NovelToon NovelToon
Mencari Aku, Menemukan Kamu

Mencari Aku, Menemukan Kamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Enemy to Lovers / Slice of Life
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Dylan_Write

"Aku menyukainya. Tapi kapan dia akan peka?" ー Asami

"Aku menyukaimu, tapi kurasa orang yang kamu sukai bukanlah aku" ー Mateo

"Aku menyukaimu, kamu menyukai dia, tapi dia menyukai orang lain. Meski begitu, akan aku buat kamu menyukaiku lagi!" ー Zayyan

.
.
.
Story © Dylan_Write
Character © Dylan_Write
Cover © Canva

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dylan_Write, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Harapan Di Tengah Kegelapan

Asami duduk sendirian di bangku taman sekolah, memandangi langit biru yang bersih. Angin bertiup lembut, menerbangkan beberapa helai daun yang gugur di sekitarnya.

Dulu, saat duduk di tempat ini, Ia selalu tertawa bersama teman-temannya, menggoda mereka dengan lelucon konyol, atau memimpin permainan yang membuat semua orang ikut tertawa.

Tapi sekarang, meskipun senyuman masih terpatri di bibirnya, ada sesuatu yang hilang. Sesuatu yang mendalam, sesuatu yang tak tergantikan.

Asami menghela napas pelan, mencoba mengusir perasaan gelisah yang terus merayap ke dalam hatinya. Semuanya berubah sejak beberapa bulan lalu, sejak dunia yang ia kenal tiba-tiba runtuh.

Asami pernah merasa dirinya hilang, seakan hanyut dalam lautan kesedihan yang tak bertepi. Namun setelah pertarungan hebat dengan dirinya sendiri, akhirnya ia mencoba untuk berdamai dengan keadaan. Ia tahu ia tidak bisa terus-terusan terpuruk.

“Aku harus kuat,” gumamnya kepada dirinya sendiri, seolah mencoba meyakinkan hatinya yang rapuh.

“Aku harus kembali menjadi Asami yang dulu… Asami yang ceria dan humoris. Asami yang semua orang kenal dan sayangi.”

Asami menarik napas dalam-dalam, memasang senyum terbaiknya, dan bangkit dari bangku taman. Ia berjalan menuju kerumunan teman-temannya yang sedang berkumpul di sudut taman, suaranya bergema di udara saat ia melontarkan lelucon pertamanya. Tawa teman-temannya segera terdengar, memenuhi udara dengan keceriaan.

“Asami!” seru Liena, “Kamu balik lagi! Kami pikir kamu udah lupa cara bercanda!”

Asami hanya mengangguk dan tersenyum lebih lebar, menahan perasaan getir yang diam-diam menyelip di balik senyumannya. Mereka tertawa, dan Asami ikut tertawa, tapi di dalam hatinya, ia tahu tawa itu berbeda. Tidak lagi penuh dengan kebahagiaan yang sama seperti dulu. Rasanya seolah ada kekosongan yang menganga, lubang besar yang tak mungkin ia tambal.

Setiap kali ia tertawa atau menghibur teman-temannya, Asami merasa seperti sedang memainkan peran di panggung drama. Semua orang terpesona dengan peran yang ia mainkan, percaya bahwa ia sudah kembali menjadi dirinya yang dulu. Tapi ia tahu, di balik topeng itu, ada kerapuhan yang masih tersembunyi.

Di tengah keramaian, ada saat-saat dimana Ia ingin berteriak. Ia ingin berteriak sekeras mungkin, memberitahu dunia bahwa semua ini hanya tipuan. Bahwa tawa itu hanyalah kamuflase, senyuman itu hanyalah upaya untuk melindungi dirinya sendiri dari rasa sakit yang dalam.

Tetapi siapa yang akan mengerti? Siapa yang akan peduli? Jadi, Asami memilih untuk terus tersenyum, untuk terus menutupi luka-lukanya dengan humor dan keceriaan yang dipaksakan.

Namun ada momen-momen di antara tawa itu, ketika seseorang menyentuh bahunya sedikit terlalu lembut, atau ketika mata seorang teman menatapnya dengan sedikit terlalu lama, Asami merasa topengnya mulai retak. Ada yang tahu, ada yang mengerti, dan itu membuatnya merasa semakin takut.

“Asami, kamu baik-baik saja?” tanya Maya dengan nada suara yang lembut namun penuh perhatian.

Asami terkesiap mendengar pertanyaan itu, namun ia segera menarik nafas dan memberikan jawaban dengan senyuman yang paling cerah yang bisa ia tunjukkan.

“Iyalah, May! Aku baik-baik aja! Kenapa nggak? Lihat! Aku kembali jadi Asami yang dulu, kan?”

