Apa yang kau harapkan dari seseorang yang pergi tanpa pamit?Tidak menyangka Naura bertemu kembali dengan sang mantan suami. Ardan,
saat anaknya menceritakan seorang pria baik yang ia kenal. Namun, di balik kemarahannya pada Ardan, ada perasaan yang sulit di mengerti oleh Naura.
memutuskan untuk menghilang tetapi takdir selalu mempertemukan. Meski masih tidak suka dengan kelakuan Ardan. Rasa bersalah yang di tunjukkan Ardan, membuat Naura mencoba memaafkan kembali.
Dan Ardan juga mencari tahu alasan pergi tanpa pamit yang di lakukan oleh Naura.
Ketika keduanya sudah mendapatkan jawabannya. Apakah dunia akan setuju bahwa itu adalah hal yang tepat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ylfrna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Khawatir Apa Cemburu
Saat malam tiba, setelah satu hari dari ribut besar, Ardan tidak terlihat ada di rumah, Naura kembali keluar dari kamar. Ruang tengah dengan cahaya remang-remang ,Naura duduk seorang diri. Banyak hal yang ia pikirkan, saat meneguk minuman matanya menoleh ke arah tangga penghubung lantai dua, terlihat Ardan menuruni anak tangga setapak demi setapak, ia terlihat mendekat ke arah Naura. Dan sejak kapan dia berada di rumah ini, pikir Naura
Beberapa saat mereka berdua saling terdiam dan sama-sama menghela nafas panjang, Ardan menatap Naura
Yang sedang menggigit bibir bawahnya
"Ada seseorang yang akan datang" Ucap Ardan tiba-tiba
Zizi, wanita cantik yang pernah mengisi hati Ardan. Kini ia sedang menuju ke rumah Ardan. Sesuai janji, Zizi lebih bersemangat mengunjungi rumah Ardan.
Langit semakin kelam, tiba-tiba dari pintu utama seseorang masuk dengan berani, mata Naura terbelalak melihat sosok yang sudah lama menghilang. Zizi sedang tersenyum ke arah mereka berdua
"Sayang kenapa lama?" Ucap Ardan dengan senyuman menggoda
Naura kebingungan, kenapa Ardan memanggil Zizi dengan sebutan sayang. Pikiran Naura bergejolak, apa mereka kembali bersama setelah acara malam itu?
"Kau apa kabar?" Tanya Zizi ke arah Naura kemudian kembali menoleh ke arah Ardan, ia memilih duduk di samping lelaki itu
"B-baik"
"Tanpa aku jelaskan,kau sudah mengenal dia dan ia wanita yang akan aku cintai" Ucap Ardan tiba-tiba
"Kalian sudah berapa lama berhubungan kembali?" Tanya Naura cukup kaget
"Setelah acara malam itu" Jawab Zizi
"Huh?" Keterkejutan terlihat di wajah Naura
"Iya!"
Naura tersenyum lirih sembari menatap Ardan yang hanya diam membeku. Tolong siapa pun, katakan bahwa Ardan lah yang suka main belakang
"Baiklah, silahkan habiskan waktu kalian berdua" Ucap Naura beranjak dari duduknya
Namun tangan Ardan mencekalnya untuk tidak pergi, "Lepaskan! Aku tidak ada waktu untuk melihat kebersamaan kalian atau mendengarkan omong kosong kalian saat ini"
"Kau khawatir atau cemburu?"
"Tidak, aku hanya khawatir kepada diriku sendiri"
Sorotan mata Ardan begitu tajam "Duduk" Suruhnya
Pada akhirnya Naura mengalah, ia kembali duduk "Aku besok akan keluar kota dan ku harap kau jangan bertingkah ketika aku tinggalkan"
Naura tersenyum kecil ketika mendengar ucapan Ardan, kesempatan ia untuk kabur akan berbuahkan hasil.
"Kau akan pergi dengan selingkuhan mu? Bukan- maksudku, kau akan pergi dengan pacarmu?" Tanya Naura
"Tentu saja"
"Baiklah, aku setuju kalau begitu aku pamit"
"Naura ada yang ingin aku katakan" Ucap Zizi
Naura menghela nafas, kemudian kembali duduk "Apa?"
"Boleh aku berbicara berdua saja dengan Naura? Setelah itu aku akan pulang" Ucap Zizi
"Iya" Jawab Ardan meninggalkan mereka
Apa lagi yang akan Naura hadapi? Ia hanya menurut apa mau mereka
"Bicaralah, aku butuh istirahat" Ucap Naura
"Aku hanya butuh waktu mu sebentar"
Sebelum berbicara ia tersenyum manis "Naura,dulu kau tau aku sangat menyukai nya, aku selalu merindukan nya, aku bertanya-tanya kenapa aku tidak bisa? Kenapa aku harus merelakan nya dengan wanita lain?"
