NovelToon NovelToon
Di Balik Penolakan

Di Balik Penolakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Berbaikan
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Reito(HxA)

Dion, seorang siswa kelas 10 yang ceria dan penuh semangat, telah lama jatuh cinta pada Clara, gadis pendiam yang selalu menolak setiap usaha pendekatannya. Setiap hari, Dion mencoba meraih hati Clara dengan candaan konyol dan perhatian yang tulus. Namun, setiap kali dia mendekat, Clara selalu menjauh, membuat Dion merasa seperti berjalan di tempat.

Setelah sekian lama berusaha tanpa hasil, Dion akhirnya memutuskan untuk berhenti. Ia tak ingin lagi menjadi beban dalam hidup Clara. Tanpa diduga, saat Dion menjauh, Clara mulai merasakan kehilangan yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Kehadiran Dion yang dulu dianggapnya mengganggu, kini malah menjadi sesuatu yang dirindukan.

Di tengah kebingungan Clara dalam memahami perasaannya, Dion memilih menjaga jarak, meski hatinya masih menyimpan perasaan yang dalam untuk Clara. Akankah Clara mampu membuka diri dan mengakui bahwa ada sesuatu yang tumbuh di hatinya untuk Dion?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reito(HxA), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11. Transformasi Lara

Beberapa hari setelah pertemuan itu, suasana di sekolah terasa sedikit lebih tenang. Lara tampak lebih bersikap santun, dan Dion mulai merasa bahwa dia bisa bernapas dengan lega. Meskipun persaingan antara Lara dan Clara masih ada, langkah awal Dion untuk menjernihkan situasi tampaknya memberikan dampak positif. Namun, perubahan terbesar datang dari Lara sendiri.

Di suatu siang, setelah bel pulang berbunyi, Dion dan teman-temannya berkumpul di lapangan basket. Tiba-tiba, mereka melihat Lara melangkah dengan penuh percaya diri, mengenakan gaun sederhana yang menonjolkan kecantikannya. Rambutnya tergerai rapi, dan senyumnya membuat banyak siswa menoleh.

“Wow, Lara terlihat berbeda,” komentar Reza, mengedipkan mata pada Dion. “Kayaknya dia berusaha banget untuk jadi lebih baik, ya?”

Dion hanya mengangguk, sedikit terkejut dengan penampilan Lara yang baru. Dia tidak mengira bahwa pernyataan yang dia buat sebelumnya bisa memicu perubahan sedalam ini.

Ketika Lara mendekat, Dion tidak bisa mengabaikan aura positif yang mengelilinginya. “Hai, semua! Ada rencana untuk latihan basket nanti?” tanyanya dengan nada ceria.

Dion mengamati Lara dengan cermat. “Kamu terlihat berbeda, Lara. Apa ada yang terjadi?”

Lara tersenyum. “Aku hanya ingin menjadi versi terbaik dari diriku sendiri. Setelah bicarakan itu dengan kamu, aku menyadari bahwa bersikap agresif tidak akan membuatku lebih baik. Aku ingin dikenal sebagai orang yang baik dan sopan.”

Reza dan Fariz saling bertukar pandang, terkesan dengan perubahan sikap Lara. “Itu langkah yang bagus, Lara,” puji Fariz. “Kalau kamu terus seperti ini, semua orang pasti akan lebih menghargaimu.”

Seiring waktu, Lara memang berhasil mengubah citranya. Dia mulai bersikap lebih ramah dan sopan kepada semua orang, bukan hanya kepada Dion dan teman-temannya. Banyak siswa di sekolah mulai terpesona oleh kecantikannya yang alami dan kepribadiannya yang lembut.

Setiap kali Lara masuk ke kelas, suasana akan langsung ceria. Dia sering membantu teman-temannya, dan sikapnya yang sopan membuat banyak siswa merasa nyaman. Dalam waktu singkat, Lara berhasil menarik perhatian hampir semua orang di SMA Gemilang.

Di sela-sela kesibukan itu, Dion terus berusaha menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Clara. Mereka semakin sering berlatih basket bersama dan menghabiskan waktu di luar sekolah. Dion merasa nyaman dengan Clara, dan dia bisa melihat bahwa Clara juga berusaha untuk tidak terlalu memikirkan Lara.

