Danisha Putri atau yang akrab di sapa Anis, tidak menyangka niatnya ingin menolong persalinan seorang wanita yang menderita keracunan kehamilan justru berujung menjadi sasaran balas dendam dari seorang pria yang merupakan suami dari wanita tersebut, di kala mengetahui istrinya meregang nyawa beberapa saat setelah mendapat tindakan operasi Caesar, yang di kerjakan Anis.
Tidak memiliki bukti yang cukup untuk membawa kasus yang menimpa mendiang istrinya ke jalur hukum, Arsenio Wiratama memilih jalannya sendiri untuk membalas dendam akan kematian istrinya terhadap Anis. menikahi gadis berprofesi sebagai dokter SP. OG tersebut adalah jalan yang diambil Arsenio untuk melampiaskan dendamnya. menurutnya, jika hukum negara tak Mampu menjerat Anis, maka dengan membuat kehidupan Anis layaknya di neraka adalah tujuan utama Arsenio menikahi Anis.
Mampukah Anis menjalani kehidupan rumah tangga bersama dengan Arsenio, yang notabenenya sangat membenci dirinya???.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai merasakan penindasan.
Setelah seharian berkutat dengan kesibukannya di kantor, tepat pukul lima sore Ansenio bersiap kembali ke rumah.
Ansenio kembali ke rumah dengan di antarkan oleh Jasen.
Sebelum Jasen pamit beranjak dari kediamannya, Ansenio berpesan pada Jasen untuk mengantarkannya menuju sebuah club malam, malam ini, dan tentunya Jasen mengiyakannya.
Dengan langkah lebarnya Ansenio berlalu menuju kamarnya, namun ketika melintas di depan kamar tamu sayup-sayup ia mendengar suara seseorang, seperti tengah berbicara melalui sambungan telepon.
Benar saja dugaannya, ketika Ansenio memutar handle pintu kamar tamu, ia mendapati Anis tengah mengobrol dengan seseorang melalui sambungan telepon.
Anis yang menyadari keberadaan Ansenio dengan gerakan spontan menyembunyikan ponselnya di balik punggungnya.
Tanpa mengeluarkan sepatah katapun Ansenio mengayunkan langkah mendekat ke arah Anis.
Dengan wajah gelap yang di penuhi kebencian Ansenio menatap Anis.
"Apa aku pikir aku membawamu ke rumah ini untuk bersenang senang, haaahhh???.". Bentakan Ansenio yang di sertai gerakan tangannya yang mencengkram dagu Anis membuat wanita itu nampak meringis kesakitan.
Dengan sekuat tenaga Anis berusaha lepas dari cengkraman tangan kekar Ansenio, tapi sepertinya usahanya sia sia, karena semakin ia berusaha lepas semakin Ansenio mengeratkan Cengkramannya, hingga membuat Anis tidak punya pilihan lain selain pasrah.
Melihat wajah Anis yang tampak sudah memerah akhirnya membuat Ansenio tersadar akan tindakannya. dengan kasar Ansenio melepaskan cengkraman tangannya pada dagu Anis.
"Aku sangat membencimu." ucap Ansenio tepat di depan wajah Anis, sebelum kemudian membalikkan tubuhnya hendak berlalu meninggalkan kamar itu.
"Jika anda sangat membenciku, kenapa anda tidak bunuh saja saya sekalian!!!." ucapan Anis terdengar menantang di telinga Ansenio.
"Karena Kematian terlalu ringan untuk wanita sejahat dirinya." tanpa menoleh Ansenio menjawab, sebelum ia kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan kamar tersebut.
Kedua kaki Anis terasa lemas seakan tak sanggup menahan beban tubuhnya, sehingga kini tubuh wanita itu telah luruh ke lantai.
"Ya tuhan, kuatkan aku dalam menjalani semua ini." batin Anis.
*
Kematian sang istri benar benar mengubah pribadi Ansenio menjadi pendendam, dendam pada wanita yang dianggapnya sebagai penyebab dari kematian sang istri tercinta.
Di dalam kamarnya, Ansenio menatap Foto pernikahannya. Tatapannya jatuh pada wajah istrinya yang saat itu mengenakan gaun pengantin berwarna putih, sehingga membuat belahan jiwanya itu nampak begitu cantik.
"Kenapa kau tega meninggalkan aku sendirian, sayang?? Aku kesepian tanpamu sayang, hidupku rasanya tak berarti setelah kepergianmu Ananda.". Gumam Ansenio dengan air mata yang mulai membasahi wajah tampannya.
Karena pintu kamarnya tidak tertutup sempurna, Isakan Ansenio masih dapat di dengar oleh Anis yang ketika itu melintas di depan kamar Ansenio. setelah tindakan Ansenio mencengkram dagunya dengan kuat, Anis merasa tenggorokannya terasa kering.
Isakan Ansenio terdengar begitu menyayat hati siapapun yang mendengarnya, tak terkecuali Anis.