Naura hanya diam, seakan mengerti apa yang di rasakan Zizi
"Setiap hari aku merindukan nya, bahkan aku harus merelakan hanya melihat ia dari jarak jauh. Sampai aku tidak bisa membuka hati untuk orang lain selain dia! Naura kau mengerti betapa sakitnya menjadi aku?"
"Percayalah aku tidak egois, aku hanya mengambil yang seharusnya menjadi milikku" Ucap Zizi dengan nada cemburu
Naura tersenyum kecil "Kau tidak perlu repot-repot menemui ku lagi, apa yang kau inginkan akan segera kau dapatkan. Aku dan dia memang tidak cocok untuk hidup bersama"
"Aku harap begitu, kalau begitu aku permisi" Ucap Zizi meninggalkan Naura yang masih terdiam.
Setelah Zizi pergi, Naura kembali ke kamar yang dalamnya juga ada Ardan. Naura hanya menghela nafas ketika melihat Ardan duduk di bibir ranjang
"Apa yang kalian bicarakan?" Tanya Ardan
"Aku sangat berharap kau akan mencintainya dengan sangat tulus, itu yang kami bicarakan"
"Lalu bagaimana dengan kau Naura?"
Naura tersenyum kecil "Aku? Aku tidak butuh itu!"
"Kenapa?"
Naura tidak menjawab, ia sudah menutupi dirinya dengan selimut.
...----------------...
Seakan waktu merestui semuanya. Ardan pergi tanpa berpamitan kepada Naura. Tetapi ia menitipkan Naura kepada pengawal yang selalu bertugas menjaganya di rumah.
Naura keluar dari kamar, sunyi, senyap, sepi. Ardan benar-benar telah mengecewakan nya. Naura menghela nafas dan kembali masuk ke dalam kamar.
Di perjalanan ke bandara Ardan banyak melamun sembari tangannya merogoh ponsel ke dalam saku celana. Pesan masuk dari Naura yang membuat Ardan semakin khawatir
Sampai jumpa lagi di rumah, Aku tau kau bersenang-senang dengan kekasih mu tetapi aku sangat berharap kau tidak akan mencintai nya dengan tulus? Karena apa? Karena semua rasa cintamu telah habis di aku.
Ardan tidak membalas pesan dari Naura, Naura tertawa. Mengharapkan apa yang seharusnya tidak ia harapkan. Sekarang yang ia butuhkan cara keluar dari kamar ini
Saat malam kembali tiba, Naura keluar dari kamar, saat pintu di buka ia semakin tertawa melihat pengawal Ardan yang selalu mengawasi gerak geriknya.
Naura mendekati nya yang sedang berdiri di ruang tamu "Kau kenapa tidak pergi dengan tuan mu?"
Leonel hanya membalas dengan senyuman seperti biasa. Leonel, pengawal yang sudah mengawasi Naura selama menjadi istri Ardan. Ia tidak tua juga tidak muda. Mungkin seumuran Ardan. Tentang dia, cukup rupawan dengan pembawaannya yang maskulin. Tangannya di penuhi urat yang tegas. Fisiknya sama seperti umumnya pengawal yang di bayar mahal.
"Aaahh, aku tau? Kau harus mengawasi aku bukan?"
Leonel mengangguk
Naura menghela nafas lalu duduk di sofa, sedangkan Leonel masih berdiri tegak memperhatikan raut kesedihan .
"Kau tau, dia tidak suka perselingkuhan, Tetapi sekarang dia melakukan itu, dan ia selalu muak melihat ku. Dia ingin membalaskan dendam-" Naura menangis sembari mencari simpati pengawal Ardan
Kemudian melanjutkan ucapannya "Aku tidak tahu harus apa sekarang? Aku sangat menyedihkan?" Tanya Naura menangis terisak
Leonel masih mendengarkan kesedihan Naura tanpa bereaksi sedikit pun
"Aku lupa, bahwa dia adalah Ardan yang bisa melakukan sesuka hatinya"
"Aku ingin ia tidak bahagia dengan hidupnya, bahkan setelah aku mati, aku harap ia akan tersiksa"
"Aku jahat bukan?"
"Tidak, dia pantas mendapatkan itu" Jawab Leonel memberikan dukungan
Leonel yang tadi berdiri dengan tegap kini menundukkan badannya, entah dari mana ia mendapatkan keberanian saat ini. Leonel memeluk Naura tanpa permisi, Naura menangis terisak begitu mendapatkan sandaran.
Semenit kemudian, Leonel melepaskan dekapan nya, tangannya menyeka air mata yang membasahi pipi Naura
"Aku tidak suka melihat kau menangis apalagi terluka?" Ucap Leonel.
siapa yg mo daftar lagi masih dibuka nih😌