Maya menatapnya, tidak sepenuhnya yakin dengan jawaban itu, tetapi memilih untuk tidak memaksa.

“Kalau ada apa-apa, kamu tau kamu bisa bicara padaku, kan?”

Asami hanya mengangguk, menahan dorongan untuk menangis.

“Ya, aku tau,” katanya, dengan senyum yang lebih lembut. Tapi dalam hatinya, ia sadar bahwa ia bahkan tidak tahu harus mulai dari mana jika benar-benar ingin bicara. Kata-kata itu terasa terlalu sulit, terlalu menyakitkan untuk diucapkan.

Setelah pertemuan itu, Asami berjalan pulang sendirian, langkahnya perlahan. Ia merasa lelah, bukan hanya fisik, tetapi juga emosional. Setiap tawa yang ia lepaskan, setiap senyuman yang Ia buat, menguras energinya. Ia tahu, ia tidak bisa terus-terusan seperti ini, tapi apa lagi yang bisa Ia lakukan?

Sampai di rumah, Asami mengunci diri di kamarnya, melemparkan tubuhnya ke tempat tidur dan menatap langit-langit yang kosong.

Di sini, jauh dari semua orang, Ia akhirnya bisa jujur pada dirinya sendiri. Ia tahu bahwa kedamaian yang ia cari bukanlah hal yang mudah didapat. Ia tahu bahwa meskipun ia kembali menjadi Asami yang dulu di mata semua orang, di dalam hatinya, ada luka yang belum sembuh, yang masih berdarah.

Ia berbisik pelan, hampir tak terdengar, “Aku akan baik-baik saja… Aku harus baik-baik saja.”

Dan dengan kalimat itu, Asami memutuskan untuk terus berjuang, dengan segala cara yang Ia tahu. Meski tawa dan senyuman itu tidak lagi sama, meski semua itu hanyalah upaya untuk berlindung dari rasa sakit, Ia akan tetap melanjutkan hidupnya.

Karena, pada akhirnya, Ia tahu bahwa satu-satunya jalan untuk benar-benar sembuh adalah dengan terus berjalan, meski dengan langkah yang goyah, meski dengan hati yang masih penuh luka.

...ΩΩΩΩ...

Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa sudah waktunya bagi sekolah untuk menyiapkan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) lagi.

Kegiatan OSIS pun semakin padat, begitu juga dengan Asami. Jadwalnya dipenuhi dengan rapat, perencanaan, dan persiapan yang tiada henti. Tidak ada lagi waktu untuk memikirkan hal-hal lain, termasuk ber-drama dengan dirinya sendiri. Fokus Asami sepenuhnya tercurah pada tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota OSIS.

Sore itu, tim inti OSIS mengadakan rapat di depan ruko toko Argus, tempat yang sering mereka jadikan markas sementara karena lokasinya yang strategis.

Matahari mulai tenggelam, namun semangat mereka tetap membara. Mereka menyusun materi MPLS bersama, menyiapkan segala sesuatu agar acara berjalan dengan lancar. Tugas ini bukan pekerjaan yang mudah, namun Asami menikmatinya.

Dalam kesibukan ini, Ia merasa hidup. Setidaknya, untuk sementara, pikirannya bisa teralihkan dari rasa sakit yang masih mengintai di balik senyumannya.

Seiring waktu yang semakin larut, satu per satu anggota OSIS lainnya mulai pamit pulang. Hingga hanya tersisa empat orang saja yang masih bertahan: Argus, Rika, Mateo, dan Asami.

Mereka bekerja keras, mengatur materi dan memastikan tidak ada yang terlewat. Pukul sepuluh malam, udara semakin dingin, namun mereka masih tenggelam dalam tumpukan kertas dan laptop yang menyala terang.

"Aku rasa ini cukup untuk hari ini," kata Argus akhirnya, memecah kesunyian. "Kita bisa lanjutkan besok dengan yang lainnya."

Rika menguap lebar dan mengangguk setuju. "Ya, aku juga setuju. Sudah terlalu malam."

Asami menutup buku catatannya dan meregangkan tubuh yang terasa kaku. "Baiklah, kalau begitu kita pulang sekarang."

Mereka berempat berjalan menuju tempat parkir. Argus dan Rika lebih dulu berpisah, meninggalkan Asami dan Mateo yang masih mempersiapkan diri.

Pukul 10.30 malam, udara semakin dingin. Asami menaiki motornya, menarik napas dalam-dalam sebelum menyalakan mesin. Ia tahu bahwa matanya tidak begitu bagus dalam melihat di gelapnya malam, jadi ia memutuskan untuk berkendara dengan pelan.

