Menembak habis musuh di belakang. “LUNA PELURUKU JUGA SEKARAT!”
Masih tiga lantai lagi, dan situasi semakin rumit. Thomas dan Ryan yang menahan serbuan dari bawah terdesak, anak tangga darurat sudah berlubang di sana- sini. Luna juga kesulitan turun, di bawah ada banyak musuh menunggu.
"KAU BAIK-BAIK SAJA, RYAN?" Ia berteriak, sambil terus menembak musuh.
"BURUK, AMUNISIKU PUN HAMPIR HABIS." Ryan balas berteriak.
Luna kembali mendengus. Masalah ini akan bertambah serius jika genset darurat tiba-tiba menyala, keunggulan mereka dengan kacamata akan hilang.
musuh dengan mudah akan mengetahui posisi.
"PELURUKU KAMI HABIS, LUNA" keduanya berteriak beberapa menit kemudian, "APAKAH KITA PERGI? MASUK KE LANTAI BERIKUTNYA, MENCARI JALAN LAIN? PLAN B?"
Luna mengutuk dalam hati, tinggal dua lantai lagi, dan mereka berada di bawah, menuju terowongan gudang timur. Jika kembali ke ruangan, bagaimana bisa tiba di terowongan, tempat mereka bisa melarikan diri? Mereka tidak bisa menggunakan lift untuk turun atau naik, seluruh pintu dijaga oleh musuh.
Peluru berdesing di kepala, debu mengepul di sekitar. Luna merunduk mencari tempat berlindung. Ryan dan Luna beringsut mendekatiku, dia telah melemparkan senapan mitraliur ke bawah-amunisi terakhir. terpojok di anak tangga darurat.
Para keluarga Elang naik tangga darurat. Listrik kembali hidup. Mereka dikepung segala arah, bawah, belakang, atas. Bos mereka Baskara, tersenyum.
“Berakhir sudah, para tikus …” Baskara mengacungkan tangan. Memberikan aba-aba. “Lakukan—”
Door…
Saat baskara Hendak berkata, Serangan pistol Melesat begitu saja. Dari keremuan musuh semua membeo. Dari mana datangnya Serangan ini?
Semua bingung, namun Grub Luna tahu siapa dalangnya. Seorang pria berseragam pelayan—yang jelas ia colong yang menembak. Ia adalah Hans!
Membuat Baskara jatuh di lantai.
Seorang pelayan yang menembak membuat semua orang terkejut, dalam detik-detik kebingungan. Ia kembali melakukan aksinya.
Ia melempar granat. Seketika saja ruangan dipenuhi oleh cahaya, membuat penglihatan semua orang menghilang.
“Ayo!” Kacamata mereka tak berefek. Kondisi cahaya cuma bisa berguna sekitar 30 detik
30 detik itu mereka lewatkan dengan cepat, berlari dan menerobos musuh. Lalu kabur.
Mereka berhasil lolos, berjalan di terowongan. .
Saat keluarga Elang membuka mata musuh mereka telah hilang dan Baskara Terkulai lemah.
Dan tak berhenti disana saja.
BOMM…
Sebagai hadiah terakhir, Hans menekan tombol. Mereka telah berada diluar, Seketika saja terjadi ledakan yang hebat. Bagunan kokoh itu hancur lebur.
Misi mencuri buku Vongola dan pelarian berhasil. Tanpa membuat korban nyawa di pihak teman.