Dewi Eka Arshila, seorang gadis cantik yang sangat berperangai buruk.
Perangainya yang seperti ini terjadi karena ulah sang kekasih yang sudah mengkhianatinya. Ditambah pula ia yang baru kehilangan sosok ayah yang tega meninggalkan sang ibu dan juga dirinya. Suatu hari, Arshilla bertemu dengan Bima, pria tampan yang selalu memperhatikan dirinya. Berkat usaha gigih Bima dalam meraih cinta gadis pujaannya, Arshilla menerima lamaran Bima dengan setulus hati. Namun sesuatu terjadi yang membuat hati Arshilla terguncang. Kejadian apa yang membuat hati Arshilla seperti ini? Lalu bagaimana kelanjutan kehidupan Arshilla selanjutnya?
Terus ikuti The End Of Our Love.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanna Agustiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
Di Jakarta. Rosa tengah duduk berhadapan dengan seorang pria. Rosa nampak tak nyaman menghadapi pria yang selalu merengek meminta maaf
"Aku mohon, Rosa," lirihnya
"Aku mungkin bisa memaafkan mu, tapi aku nggak bisa menjamin Arshi bisa memaafkan mu," ucap Rosa
"Ya sudah. Tapi izinkan aku datang ke acara pernikahan anak kita. Arshi harus mempunyai wali untuk menikah!"
Rosa menghela nafasnya. Memang benar apa yang diucapkan olehnya.
"Baiklah, Tama. Dua minggu lagi Arshi menikah. Dan setelah menjadi wali, kamu harus pergi dari rumahku!" ucap Rosa
Tama mengangguk, ia akhirnya menemukan cara untuk bertemu lagi dengan putrinya
"Sekarang dia ada dimana?" tanya Tama
"Dia sedang berlibur di puncak bersama teman-teman sekampusnya,"
"Baiklah, habiskan saja makanan mu. Aku tau kamu tak nyaman duduk bersamaku. Aku pergi ya. Pulangnya hati-hati!" Tama bangun dari duduknya lalu pergi meninggalkan Rosa, sebelumnya Tama membayar makanan itu.
Rosa menghela nafasnya ia pun sebenarnya masih mencintai Tama, tapi ia ingat dengan perbuatannya dulu. Perhatian Tama masih manis sama seperti dulu.
Sementara itu, Arshilla sedang menelusuri hamparan luasnya perkebunan teh seorang diri. Meskipun malam ia tak pernah merasakan takut. Seorang lelaki tiba-tiba memeluk Arshilla dari belakang.
"Aku nyariin kamu," bisiknya
Arshilla mengusap tangan yang ada di perutnya "Aku bosan, Yang," ucapnya
"Kenapa nggak bilang? Kan aku bisa temani kamu," Bima mengecup leher Arshilla
"Tadi kan kamu lagi seru-serunya main game, aku ngga enak,"
Bima memutar tubuh Arshilla "Kalau kamu yang minta pasti akan ku turuti,"
Arshilla tersenyum ia melingkarkan kedua tangannya pada leher Bima dan tubuhnya semakin mendekat
"Makasih, Sayangg!" ucapnya dan langsung mencium bibir Bima
Bima tak membuang kesempatan itu, ia pun membalas ciuman Arshilla.
"Etdah ni anak berdua, bisa aja romantisnya!" ucap Riyan yang ternyata melihat dari jarak jauh.
"Mangkanya lo cari pacar biar nggak jones!" sahut Adi
Riyan mendengus kesal "Lo mentang-mentang udah punya pacar, seenak jidat ngomongin gue!
Kirana terkekeh geli melihat ekspresi wajah Riyan yang tiba-tiba berubah menjadi kesal
Ciuman itu terlepas Bima dan Arshilla saling menatap satu sama lain. Bima kembali mencium Arshilla kali ini ciuman itu lebih panas dan bergairah. Bima turun ke leher mencium lembut leher mulus Arshilla
"Bima, nanti ada yang liat!" ucap Arshilla
"Kita ke kamar aja yok!" ajak Bima
"Jangan!" tolaknya
Bima menghentikan ciuman di leher Arshilla dan menatap teduh wanita di depannya
"Kenapa? Kamu nggak mau?" tanyanya
"Aku sedang datang bulan, Bim," ucapnya sambil mengusap pipi Bima
"Yah,, jadi kamu beneran nggak hamil dong," ucapnya sedih.
Melihat Bima yang menundukkan kepalanya, Arshilla memeluk Bima
"Nanti setelah kita menikah pasti akan punya anak yang lucu,"
"Aku maunya sekarang," lirihnya
"Kan kita belum nikah, sayang,"
Bima menatap Arshilla "Aku takut umurku nggak panjang lagi, Arshilla,"
Bak tersambar petir, tubuh Arshilla menjadi kaku dan seketika mematung. Ini kali pertamanya Bima memanggilnya dengan sebutan Arshilla setelah sekian lamanya. Itu artinya Bima sedang serius
"Bima?" Arshilla mengusap pipi Bima
Bima terlihat hendak menangis namun sedetik kemudian ia memeluk erat tubuh Arshilla
"Aku pasti akan membuatmu hamil, sayang. Entah kita sudah menikah ataupun belum,"
"Kamu ngomong apa sih Yang? Umur kamu masih panjang. Kita akan menua bersama!" ucap Arshilla
Bima meneteskan air matanya dan semakin erat memeluk tubuh Arshilla.
