Istri Siri Uncle Victor
"Victor...mau sampai kapan kamu akan menjalani rumah tangga seperti ini?. Menikah tapi istri entah kemana," ucap Riana pada Victor yang baru saja mendudukkan bokongnya di kursi meja makan.
"Tante...jangan ikut campur urusan pribadiku,"jawab Victor dengan tatapan tajamnya. Baginya hanya ada satu wanita nyak akan ia panggil dengan sebutan ibu yaitu wanita yang sudah melahirkannya.
Maminya sudah meninggal tiga tahun yang lalu akibat sakit kanker payudara yang di deritanya. Dan baru satu tahun ini Papinya kembali menikah dengan wanita yang tak lain sahabat Maminya sendiri.
"Victor...dia itu Mamimu juga dan berhenti memanggilnya dengan sebutan Tante," ucap sang Papi.
"Mamiku hanya satu Pi," jawab Victor kembali berdiri dari duduknya. Rasa laparnya menguap begitu saja. Kedatangannya di rumah ini hanya untuk memastikan kesehatan sang Ayah yang menderita sakit jantung dan juga gagal ginjal. Sampai detik ini ia belum kini menemukan pendonor yang cocok untuk sang Ayah.
"Victor...," teriak sang Papi melihat putra tunggalnya itu pergi begitu saja.
"Sudahlah Mas. Biarkan saja,"ucap Riana menenangkan suaminya itu. Baginya Victor tidak penting di rumah ini.
Victor berdecak kesal karena ibu tirinya selalu saja ikut campur urusan pribadinya. Ia tidak menyukai hal ini ada yang ikut campur dalam hidupnya. Ibu kandungannya saja tidak pernah ikut campur dalam urusan pribadi karena wanita itu tau jika ia memiliki sifat introvert dan tidak suka berbagi masalahnya dengan orang lain.
Victor menjalankan mobilnya membelah jalanan yang mulai padat. Pria yang memiliki nama lengkap Victor Valdes Dewangga itu merupakan pribadi yang tertutup. Bertahun bekerja pada keluarga Aditama membuatnya menjadi pribadi yang mandiri semenjak Papinya meminta pada Kevin Aditama untuk mendidiknya dalam berbisnis.
Victor mendesah berat saat teringat akan pernikahan dadakannya yang ia jalani satu bulan ini. Ia mau tidak mau harus menikah dengan gadis belia secara siri karena insiden satu bulan lalu ketika seluruh keluarga Aditama memergokinya tidur satu kamar dengan cucu bungsu dari keluarga Aditama yang masih di bawah umur. Dan yang lebih parahnya ia dan sang istri saat ini tinggal terpisah. Sang istri yang saat ini berada di Inggris melanjutkan pendidikannya disana sedangkan ia masih di negara ini menjalani hari-harinya seperti biasanya. Tidak ada yang berubah pada dirinya setelah menikah.
Ia tidak pernah menginginkan pernikahan ini terjadi apalagi dengan anak di bawah umur yang ia yakini tidak akan bisa mengimbanginya yang merupakan pria dewasa. Meski sebelumnya ia dan sang istri cukup dekat itu semata tidak ingin mengecewakannya yang terus berharap bisa menikah dengannya di masa depan.
Victor turun dari mobilnya, pria itu langsung memasuki lobi perusahaaan dengan langkah panjangnya. Tidak akan ada karyawati yang berani mendekatinya karena semenjak ia memimpin perusahaan ini ia selalu menjaga jarak dengan makhluk yang namanya wanita.
"Mela... apakah Cantika ada di ruanganya?," tanya Victor dengan muka datarnya. Sifat datarnya ini terbentuk semenjak sang ibu meninggal dan ditambah pernikahan dadakannya.
"Ada Tuan, anda sudah ditunggu,"jawab Mela mempersilahkan Victor untuk masuk ke ruangan Cantika yang dua tiga bulan ini sudah menduduki kursi CEO yang dulu pernah ia tempati.
Victor masuk kedalam ruangan yang dulu pernah menjadi ruangannya. Pria itu menggeleng pelan saat melihat atasannya itu begitu sibuk dengan pekerjaannya padahal saat ini tengah hamil muda.
"Cantika,"ujar Victor membuat wanita yang tengah hamil muda itu menoleh.
"Uncle... silahkan duduk. Apakah ada sesuatu?,"tanya Cantika.
