NovelToon NovelToon
Cerita Dua Mata

Cerita Dua Mata

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Terlarang / Identitas Tersembunyi / Kaya Raya / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Kriminal dan Bidadari
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: R M Affandi

Sebelum Mekdi bertemu dengan seorang gadis bercadar yang bernama Aghnia Humaira, ada kasus pembunuhan yang membuat mereka akhirnya saling menemukan hingga saling jatuh cinta, namun ada hati yang harus dipatahkan,dan ada dilema yang harus diputuskan.

Mekdi saat itu bertugas menyelidiki kasus pembunuhan seorang pria kaya bernama Arfan Dinata. Ia menemukan sebuah buku lama di gudang rumah mewah tempat kediaman Bapak Arfan. Buku itu berisi tentang perjalanan kisah cinta pertama Bapak Arfan.

Semakin jauh Mekdi membaca buku yang ia temukan, semakin terasa kecocokan kisah di dalam buku itu dengan kejanggalan yang ia temukan di tempat kejadian perkara.

Mekdi mulai meyakini bahwa pembunuh Bapak Arfan Dinata ada kaitannya dengan masa lalu Pria kaya raya itu sendiri.

Penyelidikan di lakukan berdasarkan buku yang ditemukan hingga akhirnya Mekdi bertemu dengan Aghnia. Dan ternyata Aghnia ialah bagian dari...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R M Affandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter Ke-14 Buku Itu (Wajah Di 9 tahun yang Lalu)

Aku putuskan ke kota Padang menghampiri Andra, mengikuti alamat yang ia berikan kemarin. Dengan menaiki angkutan umum berupa patas, sampailah aku di sebuah rumah yang sesuai dengan alamat yang Andra berikan.

Rumah itu dicat dengan warna abu-abu, namun di sebagian dindingnya terlihat penuh dengan gambar-gambar beragam, dan beberapa tulisan. Di halaman rumah itu terdapat Pohon buah seri yang rimbun. Dan sebuah sepeda motor terpakir di bawah pohon itu.

“Ini pasti kosnya Andra,” pikirku mendekati pintu rumah itu setelah melihat sepeda motor yang ku yakin itu milik Andra.

“Andra!” panggilku sambil mengetuk pintu. Hanya dua kali ketukan, pintu kos itu terbuka.

“Hei Fan! Akhirnya kamu datang juga,” sambut Andra melihatku berdiri di depan pintu. Wajahnya yang murah senyum kembali ku lihat di hari itu. “Masuk!” ajak Andra membawaku memasuki kosnya. “Tau mau pergi secepat ini, kenapa nggak ikut aku aja kemaren?” ucapnya terus tersenyum.

Aku hanya balik tersenyum, tak memberikan alasan apapun. “Kamu tinggal sendiri Dra?” tanyaku kemudian melihat kosnya yang tidak ada siapa-siapa di dalamnya.

“Ya pastilah! Aku kan masih lajang! Hahaha,” Andra tertawa.

Rumah yang dihuni Andra hanya berukuran kecil. Hanya ada satu ruang yang sekaligus menjadi ruang tamu dan dapur, sementara di sampingnya ada satu kamar tidur yang bersebelahan dengan kamar mandi.

“Maksudku bukan itu! kamu kos sendiri di sini? Mana tau ada temanmu!” ujarku menjelaskan maksud pertanyaanku.

“Dulu sih ada, tapi udah pulang kampung! Jadi aku tinggal sendiri aja di sini,” jelas Andra sambil berjalan mendekati sisi belakang ruangan kosnya. Terlihat ada sebuah meja kompor dan perabotan dapur lainnya di tepi dinding tempatnya berdiri saat itu.

Aku melepaskan tas sandang hitam yang ku bawa. Duduk di atas karpet berwana biru yang terbentang di lantai kos itu.

“Kamu udah pulang kerja Dra?” tanyaku pada Andra lagi, melihat jam dinding rumah kos itu telah menunjukkan pukul tiga.

Andra sedang memanaskan air dengan sebuah teko stainless di atas kompor. Hobi kami yang sering meminum kopi hitam jika bersama, akan kembali terulang.

“Minggu Fan! Tempat kerjaku tutup!” ujarnya menjelaskan.

“Showroom mobil pake libur juga ya?

“Iya lah! Kami kan bukan robot.

“Ada kerjaan buat aku di sana nggak Dra?

“Mau cepat-cepat kerja aja kamu Fan. Main-main dulu lah lihat Kota Padang! Sudah delapan tahun kan, kamu tinggal di kampung semenjak balik dari Pekanbaru?

“Iya,” jawabku mengangguk.

“Liburan dulu di sini beberapa hari Fan, sambil cuci mata!” saran Andra sambil tersenyum.

“Nggak lah Dra! Tujuanku ke sini pingin nyari kerja. Lagi pula mau jalan-jalan sama siapa? Kamu kan kerja?

“Iya sih! Hehehe.

“Jadi, ada kerjaan nggak buat aku?” Aku menagih janji Andra yang kemarin.

“Kalau di tempat aku nggak ada Fan. Tapi kalau di tempat lain ada.

“Dimana? Showroom mobil juga?

“Bukan, tapi jadi operator! Mau nggak?

“Operator apa?” tanyaku ingin tahu lebih jelas.

