Novel ini mengisahkan seorang pemuda lugu yang kekuatannya tertutup racun sejak kecil, dia bertemu dengan seorang kakek yang menolongnya dan memberinya kekuatan yang bisa mengalahkan para dewa.
Dia punya tubuh antik yang jarang dimiliki oleh banyak orang, tapi titik kekuatan yang dia punya hanya terbuka satu saja, padahal ada tiga titik kekuatan yang harus dibuka untuk setiap orang yang belajar beladiri.
Pemuda ini tidak tahu siapa kedua orang tuanya, dia berpetualang mengelilingi kerajaan-kerajaan hingga akhirnya dapat menemukan orang tuanya yang saat ini kekuatannya sudah hilang sama sekali karena titik kekuatannya sudah dihancurkan semua oleh seorang yang mempunyai kekuatan super power juga.
Orang yang mempunyai kekuatan super power itu ternyata adalah saudaranya sendiri yang menapaki jalan hitam dalam kehidupannya.
Dengan segenap keinginan dan semangat yang membara, tokoh utama dari novel ini mempelajari ilmu spiritual dan berusaha untuk membuka semua titik kekuatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aang Albasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rama bertemu gadis cantik Lagi
“Tidak ada yang menyuruh kami, Apakah nona adalah puteri dari ki Tunggak?”. Tanya Rama
“Bagaimana kamu bisa mengenal ayahku?”. Tanya gadis itu lagi
“Ayahmu sangat merindukanmu nona, dia ingin nona segera kembali”. Jawab Rama
“Aku juga sudah tidak tahu berapa lama aku berada diruang ilusi ini, aku tidak bisa keluar dari ruang ilusi ini sejak aku melangkahkan kakiku kemari”. Jawab Gadis itu kembali.
“Apakah dewa bisa menghapus ilusi ini ya?”. Gumam Rama
“Ah, apa salahnya dicoba”. Lanutnya dalam gumamannya
“Dewa Pengatur Alam!, datanglah!”. Teriak Rama
Dan keluarlah cahaya yang sangat terang benderang dari hadapan mereka dan muncullah seorang dewa yang membawa pena besar ditangannya.
“ADA APA TUAN MUDA?, KENAPA TIBA-TIBA MEMANGGILKU?”. Tanya dewa itu
“Kau dewa pengatur alam semesta, hapuskan ilusi disini, dan keluarkan kami darisini secepatnya!”. Jawab rama sambil memerintah
“BAIK, TUAN MUDA”. Jawab dewa itu sambil mengibas-ngibaskan pena yang ada ditangannya, dan perlahan cahaya rembulan mulai terlihat dan sang dewa mulai menghilang dari lokasi itu.
Terlihat hutan rimba yang kembali seperti sebelum Rama dan kawan-kawannya memasuki alam ilusi itu, terlihat gadis tadi sangat bahiga dan langsung memeluk Rama dan berterima kasih kepada rama.
Tapiiiiii, wajah Sukmawati terlihat seperti kerbau yang mau mengamuk melihat Rama dipeluk wanita lain, dan langsung menarik tubuh gadis itu
“Hey gadis, ngapain elu meluk-meluk cowok guweeee?”. Kata Sukmawati
“Maaf nona, saya sangat bahagia sekali sampai saya tidak bisa mengontrol tubuh saya”. Jawab gadis itu
“Siapa namamu nona”. Tanya Rama kepada gadis itu
“Namaku Intan Sari tuan muda”. Kata gadis itu sambil memperkenalkan dirinya
“Jangan panggil aku tuan muda, panggil aku Rama”. Kata Rama yang membuat Sukmawati semakin keluar api dari kepalanya dan wajahnya terlihat merah merekah.
“Kamu kenapa sukma?”. Tanya Rama kepada sukma yang mukanya terlihat aneh
“Tidak, tidak, tidak apa-apa”. Jawab Sukmawati.
“Untuk sementara, kamu ikut dengan kami saja Intan”. Rama menawarkan diri
“Baik kak Rama”. Jawab Intan
“Dan jangan jauh-jauh dariku, takutnya ada siluman yang tertarik padamu dan menculikmu nanti”. Kata Rama sambil meledek Sukma dan menggodanya.
“Ramaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!, aku sudah tidak tahan lagi!, berani-beraninya kamu cuek denganku, tapi sangat sopan dengan gadis ini!”. Jawab Sukmawati yang sudah benar benar terbakar api cemburu dan
“Hyaaat”. Sebuah tendangan melesat kehadapan Rama tapi ki Buana Abadi langsung menghalanginya yang membuat kedua lato-latonya kena tendangan dari Sukmawati
“Wadaaaaaaaaaaaaaaaaw, lato-latokuuuuu, harta pusakakuuuuuuuuu, kenapa kau tendang dibagian iniiiiiii!!”. Teriak ki buana dengan mata melotot karena kesakitan, kedua lato-latonya kena tandangan yang begitu kuatnya.
“Hahahahahaha, Hahahahahaaha, kini pedangmu benar-benar menjadi keris ki Buanaa, Hahahahaha”. Kata Rama yang menertawakan ki Buana yang jempalitan sambil memegang selangkangannya.
“Ma, maaf ki, aku tidak sengaja menendang anumu”. Sukmawati meminta maaf kepada ki Buana Abadi yang masih gempulingan
“Tuh, bukannya aku sudah bilang, kamu jangan bikin masalah ketika ikut bersamaku, kalau ini terjadi lagi, kamu bakalan aku antarkan kembali kekerajan Dadung Mbulet nanti!”. Ucap rama dengan menggertak
“Huh, Sebel!”. Jawab Sukmawati
“Sudah, kita istirahat dulu disini, sambil menunggu Ki Buana Abdi mengasah pedangnya lagi biar ga jadi keris”. Kata Rama kembali.
Setelah beberapa lama kemudian
“Baiklah, mari lanjutkan perjalanan kita”. Kata Rama yang melihat sebuah pintu goa didepannya
“Itu pintu goa nya sudah terlihat, cepat kita kesana, agar malam ini juga kita sudah bisa kembali ke desa dan membawa batu meteoroid itu”. Kata Rama sambil beranjak menuju pintu goa itu.
“Kak, gelap sekali goanya, tidak ada cahaya apapun disini”. Kata Purwati
“Tenang saja adikku yang cantik”. Kata rama sambil mengeluarkan sebuah cahaya dari auranya.
“Kak lihat, ada apa didepan sana!”. Teriak Purwati tiba-tiba.
Terlihat ada kilatan cahaya terang yang berlari kearah kanan yang membuat mereka berlima mengikuti arah kilatan cahaya itu, cahaya itu mendadak hilang ketika mereka berada disebuah ruangan yang dipenuhi tulisan-tulisan kuno yang ternyata itu dalah tulisan tentang penyempurnaan ilmu pedang Naga Menari, tertulis disana jika ilmu pedang Naga Menari disempurnakan, maka akan dapat membuat formasi pedang tak terkalahkan dengan kekuatan yang hampir sama dengan kekuatan super power.
“Purwati, kamu bisa mempraktekan gerakan-gerakan yang terulis disana, ini saatnya kamu menyempurnakan ilmu pedang yang baru saja kamu pelajari kemarin”. Kata Rama
“Baik kak”. Jawab Purwati sambil memulai gerakan-gerakan berpedang dengan mengikuti arahan dari tulisan yang ada di dinding goa itu.
Dan terbentuklah sebuah formasi pedang berbentuk lingkaran yang dipenuhi dengan tuisan-tulisan yang tak bisa terbaca dengan aura kekuatan yang benar-benar luar biasa, yang mampu meratakan sebuah gunung jika formasi itu digunakan untuk meratakannya.
“Sudah cukup adikku, kamu sudah menguasai pedang Naga Menari dengan benar-benar sempurna”. Kata Rama yang seketika itu menghentikan gerakan Purwati dan menghilangkan formasi yang sudah dibuat sebelumnya.
“Ternyata di gunung ini tidak hanya menyimpan material langka, tapi menyimpan banyak rahasia kekuatan yang tak pernah terungkap diluaran sana”. Gumam Rama
“Baiklah, kita lanjutkan pencarian kita”. Kata rama sambil menarik tangan Intan yang lagi-lagi membuat Sukmawati marah
“Hey, tangannya, tangannyaaaaa!’. Teriak Sukmawati
“Hahaha”. Rama tertawa sambil berlari menuju sebuah ruangan lain yang berada disamping ruangan itu, terlihat tumpukan batu permata, batu giok langka yang dapat meningkatkan kekuatan seseorang disana
“Apa ini!?, bukankah ini batu giok langka?”. Gumam rama dalam hatinya.
