Istri Siri Uncle Victor

Anna duduk di taman belakang kediaman Nenek Ajeng setelah makan siang yang ditemani oleh Ajeng.Makan siang yang sudah terlewatkan karena saat ini waktu sudah menunjukkan jam 5 sore. Anna tidak lagi menemukan keberadaan Victor di manapun di rumah ini setelah ia keluar dari kamar mandi usai percakapan mereka yang tidak berujung.

Anna menatap rerumputan yang masih lembab karena selesai diguyur hujan. Percakapannya dengan Victor tadi tidak menemukan titik terang. Pria itu memilih diam saja setelah ia setuju untuk berpisah jika Victor memang mencintai wanita lain.

Seharusnya Victor sudah menalaknya jika benar benar ingin berpisah darinya. Tapi pria itu diam dan tidak berkata apa-apa lagi. Anna merasa rumah tangganya dengan Victor akan terasa sia sia jika Victor sendiri enggan untuk membalas perasaannya. Apakah ia harus melepaskan ikatan ini dulu dan membuat Victor menyadari segalanya. Atau malah sebaliknya ia terus bertahan, bukankah batu yang keras jika di tetesi air secara terus-menerus akan lapuk juga. Begitu juga Victor, jika ia terus memberikan perhatian pada pria itu suatu saat nanti pria itu akan luluh tapi sampai kapan?.

Anna menghubungi Kakak iparnya, Cantika. Ia butuh solusi dengan semuanya tapi tiba-tiba saja ia kembali mematikan panggilan teringat jika tidak pantas ia menceritakan masalah rumah tangganya pada orang lain.

Anna kembali masuk ke dalam rumah dan kembali ke kamarnya. Ia bosan sendirian sementara Nenek Ajeng beristirahat di kamarnya. Dan saat Anna sibuk dengan ponselnya membalas pesan dari Ella yang mengatakan jika ia sudah di Indonesia dan sekarang berada di Bali tiba tiba saja Victor memasuki kamarnya.

Anna menoleh pada Victor yang terlihat begitu dingin dan datar sangat jauh berbeda saat mereka dekat dulu sebelum pernikahan ini terjadi.

"Uncle... kapan kita pulang?," tanya Anna.

Victor menoleh pada Anna."Lusa...ada beberapa titik longsor akibat hujan tadi siang dan jalan dalam perbaikan,"jawab Victor.

Anna mengangguk pelan dan tidak lagi bertanya. Gadis itu kembali sibuk dengan ponselnya dan membalas pesan dari temannya. Ia berjanji lusa akan menyusul Ella ke Bali sepulang dari sini. Ia butuh healing saat ini untuk menenangkan pikirannya.

"Anna... bersiap-siaplah kita akan pergi menghadiri makan malam rekan bisnisku!," ucap Victor. Ia sengaja meminta Anna bersiap sekarang karena ia tahu jika wanita itu sangat lama jika dalam urusan dandan. Kedatangan Victor ke sini tidak hanya mengurus pekerjaannya tapi juga memenuhi undangan makan malam dari rekan bisnisnya.

"Aku tidak ikut Uncle, aku tidak membawa memiliki gaun,"jawab Anna beralasan. Ia sangat malas untuk pergi kemanapun lagian apa tujuan Victor mengajaknya karena ia dirinya bukanlah siapa-siapa pria itu. Lagian kenapa Victor baru mengatakan sekarang jika mereka akan menghadiri makan malam sehingga ia tidak membawa persiapan apapun.

"Aku tidak menerima penolakan Anna. Ini gaun untukmu, aku sudah menyiapkannya. Jika aku mengatakan dari awal, kamu pasti akan membawa gaun kurang bahanmu," ucap Victor memberikan paper bag yang ia bawa. Ia sudah membelikan gaun itu saat berada di kota dan ia simpan di dalam bagasi mobil.

"Uncle tidak bisa memaksaku untuk ikut. Lagian kenapa Uncle tidak mengajak wanita yang Uncle cintai itu untuk pergi bersama Uncle, kenapa harus aku yang bukan siapa-siapanya di hati Uncle," jawab Anna dengan beraninya.

"Anna...,"teriak Victor.

"Apa?, kenapa Uncle malah marah padaku?,"tantang Anna. Jiwa bar barnya selama ini keluar, baginya untuk apa lagi bersikap manis pada Victor jika pria itu sendiri tidak menganggapnya ada.