"Tuan Ansenio begitu mencintai mendiang istrinya." lirih Anis dalam hati ketika mendengar Semua ungkapan hati Ansenio di depan pigura istrinya. Entah mengapa Anis jadi merasa bersalah dibuatnya, meski kenyataannya ia sama sekali tidak membunuh Ananda.
Mendengar pergerakan langkah Ansenio membuat Anis bergegas beranjak dari tempat persembunyiannya, sayangnya langkah terburu buru Anis menyebabkan sebuah guci terjatuh dan tentunya suara dari Guci yang pecah membuat Ansenio tersentak dan beranjak menuju sumber suara.
"Apa yang kau lakukan di sini?? kau pasti sedang menguping didepan kamarku, iya kan??." tudingan Ansenio membuat Anis gelagapan, dan tentunya sikap Anis itu semakin meyakinkan Ansenio akan dugaannya.
Tanpa bicara, Ansenio menyeret tubuh Anis menuruni anak tangga dan tindakannya itu membuat asisten rumah tangga merasa iba pada Anis, namun apa daya mereka tak dapat melakukan apa apa.
Dengan sekali hentak Ansenio mendorong tubuh Anis keluar dari rumah. Ansenio mendorong tubuh Anis keluar tanpa peduli dengan derasnya hujan.
Berdiri di bawah guyuran air hujan membuat seluruh pakaian Anis basah kuyup, namun satu yang paling di syukuri Anis ketika berada di bawah guyuran air hujan, air matanya tak akan terlihat oleh siapapun karena luruh bersama dengan air hujan.
Hingga sore berganti malam namun Anis masih nampak berdiri di bawah guyuran hujan, dan itu membuat terkejut Jasen yang baru saja tiba di kediaman Wiratama.
Jasen turun dari mobilnya dengan membawa sebuah payung lalu menghampiri Anis, yang sudah tampak kedinginan.
"Apa yang anda lakukan di sini, Nona??." tanya Jasen, meski ia sendiri bisa menebak jika Ansenio lah penyebab Anis sampai Berdiri di bawah guyuran air hujan. melihat kondisi Anis saat ini, Jasen bisa menyimpulkan jika wanita itu sudah cukup lama di bawah guyuran hujan. Terbukti saat melihat Anis nampak menggigil kedinginan.
Suara deru mobil yang baru saja tiba mengalihkan perhatian Anis dan Jasen ke sumber suara.
"Oh astaga...ada apa ini?? Kenapa kamu basah basahan seperti ini??." tanya mama Dahlia yang kini telah menghampiri Anis.
"Saya hanya sedang mengenang masa masa kecil saya dulu Nyonya." dusta Anis dengan bibir bergetar kedinginan. Jasen dibuat tertegun dengan jawaban Anis, tadinya ia berpikir jika wanita itu akan mengadu pada nyonya besar akan tindakan Ansenio padanya, namun kenyataannya Anis justru berdusta untuk menutupi tindakan Ansenio terhadap dirinya.
"Sudah... sudah.... ayo masuk, kamu bisa sakit apalagi hujannya sangat deras seperti ini." mama Dahlia lantas mengajak Anis untuk masuk ke dalam. Tentunya wanita paru baya tersebut tak percaya begitu saja dengan pengakuan Anis, ia yakin putranya ada di balik kejadian ini.
Sementara Ansenio, kini pria itu duduk di sofa ruang tengah dengan posisi menyilangkan kedua kakinya seraya menyaksikan siaran TV, pria itu bersikap seolah tak terjadi apa apa ketika ibunya membawa tubuh Anis ke kamar tamu.
Tak berselang lama, mama Dahlia yang baru saja mengantarkan Anis ke kamar tamu, kini menghampiri putranya.
"Kamu sangat keterlaluan Ansen." tuding mama Dahlia seraya memasang wajah kesalnya.
"Keterlaluan??? Memangnya apa yang sudah Ansen lakukan,mah??." sahutnya pura pura bodoh
"Tidak perlu bersandiwara Ansen, apa sebabnya kamu bertindak seperti itu padanya?? apa kamu tidak sadar, kamu juga punya adik perempuan Ansen, bagaimana jika ada seseorang yang bertindak seperti itu pada adik perempuan kamu, pasti kamu akan marah bukan??."
Melihat putranya yang hanya diam saja membuat mama Dahlia semakin kesal, ia pun berlalu meninggalkan putranya begitu saja.
Sementara di kamar tamu, Anis yang berprofesi sebagai seorang dokter tentunya memiliki persiapan obat obatan di kopernya. Tidak ingin sampai ada drama sakit terjadi di dalam kehidupannya, Anis lantas meminum obat untuk mencegah masuk angin dan juga demam. Hidup bersama dengan pria kejam seperti Ansenio mengharuskan dirinya sehat agar dapat melewati penindasan yang akan dilakukan pria itu kapan saja yang ia inginkan, setidaknya hal itu yang kini ada dipikiran Anis.