“Aku akan mengambilnya beberapa saja, dan sisanya akan kuserahkan kepada ki Tunggak nantinya untuk dimanfaatkan”. Kata Rama kepada Intan
Terlihat intan mulai berani manja juga kepada Rama, dia mulai berani menaruh kepalanya dipundak Rama.
“Baik kak Rama”. Kata intan lirih.
Terlihat Sukmawati yang selalu Menahan amarahnya saat melihat mereka berdua sangat mesra sedangkan dia tidak pernah diberikan kemesraan sama sekali.
“Baiklah, selanjutnya kita cari batu meteoroid itu”. Kata Rama, dan ketemulah dengan sebuah ruangan yang isinya dipenuhi batu meteoroid tingkat langit yang bisa digunakan sebagai senjata yang dapat melawan senjata para dewa.
Diambillah beberapa batu yang menumpuk disana dan dimasukkan kedalam penyimpanan gaibnya Rama.
“Baiklah, kita sudah mendapatkan apa yang kita mau, saatnya kita pulaaaaang, Yuk intan, kita pulang dan temui ayahmu yang sangat merindukanmu”. Kata Rama kepa intan dan lagi-lagi membuat Sukmawati cemburu.
Sesampainya di padepokan.
“Ayaaaaah”. Teriak Intan yang langsung memeluk ayahnya yang terlihat sudah mulai keriput itu
“Kamu darimana saja anakku?, ayahmu ini mencarimu diseluruh pojokan gunung tapi tak ditemukan”. Kata ki Tunggak
“Aku terjebak dialam ilusi ayah, untungnya kak rama menyelamatkanku”. Jawab Intan
“Eeeeey, mukamu memerah saat menyebut nama Rama, apa kamu sedang jatuh cinta?”. Tanya ki Tunggak
“Ayaaaah, Rama benar-benar hebat, wajahnya juga sangat gwanteng, wanita mana yang tidak akan suka dengannya, sayangnya nona itu selalu cemburu saat aku dekat dengan kak Rama”. Kata Intan sambil curhat kepada ayahnya.
“Oooh, katanya dia adalah tuan puteri dari kerajaan Dadung Mbulet yang sangat kesengsem sama pemuda yang bernama Rama itu”. Jawab Ayahnya
“Waduh, dia seorang tuan puteri ayah?”. Tanya Intan Kembali
“iya, kabarnya begitu”. Jawab ki Tunggak
Keesokan harinya
“Ki, ini ada beberapa barang langka yang aku ambil dari goa yang ada di gunung Panjang”. Kata Rama sambil mengeluarkan permata dan beberapa giok langka, terlihat dikantung penyimpanan rama masih ada delapan giok langka yang sengaja tidak dikeluarkan olehnya.
“Kakek, aku sudah bisa menyempurnakan ilmu pedang Naga menari digoa itu”. Kata Purwati kepada ki Tunggak
“Benarkah?”. Tanya Ki tunggak dengan wajah tidak percaya
“Iya aya, aku melihatnya memperagakan gerakan ilmu pedang Naga Menari dan keluar formasi pedang yang menyeramkan sekali”. Intan menjawab pertanyaan dari ki Tunggak
“Kamu memang gadis kecil yang sangat luar biasa Purwati”. Kata ki Tunggak melanjutkan.
“Dan ini beberapa batu meteoroid yang nantinya aku berikan kepada Grindi untuk membuatkan senjata untukku”. Kata Rama sambil mengeluarkan banyak sekali bongkahan batu meteoroid yang membuat mata ki Tunggak terbelalak.
“Bukankah ini terlalu banyak, anak muda?”. Kata ki Tunggak
“Tenang saja kek, di Goa itu masih banyak sekali yang belum diambil, bahkan mungkin untu Sembilan turunanpun tidak akan habis”. Jawab Rama.