Namun, saat Lara semakin populer, Clara mulai merasa sedikit tertekan. Meski dia mencoba bersikap santai, melihat Lara yang sekarang menjadi pusat perhatian membuatnya merasa cemas. Suatu sore, saat mereka berlatih, Clara akhirnya memutuskan untuk berbicara.

“Dion, kamu pernah lihat bagaimana semua orang memperlakukan Lara sekarang?” Clara bertanya sambil menggiring bola. “Aku hanya merasa… seperti aku jadi bayang-bayangnya.”

Dion menghentikan gerakannya dan menatap Clara. “Clara, itu bukan salahmu. Kamu tetap diri kamu yang sebenarnya, dan itu yang membuatku nyaman. Lara mungkin terlihat berbeda, tapi itu tidak akan mengubah apapun di antara kita.”

Clara menghela napas. “Tapi aku merasa sulit untuk bersaing. Mungkin aku harus lebih…”

Dion menyela, “Kamu tidak perlu bersaing dengan siapapun. Yang penting adalah kamu tetap jadi dirimu sendiri. Lara mungkin punya popularitas, tetapi kamu memiliki hal-hal yang lebih dalam. Kebaikan dan kejujuranmu tidak bisa ditandingi oleh siapa pun.”

Clara tersenyum, seolah perkataan Dion memberinya semangat baru. “Terima kasih, Dion. Aku hanya berharap ini tidak merusak hubungan kita.”

“Malah sebaliknya. Ini justru membuat kita lebih kuat. Kita akan terus bersahabat, apapun yang terjadi,” jawab Dion tegas.

Kembali ke Lara, dia tampak menikmati popularitas barunya. Meskipun beberapa siswa masih mengingat kesan awalnya yang kurang bersahabat, dia berhasil membuktikan bahwa dia bisa berubah. Dia mulai terlibat dalam berbagai kegiatan di sekolah, seperti kegiatan sosial dan klub, yang semakin membuatnya dikenal.

Tak lama, Lara pun terpilih sebagai ketua organisasi siswa, menjadikannya salah satu sosok paling berpengaruh di sekolah. Kecantikan, sikapnya yang ramah, dan keberaniannya untuk menunjukkan sisi feminim membuat banyak siswa, terutama para gadis, menjadikannya sebagai panutan.

Namun, di balik kesuksesan itu, Lara masih merasakan tekanan untuk mempertahankan citranya. Meskipun dia tidak lagi bersikap agresif kepada Clara, dia merasa harus selalu berada di puncak. Dia tidak ingin kehilangan perhatian dan kekaguman yang telah dia bangun.

“Dion,” Lara akhirnya berkata pada suatu hari setelah pertemuan organisasi siswa. “Aku ingin berterima kasih padamu. Setiap kali aku merasa ragu, aku ingat kata-kata yang kamu katakan. Itu benar-benar mengubah cara pandangku.”

Dion tersenyum, merasa lega melihat Lara berada di jalur yang baik. “Aku senang kamu bisa menemukan dirimu sendiri, Lara. Teruslah seperti itu.”

Tapi di dalam hati, Dion tetap waspada. Meskipun Lara tampak lebih baik, dia tahu bahwa persaingan masih ada. Dan saat Lara terus bersinar, Dion hanya berharap Clara bisa tetap bersinar di sampingnya, tanpa merasa tertekan oleh bayang-bayang popularitas Lara.

Ketika sore hari tiba, Dion dan Clara kembali berlatih basket. Setiap lemparan dan gerakan di lapangan menjadi cara bagi mereka untuk mengungkapkan perasaan satu sama lain tanpa kata-kata. Dalam hati, Dion tahu bahwa dia harus terus berjuang untuk menjaga hubungan mereka tetap kuat.

“Satu-satunya persaingan yang perlu kita hadapi adalah di lapangan,” kata Dion sambil tersenyum, mengangkat bola basket ke arah Clara.

Clara mengangguk, dan senyuman di wajahnya membuat Dion merasa yakin bahwa semua ini masih bisa dihadapi. Tidak peduli seberapa besar tekanan dari luar, yang terpenting adalah hubungan mereka yang tulus dan penuh kepercayaan.

Kehidupan di SMA Gemilang mungkin penuh tantangan, tetapi Dion tahu bahwa dia akan terus melangkah, tidak peduli apapun yang akan terjadi. Dia memilih untuk berada di samping orang-orang yang benar-benar berarti baginya, terutama Clara.

To be continued...

1
Kamsia
tuhhkan baperan clara ternyata
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!