Ketika Asami melaju perlahan menyusuri jalan yang sepi, ia merasa ada sesuatu di belakangnya. Dengan cepat, Ia menyadari bahwa Mateo mengikutinya dari belakang dengan motornya.

Awalnya, Asami tidak berpikir macam-macam. Mungkin Mateo hanya kebetulan searah. Tapi, semakin jauh mereka melaju, semakin Asami merasa heran. Jalan menuju rumahnya tidak banyak bercabang, dan Mateo terus mengikutinya.

Sesampainya di rumah, Asami memarkir motornya dengan tenang, namun hatinya masih bertanya-tanya. Begitu masuk ke dalam rumah, ia langsung mengeluarkan ponselnya dan mengetik pesan cepat kepada Mateo.

...----------------...

^^^Asakyuunn^^^

^^^Hei, Kamu ngikutin saya ya tadi?^^^

...----------------...

Beberapa detik kemudian, Mateo membalas dengan cepat.

...----------------...

My Crush

Cuma penasaran aja sama keadaan jalan ke rumahmu kalau malam

...----------------...

Asami mengerutkan kening. Jawaban itu tidak sepenuhnya masuk akal. Mateo sudah beberapa kali melewati jalan ini, dan bukan hanya sekali dua kali di malam hari.

...----------------...

^^^Asakyuunn^^^

^^^Tapi ini bukan pertama kalinya kamu lewat sini malam-malam, kan?^^^

...----------------...

Ada jeda yang cukup lama sebelum Mateo akhirnya membalas.

...----------------...

My Crush

Iya, tapi kan jarang juga. Hehe, ya udah, jangan terlalu dipikirin

...----------------...

Asami menatap layar ponselnya. Jawaban Mateo terdengar santai, namun Asami bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda. Mungkin hanya perasaannya saja, tapi kenapa Mateo harus berbohong? Apa Ia benar-benar hanya penasaran, atau ada alasan lain?

Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya. Mungkin Mateo hanya khawatir, mengingat jalanan malam bisa berbahaya bagi seseorang dengan penglihatan yang kurang baik seperti dirinya.

Tapi tetap saja, ada sedikit rasa aneh yang menggelitik di benaknya. Sesuatu yang membuatnya ingin tahu lebih banyak. Mendapat perhatian kecil dari Mateo, meskipun hanya sebatas rekan kerja, membuatnya merasa lebih baik.

Dalam keadaan dirinya yang kalut, Mateo seperti secercah harapan yang membuatnya ingin terus bertahan hidup, di tengah pikiran-pikiran gelap yang selalu berisik di dalam kepalanya, berbisik tentang kematian.

Asami menghela napas panjang, lalu tersenyum tipis.

"Lucu," gumamnya pada diri sendiri, "hanya perhatian sekecil itu saja sudah bisa membuatku merasa lebih baik."

Di satu sisi, ia merasa bodoh karena menggantungkan kebahagiaannya pada hal kecil yang mungkin tidak berarti apa-apa bagi orang lain. Namun di sisi lain, perhatian Mateo seperti oasis di tengah gurun; sekilas tampak tidak penting, tetapi sangat krusial bagi keberlangsungan hidupnya.

...ΩΩΩΩ...

Hari demi hari berlalu, dan Asami terus sibuk dengan persiapan MPLS bersama tim OSIS. Setiap pertemuan mereka menjadi saat-saat yang ia tunggu-tunggu. Meskipun seringkali hanya disibukkan dengan tugas, ia menikmati setiap momen itu. Diam-diam, ia merasakan ada sedikit kedekatan yang terbentuk di antara mereka, sebuah ikatan yang tak kasat mata tapi nyata terasa.

Namun, di balik semua tawa dan candaan, Asami tahu bahwa senyumannya sudah tidak lagi sama seperti dulu. Itu semua hanyalah upayanya untuk berlindung dari rasa sakit yang menggerogoti jiwanya. Tetapi, selama Mateo ada di dekatnya, meski hanya sebagai teman kerja, itu cukup membuatnya tetap berdiri tegak. Setidaknya, untuk sementara.

Malam itu, ketika mereka selesai rapat lagi, Asami merasa ada sesuatu yang berbeda dalam cara Mateo memandangnya. Entah hanya perasaannya atau tidak, Ia merasa seperti ada sesuatu yang ingin Mateo sampaikan, namun ditahannya.

Saat mereka berdua berpisah di jalan, Mateo sekali lagi mengikuti Asami dengan motornya, menjaga jarak yang cukup untuk tidak terlihat terlalu mencurigakan.

Begitu sampai di rumah, Asami segera mengambil ponselnya dan mengetik pesan singkat.