“Warnet!” jawab Andra singkat.

“Digaji kan?

“Ya pastilah! Bukan kerja bakti! Hehehe,” jelas Andra terkekeh. “Baru aja orang rumah sebelah minta tolongin cariin karyawan untuk jaga Warnetnya. Kamu mau kerja jaga Warnet?

“Asal ada uangnya, ya maulah Dra. Tapi, aku kurang bisa main komputer,” jawabku sedikit agak ragu menerima tawaran itu.

“Di SMA nggak belajar komputer?

“Ada, cuman basicnya aja yang di ajarin. Lagi pula aku kurang nangkap belajar komputer waktu di sekolah,” jelasku tersenyum hambar.

“Nggak masalah itu. Nanti juga diajarin. Kerja di sana aja buat sementara, nanti kalau ada lowongan di tempatku, kamu aku ajak masuk sana,” saran Andra meyakinkanku.

“Iya Dra,” jawabku menerima sarannya.

Esoknya, kumulai menghirup udara pagi di kota Padang. Aku langsung menjalani aktifitas sebagai penjaga Warnet di sebuah Ruko yang tak jauh dari kos Andra. Pemilik Warnet yang sepertinya kenal baik dengan Andra, langsung menerimaku berkerja di tempatnya, dan mengajariku cara mengoperasikan komputer sebagai penjaga warnet.

Rupanya menjadi operator warnet tidaklah sesulit belajar komputer di sekolah. Aku hanya mengoperasikan program yang di sebut billing, melayani transaksi pelanggan, dan menjual beberapa vocher game.

Seminggu berlalu tak terasa telah ku lewati di kota Padang. Aktifitas sebagai penjaga warnet rasanya cukup menarik bagiku. Sesekali aku bisa belajar komputer dengan pemilik warnet yang selalu mengunjungiku di setiap sore. Dan aku juga bisa mengetahui hal-hal baru di dunia internet yang belum pernah aku kenal sebelumnya. Ditambah ruangan warnet yang ber-AC, membuatku sangat nyaman berkerja di tempat itu.

Di suatu malam, hujan mengguyur kota Padang, menciptakan genangan-genangan kecil yang memantulkan cahaya lampu-lampu jalan. Suara rintik-rintik air yang jatuh di atas atap menciptakan irama tenang di tengah hiruk pikuk kota. Udara terasa lebih segar di malam itu. Kota sibuk yang telah lama tak turun hujan, akhirnya berbenah kembali dari polusi, menjelang akhir tahun itu.

Jalanan di depan Ruko tempatku berkerja terlihat sepi. Hanya beberapa mobil yang menyeruak di bawah rintik-rintik hujan tengah malam itu. Jam digital yang tertera di monitor komputer di depanku masih menunjukan angka sebelas, namun sudah tidak ada lagi pelanggan yang berkunjung satupun ke warnet itu.

Hawa dingin mulai merasuki tubuhku, mataku terasa berat dengan mulut sesekali menguap. Aktifitas pengunjung warnet yang ramai di siang itu, juga membuat tubuhku merasa letih. Aku menghitung penghasilan di hari itu juga telah lebih dari biasanya, sehingga aku berpikir untuk menutup warnet itu walaupun biasanya aku tutup jam dua belas malam.

Di saat aku mulai mematikan satu persatu komputer yang ada di warnet, sebuah mobil mewah berwarna merah berhenti di depan Ruko tempatku berkerja. Aku terpaksa mengurungkan niatku, karena sepertinya pemilik mobil mewah itu ingin berkunjung ke warnet itu. Meski tubuhku lelah, aku tidak ingin menolak pelanggan sebelum jam kerjaku selesai.

Aku kembali ke mejaku, dan terus memperhatikan mobil mewah yang berhenti di depan Ruko dari balik pintu kaca. Pintu sebelah kanannya terbuka, seorang pemuda sebayaku keluar dari mobil itu. Bersamaan dengan itu, pintu sebelah kirinya pun terbuka. Seorang gadis yang mengenakan hijab berwarna ungu turun dari mobil itu.

Aku terpana ketika gadis yang baru turun dari mobil mewah itu menatap ke arahku. Walau ada pintu kaca yang menjadi pembatas di antara kami, tapi aku sangat bisa mengenali gadis itu. Jantungku berdegup kencang saat ia mulai melangkah mendekati pintu kaca. Perasaanku tidak karuan di saat itu. Rasa yang telah mati di hati ini, seakan hidup kembali dan mulai bernapas. Kuncup-kuncup rindu yang dulu kekeringan, seakan kembali merekah seperti telah disiram hujan malam itu.

Rani Permata Sari yang ku kenal sembilan tahun yang lalu, hari itu kembali mengisi ruang mata ini. Bayang-bayangnya yang lama bermain di pelupuk mata, akhirnya kembali menyata di hadapanku. Mata ini seakan telah menemukan kembali fungsinya yang sesungguhnya.

Bersambung.

1
Riani
lebih ke perasaan
wekki
semangat thor
Marissa
Rata-rata baca buku harian, tapi penasaran juga
Robi Muhammad Affandi: Terimakasihh dukungannyaa😁
total 1 replies
Marissa
ini cerita misteri apa cinta? /Grin/
Hietriech Ladislav
dah mampir nih 🫡 next mampir baca novel saya & beri komen
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!