"Aku mencintaimu, Arshilla. Aku sangat mencintaimu!"
Arshilla mengusap punggung Bima "Aku juga mencintaimu, Bima!"
*******
Keesokan harinya, Bima pergi seorang diri ke rumah sakit terdekat menggunakan sepeda motor milik penjaga villa. Bima mulai khawatir dengan kesehatannya.
"Jadi bagaimana Dok?" tanya Bima pada seorang Dokter.
"Kamu mungkin hanya bisa bertahan sekitar 1 tahun dan paling lama 2 tahun," ucap dokter
Bima menghela nafasnya
"Apa ada cara lain untuk sembuh?" tanya Bima
Dokter itu melepaskan kacamatanya "Kamu harus melakukan transplantasi sumsum tulang belakang, tapi kemungkinannya sangat kecil,"
Bima menggelengkan kepalanya "Baiklah Dok, berikan saja obat terbaik untukku!" pintanya
Dokter itu mengangguk dan mulai menuliskan resep obat untuk Bima.
Arshilla gelisah karena tak menemukan Bima sejak pagi, bahkan satupun dari mereka tak melihat perginya Bima. Ditengah keresahan itu Arshilla melihat sosok yang ia kenali sedang mengendarai sepeda motor. Arshilla berlari keluar menemuinya, Bima turun dari motor dan langsung menyambut pelukan Arshilla.
"Kamu kemana aja?" tanya Arshilla
Bima mengusap rambut panjang itu "Aku habis beli ice cream kesukaan kamu,"
Arshilla melepaskan pelukannya dan benar, Bima tengah menenteng sebuah kantung plastik putih. Ia kembali memeluk Bima, entah kenapa setelah ucapan Bima semalam membuat Arshilla takut kehilangan Bima
"Bim, aku takut kehilangan kamu," ucap Arshilla
Bima memejamkan matanya, tangan kanannya terus mengusap punggung Arshilla "Kamu nggak bakal kehilangan aku, Yang. Aku akan selalu ada buat kamu,"
"Masih yaelah, udah mesra-mesraan aja!" dengus Riyan
Keduanya melepaskan pelukannya dan menatap tajam Riyan. Sedangkan Riyan hanya cuek saja
"Apaan si!" ucap Arshilla
"Nih! Nanti malam kalian harus nyanyi lagu ini!" Riyan memberikan kertas berisi lirik lagu
"Kok gue?" tanya Arshilla
"Suara lo paling bagus soalnya. Dan chemistry kalian tuh pas banget!"
Bima merasa kepalanya pusing hingga ia hampir saja jatuh, untuk saja Riyan sigap menahan tubuh Bima
"Lo kenapa Bim?" tanya Riyan khawatir
"Yang, kamu pucat banget! Kita ke rumah sakit ya!" ucap Arshilla
Bima memeluk tubuh Arshilla "Aku mau istirahat aja Yang,"
"Ya udah ayo!"
"Riyan, bantu gue memapah Bima ya!" ucap Arshilla. Riyan dengan sigap membantunya.
Banyak yang bertanya namun mereka hanya diam karena tak ada waktu untuk menjawab.
"Ice, dosen kayaknya lagi ada acara. Lo tidur disini aja dulu temenin Bima. Nanti biar gue yang bilang sama mereka," ucap Riyan
"Apa boleh?" tanya Arshilla sambil menyelimuti tubuh Bima
"Boleh! Lagian Bima sekamar sama gue, kalo nanti malam masih sakit Lo sama Bima ngga usah nyanyi. Lo tidur disini aja!"
"Terus lo mau tidur dimana?"
"Gue bisa tidur sama Adi. Dah lo tenang aja. Temanin Bima aja pokoknya."
Arshilla mengangguk, Riyan pun pergi dari kamar mereka.
"Kunci aja pintunya!" seru Riyan
Arshilla pun mengunci pintu kamar Bima dan kembali duduk di samping ranjang.
"Tiduran sini sama aku, Yang!" pintanya
Arshilla mengangguk, ia pun naik ke ranjang dan berbaring, Bima memiringkan tubuhnya menghadap Arshilla
"Kau istirahat aja, aku nggak akan kemana-mana kok," ucap Arshilla,
Bima mengusap pipi Arshilla "Aku mau tidur disini!" Bima menunjuk dada Arshilla.
Arshilla tersenyum tipis "Sini!"
Bima langsung memeluk Arshilla, dan kepalanya tepat di dada Arshilla.
"Ya udah kamu tidur ya, sayang!"