...----------------...

^^^Asakyuunn^^^

^^^Kenapa kamu selalu mengikuti saya pulang?^^^

My Crush

Mungkin... saya khawatir kalau kamu kenapa-kenapa di jalan. Atau mungkin... saya cuma mau memastikan kamu baik-baik saja.

...----------------...

Asami membaca pesan itu berulang kali, senyum tipis mengembang di wajahnya. Mungkin Mateo tidak menyadari betapa besar arti kata-kata itu baginya.

Dalam kesunyian malam yang dingin, kata-kata Mateo menjadi penghangat, menyelubungi hatinya yang rapuh dengan perasaan hangat yang sulit dijelaskan.

...----------------...

My Crush

Hei, kamu masih di sana?

^^^Asakyuunn^^^

^^^Iya, saya di sini. Dan terima kasih ya^^^

My Crush

Untuk apa?

^^^Asakyuunn^^^

^^^Karena sudah mengkhawatirkan saya^^^

...----------------...

Ada jeda sebelum Mateo membalas, dan ketika pesannya datang, itu lebih singkat dari yang Ia harapkan.

...----------------...

My Crush

Itu bukan apa-apa

^^^Asakyuunn^^^

^^^Selamat malam, Mateo~^^^

My Crush

Selamat malam juga~

...----------------...

Asami memandangi layar ponselnya dengan hati yang sedikit lebih ringan. Ia tahu bahwa hidupnya masih jauh dari sempurna, dan rasa sakit itu masih ada.

Tapi mungkin, hanya mungkin, dengan Mateo di sisinya — meskipun hanya sebatas teman kerja — Ia bisa menemukan alasan untuk tetap bertahan. Bagi Asami, itu sudah lebih dari cukup.

Di dalam kamarnya yang gelap, Asami menutup matanya. Ia membiarkan dirinya tersenyum, meski samar. Untuk pertama kalinya dalam beberapa waktu, ia merasa bahwa esok hari mungkin tidak akan seberat hari ini.

Meski hanya sejenak, harapan itu kembali hadir, dan Asami berjanji pada dirinya sendiri untuk terus bertahan, untuk terus mencoba. Setidaknya, untuk hari ini, itu sudah cukup.

...******...

1
Iind
Walaikumsalam
mayang sari
Halo, aku pembaca baru, ceritanya menarik kak.
Semangat ya🙂
mayang sari: sama-sama🙂
Dylan_Write: Halo kak Mayang. Terima kasih sudah mampir/Smile/
total 2 replies
Iind
iklannn meluncur ,☄️☄️☄️☄️
Iind: 🤣🤣🤣🤣,
Sama sama kak
Dylan_Write: Iya kak, aku daritadi maraton baca cerita sendiri jga udh 5x nontonin ads/Facepalm/
Btw makasih udah mampir lagi kak/Smile/
total 2 replies
Lyuraaaaa
Kasian si Zayyan/Scowl/
pasti dia ngerasain hal itu tapi tetep berusaha buat nahan rasa sakitnya tanpa harus di luapkan.
Tak bisa berbicara juga tak ingin merasa sakit/Scowl/
semangat Zayyan kamu pasti bisa membuat Asami jatuh hati sama kamu. . .
Dylan_Write: Terima kasih udah baca sampai sini/Whimper/
total 1 replies
ussy kusumawati
semangat💪🏻💪🏻
Anna🌻
kak aku mampir, semangat terus ya💖
Dylan_Write: Halo Anna, terima kasih sudah mampir~
Semangat juga dalam beraktivitas^^
total 1 replies
オーロラ79
😂😂😂😂😂😂
オーロラ79
Foolback ya kak! 😁
オーロラ79
Mampir aku kak KenKen... Sepertinya menarik...😊🍻
Iind
semangat kak,saya malah lagi ongoing bab 6 🥹🥹
masih jauh...saling support yaa
Dylan_Write
Halo~
Ini karya pertamaku di sini. Hope this book can make all of you enjoy reading!
Masih banyak kekurangan dalam buku ini, tapi aku selalu berusaha memperbaikinya hari demi hari.
Mohon dukungannya~!
Anonymous
NEXXTTTTT
Gresiaa_.
semangat thorr...
Arisena
Coba-coba baca novel romansa, kyknya oke juga
smgt thor💪
Dylan_Write: Terima kasih banyakkkk
total 1 replies
Salsabila
mampir juga ya ke cerita ku💕
Salsabila
cerita nya seru
Una loca(。・`ω´・)
Memikirkan ulang
Dylan_Write: Terima kasih sudah mampir dan membaca. Dukunganmu sangat berharga(⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!