Aira menikah dengan pria pujaannya. Sayang, Devano tidak mencintainya. Akankah waktu bisa merubah sikap Devan pada Aira?
Jaka adalah asisten pribadi Devan, wajahnya juga tak kalah tampan dengan atasannya. hanya saja Jak memiliki ekspresi datar dan dingin juga misterius.
Ken Bima adalah sepupu Devan, wajahnya juga tampan dengan iris mata coklat terang. dibalik senyumnya ia adalah pria berhati dingin dan keji. kekejamannya sangat ditakuti.
Tiana adalah sahabat Aira. seorang dokter muda dan cantik. gadis itu jago bela diri.
Reena adik Devan. Ia adalah gadis yang sangat cerdas juga pemberani. dan ia jatuh cinta pada seseorang yang dikenalnya semasa SMA.
bagaimana jika Jak, Ken, Tiana dan Reena terlibat cinta yang merumitkan mereka.
Devan baru mengetahui identitas Aira istrinya.
menyesalkah Devan setelah mengetahui siapa istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IJINKAN AKU MENCINTAIMU 2
Hari itu sepasang manusia telah menjadi suami istri. Aira sangat bahagia sekali telah bersanding dengan pria idamannya. Sedangkan Devano hanya bisa memasang ekspresi kaku. Pria itu agak merapatkan rangkulan di pinggang istrinya, saat Ken, sepupunya datang memberi selamat. Entah apa yang dipikirkan oleh pria itu.
Malam berlalu. Pesta telah usai. Wajah lelah terpancar dari kedua pasang pengantin. Aira tersenyum bahagia. Sayangnya. Hanya Aira saja yang berbahagia. Tapi, tidak Devan.
"Jangan berharap lebih dari ku! Dan jangan berharap ada malam pertama dan malam seterusnya. Aku tidak akan menyentuhmu!" Seru Devan dingin.
Aira termangu. Ia bingung. "Maksud Kakak?"
"Panggil aku Tuan muda!" Sentaknya memberi titah. "Ingat. Aku bukan Kakakmu!"
Aira terdiam. Matanya berkaca-kaca. Ia tak menyangka akan diperlakukan dengan kasar. Oleh lelaki yang ia cintai.
'Ah ... ini salahku. Aku yang memaksanya untuk menikah denganku. Tidak apa-apa. Aku pastikan ia jatuh cinta kepada ku,' Aira bermonolog dalam hati.
Tapi hari-hari berlalu. Perlakuan kasar dan dingin selalu gadis itu dapati. Bahkan ketika Devan membawanya ke rumah baru. Ia harus tidur di kamar pelayan. Hanya beberapa kali ia tidur bersama dengan pria yang jadi suaminya, ketika kedua orang tua Devan datang menginap.
Aira tetap bertahan. Dengan penuh cinta dan kasih sayang. Gadis itu tetap melayani suaminya dengan baik. Bahkan, Aira tidak berkeberatan Devan tidak menyentuhnya. Bahkan Devan juga tak memberinya uang sepeserpun untuk keperluan rumah tangga.
Aira tetap memasak untuknya. Aira tetap bekerja mengajar di panti tempatnya dulu tinggal. Jadi dari uang pendapatan bulanan yang ia peroleh. Aira pergunakan untuk keperluan di rumah itu. Hanya listrik saja yang Devan bayar.
Kekasaran Devan makin menjadi. Hal ini dipengaruhi oleh Adinda, sang model yang menyatakan ketertarikan pada pimpinan perusahaannya itu. Devan yang memang dulu sangat mengincar sang model. Langsung membuka peluang wanita seksi itu untuk mendekatinya.
Seperti malam ini. Devan mengajak Adinda untuk berkencan. Wanita itu langsung menerima ajakan pria tampan dan mapan itu.
"Sayang ...," panggilan mesra dari sang wanita idaman membuat pria itu melambung.
Terlebih dengan berani, Adinda memeluk dan menggelayut manja, merangsang tubuh atletis pria tampan itu.
"Sayang," napas Devan menderu.
Sebuah pagutan menyerang bibir kenyal pria itu. Devan sontak menerima pagutan itu. Mereka berciuman sangat dalam bahkan saling menuntut.
Tangan Devan mulai bergerilya. Menjamah dan meremas apapun tubuh sintal wanita dalam rengkuhannya itu.
Bibir Devan makin ke bawah. Baru saja ia ingin memberikan tanda kepemilikan di leher jenjang wanita idamannya. Ponselnya berdering sangat keras hingga mengagetkan keduanya.
Kepala Devan menjauh dari leher Adinda. Tapi, wanita itu telah mendapat poin untuk membangkitkan gairah laki-laki di depannya. Inti dari pria itu telah menegang. Adinda menggesekkan perut yang merasakan kelelakian itu. Devan menahan erangan.
Pria itu menatap netra wanita di dalam kukungannya sayu. Wanita itu menuntut lebih. Hingga menggesek kembali intinya yang telah berdiri. Mulut Adinda yang terbuka begitu menggoda Devan untuk merengguknya.
Tapi, baru saja pria itu menurunkan wajahnya. Ponselnya lagi-lagi berdering.
"Shit!" Makinya kesal. Devan lupa men-silent ponselnya.
Ia melepas rengkuhan dan menjauhi wanita yang telah menaikkan hasrat lelakinya itu.
"Halo!" serunya marah.
Bersambung
Wah ... Siapa yang nelpon Devan ya?
hai ini karya ke tigaku boleh disimak dan dijadikan novel idola
alurnya bagus,cm terlalu banyak flashbacknya