Victor mengacak rambutnya dengan kasar."Terserah jika kamu mau ikut atau tidak," jawab Victor lalu keluar dari kamar. Berhadapan dengan Anna yang sifatnya keras kepala membuat kepalanya terasa begitu pecah.

Sementara itu Anna mengatur deru nafasnya dan kembali duduk. Ia kesal Victor seenaknya memerintah dirinya. Lain ceritanya jika Victor bersikap hangat padanya mungkin ia akan begitu senang diajak pria itu pergi bersama. Tapi kenyataannya setelah permintaan Victor saat itu membuatnya tidak lagi begitu berharap jauh dengan hubungan ini. Ia akan menunggu kata talak dari Victor dan setelah itu ia akan menata kehidupannya kembali.

***

Victor benar dan kesal dengan perubahan sikap Anna. Anna sekarang sudah berani menentangnya padahal sebelumnya gadis itu adalah gadis yang penurut. Victor menghubungi rekan bisnisnya jika ia tidak bisa datang. Setelah itu Victor merebahkan punggungnya ke sandaran kursi dan menatap lurus pada aliran sungai yang tidak jauh dari rumah Neneknya. Air sungai itu tampak deras akibat hujan tadi siang.

Victor lagi lagi mengingat kejadian beberapa tahun silam. Ia benar benar merasa bersalah atas meninggalnya teman masa kecilnya. Ia sudah berusaha untuk melupakan kejadian itu tapi ia tidak bisa.

"Kamu kembali mengingatnya?," Ajeng duduk di sebelah Victor. Ia tau cucunya ini pasti kembali mengingat kejadian naas itu lagi. Ia adalah kali kedua Victor datang kesini setelah kejadian itu. Victor selalu menolak datang kesini karena tidak ingin kembali mengingat kejadian itu.

"Lupakan Victor! meski tidak mudah. Ingat kamu sudah menikah dan lanjutkan hidupmu. Cia pasti akan bersedih melihat temannya seperti ini yang terus merasa bersalah batas kepergiannya,"ucap Ajeng.

"Nek...karena aku--

"Tidak Victor. Kamu tidak bersalah tapi sudah takdirnya Cia akan pergi dengan cara seperti itu. Kamu tidak bisa menyalahkan dirimu sendiri," ucap Ajeng.

"Victor... usiamu tidak lagi muda. Dan Nenek senang kamu sudah menikah. Jaga pernikahanmu meski Anna masih sangat kecil untuk bersanding denganmu tapi Nenek yakin dia bisa mengimbangimu," sambung Ajeng mengusap bahu Victor.

"Tapi Nek... menikah denganku membuat masa depannya hancur,"jawab Victor.

Ajeng terkekeh mendengar jawaban cucu."Tidak ada yang namanya seorang suami membuat hancur istrinya. Kecuali kamu menyakiti perasaannya itu baru yang namanya kamu menghancurkan hidupnya. Sejatinya seorang istri itu mengabdi pada suaminya jika suaminya itu berada di jalan yang benar. Seorang gadis yang sudah menikah masa depannya ada pada suaminya Victor,"tutur Ajeng.

Victor terdiam mendengar ucapan Neneknya yang mengingatkannya dengan perkataan Anna yang mengatakan jika dirinya adalah masa depannya. Dan satu lagi ia sudah menyakiti perasaan gadis itu.

"Victor mungkin sudah takdirnya kamu dan Anna menikah. Selama ini tidak ada wanita yang dekat denganmu setelah kematian Cia. Jalani dulu Victor, bimbing istrimu sesuai keinginanmu. Istri itu di bimbing Victor,"ucap Ajeng. Ia tahu pernikahan cucunya tidak baik-baik saja itu terlihat dengan sikap dingin Victor pada Anna. Dan juga ia tidak pernah melihat Victor berduan dengan Anna di rumah ini.

"Jangan sampai kamu menyesal setelah kamu menyia-nyiakan gadis seperti Anna. Nenek menyukainya dia sangat ramah dan menyenangkan jika di ajak berbicara padahal dia cucu dari orang terpandang di negara ini,"sambung Ajeng. Ia begitu menyukai sikap ramah Anna yang apa adanya. Setelah mengatakan itu Ajeng meninggalkan Victor dan berharap cucunya itu memikirkan ucapannya.

...****************...