“Apa ini semua akan digunakan untuk membuat senjata untukmu semuanya?”. Tanya ki Tunggak kembali
“Tentu tidak, saya hanya membutuhkan tiga senjata saja untuk saya, ki Buana dan puteri Sukmawati”. Jawab Rama
“Aku tidak dikasih senjata apapun kak?”. Tanya Purwati
“kamu kan sudah punya pedang dari penatua padepokan Mawar Getih sama pedang Naga Menari itu Purwati, kalau kebanyakan pedang nanti bingung kamu”. Jawab Rama
“Baiklah kak”. Jawab Purwati sambil memperlihatkan muka memelas
“Tapi, ada satu senjata yang spesial yang sudah kakak siapkan buat adikku yang paling cantik ini”. Kata Rama kembali yang membuat wajah Purwati berubah langsung bahagia
“Benarkah? Senjata apa kak?”. Tanya Purwati
“Nanti kamu juga tau”. Kata Rama yang masih merahasiakan senjata yang akan dikasihkan kepada Purwati
“Kak rama, boleh kita berbicara berdua?”. Tiba-tiba Intan meminta Rama untuk berbicara berduaan saja, membuat wajah Purwati seperti sapi yang akan mengamuk kembali.
“Sabar tuan puteri, sabaar”. Kata ki Buana kepada Sukmawati
“Boleh, mari”. Jawab rama yang langsung menggandeng tangan Intan dan membawanya kesebuah ruangan.
Terlihat didepan ruangan, Sukmawati sedang menempelkan wajahnya kesebuah pintu, terlihat sedang mengintip pembicaraan seseorang.
Didalam Ruangan, tiba-tiba Intan melepaskan semua bajunya dihadapan Rama yang membuat Rama menjadi bingung, takut, tidak tahu harus ngapain melihat ada dua gunung kembar dan satu hutan rimba dibawah gunung itu.
“Kak rama, aku tahu kalau kamu sudah dipunyai oleh puteri Sukmawati, tapi izinkan aku untuk melayanimu malam ini”. Kata Intan dengan sedikit menggoda.
“Apa-apaan ini? Sedang apa mereka berdua itu?”. Gumam Sukmawati yang tiba-tiba terjongkong kedepan karena ternyata pintunya tidak dikunci, dan langsung melihat Intan yang sedang tanpa ada sehelai kainpun ditubuhnya yang berdiri tepat didepan Rama membuat dia benar-benar marah yang tak terbendung lagi.
Tubuhnya berdiri dengan sangat tegak, rambutnya terangkat keatas matanya melotot, seperti hantu yang akan memakan manusia yang berada didepannya, Intan langsung kembali mengambil bajunya dan memakainya lagi.
“Kamu, kenapa kamu kesini?, ada urusankah denganku?”. Tanya Rama kepada Sukmawati yang sedang benar-benar marah itu.
“Hey!, tadinya aku tidak ada urusan apapun denganmu, tapi sekarang aku sudah ada urusan denganmu bersiapnlah untuk mati!!!”. Teriak Sukmawati yang terdengar oleh Ki Buana Abadi dan Purwati yang sedang duduk bersama ki Tunggak, merekapun langsung bergegas menuju keruangan dimana Intan yang sudah kembali mengenakan bajunya, disana terlihat aura yang sangat menyeramkan sekali yang keluar dari tubuh Sukmawati, seperti aura Iblis yang membuat ki Buana Abadi ketakutan melihatnya.
“Aura ini, seperti aura ratu iblis yang tak terkalahkan!”. Gumam ki Buana Abadi
“Matilah kau!!!”. Teriak Sukmawati sambil mengarahkan sebuah serangan kearah Rama, yang menjadikan Purwati langsung menahan serangan itu dengan perisainya.
“Kamu kenapa Sukma, hey, sadarlah”. Kata Rama sambil memeluk tubuh Sukmawati yang membuat Sukmawati kembali tersadar.
“A, aku kenapa Rama?”. Tanya Sukma setelah tersadar.
“Ada aura iblis yang sangat luar biasa ditubuhmu Sukma, kamu harus mulai memurnikan kekuatan spiritualmu agar tidak dikuasai oleh aura iblis itu”. Jawab Rama.
“Benarkah?”. Kata Sukma yang semakin erat memeluk Rama, membuat Intan gantian terbakar api cemburu dan pergi dengan raut wajah yang tidak kalah menyeramkan juga.
Rama hanya bisa garuk-garuk kepala memakai kedua tangannya, tanda dia semakin pusing dengan adanya perempuan-perempuan cantik disampingnya itu.
“Haaiiiisyh, kenapa para wanita cantik ini membuat kepalaku makin peniiiiing”. Gumam Rama yang sudah berada dikamarnya.
atas bawah... yg baca jdi rada bingung.