Victor mendudukkan bokongnya di kursi yang berhadapan langsung dengan wanita itu."Ini tentang perusahaaan ini. Uncle berencana untuk mengundurkan diri dari perusahaan dan fokus pada perusahaan peninggalan--
"Uncle aku mohon jangan pernah berpikir untuk meninggalkan perusahaaan ini. Aku saat ini tengah hamil Uncle dan aku tidak mungkin bisa menjalankan perusahaan ini tanpa bantuan Uncle. Dan aku tidak tau sampai kapan Arsen mengizinkanku bekerja,"sela Cantika.
"Kamu bisa minta Arsen mengakuisisi perusahaaan ini Cantika," jawab Victor. Ia tidak ingin lebih lama lagi ibu tirinya memanfaatkan harta peninggalan Maminya jika perusahaan itu dikendalikan oleh Papinya.
"Arsen menolak mengakuisisi perusahaan ini Uncle. Aku janji setelah aku melahirkan Uncle boleh mengundurkan diri,"ucap Cantika.
"Baiklah...,"angguk Victor lalu pria kembali keluar dari ruangan Cantika. Begitu banyak pekerjaan yang akan dia kerjakan.
***
Ting
Anna
📩: Uncle...aku merindukanmu, berjanjilah padaku untuk setia menungguku kembali. Tinggal enam bulan lagi Uncle. Aku dan Uncle akan menjadi suami istri yang sesungguhnya.
Victor menggeleng pelan membaca pesan yang dikirim oleh istri kecilnya itu. Ia tidak berniat untuk membalas kali ini karena tidak mungkin selamanya ia memberikan harapan pada gadis itu karena hatinya yang tidak yakin dengan kelanjutan pernikahannya.
Victor keluar dari ruangan karena ia akan mengecek pengerjaan proyek yang kini tengah dibangun di pusat kota. Pria itu langsung memasuki lift di ikuti oleh sekretaris dari belakang. Sama dengan para pria Aditama, Victor mempekerjakan pria sebagai sekretarisnya karena ia tidak ingin berdekatan dengan makhluk yang namanya wanita.
Victor mengabaikan ponselnya yang terus bergetar pertanda pesan masuk. Ia yakin Anna lah pelakunya. Ia tidak punya banyak waktu hanya untuk membalas pesan gadis itu karena waktunya sangat berharga. Victor sendiri juga heran kenapa Anna bisa leluasa menghubungi padahal setahunya Anna berada di asrama yang jelas tidak semudah itu bermain ponsel.
Victor memasuki kembali mobilnya yang kini dikendarai oleh sekretarisnya. Pria yang duduk di bangku penumpang itu meraih ponselnya dari saku jasnya. Pria itu menghela nafas beratnya melihatnya banyaknya deretan pesan dari Anna.
✉️: Belajarlah yang benar Anna!
Balasan yang sama setiap kali gadis itu mengirimi pesan. Ia tidak akan membalas lagi meski seberapa banyaknya gadis itu mengirimkannya pesan.
"Tuan.Tuan Aditama menghubungi dan mengatakan ingin bertemu langsung dengan Tuan nanti malam di kediamannya," ucap Revo sekretaris Victor.
"Atur saja Revo," jawab Victor dengan wajah datarnya.
Semenjak menikah dengan Anna, Victor makin jarang tersenyum. Pria itu lebih sering menghabiskan waktunya untuk bekerja dan bekerja. Baginya waktu adalah uang dan sejujurnya ia tidak pernah lagi mempercayai yang namanya cinta dan wanita setelah apa yang dilakukan sahabat Maminya yang kini menjadi ibu tirinya dengan teganya menggoda Papinya disaat Maminya berjuang untuk sembuh dari sakit yang di deritanya.
Sesampainya diproyek Victor disambut oleh mandor yang sedikit terkejut dengan kedatangannya karena selama ini Victor tidak pernah turun langsung ke lapangan.
"Tu-an...," ucap mandor itu terlihat gugup.
Victor memakai helm proyek yang diserahkan Revo padanya mengabaikan mandor yang terlihat pucat pasi. Pria itu menatap bangunan yang seharusnya sudah berjalan 50% tapi terlihat masih sangat jauh.
"Apakah kalian tidak berniat untuk bekerja?,"tanya Victor menatap tajam para pekerja yang terlihat menunduk saat kedatangannya.
"Siapa yang mau menjelaskan?,"tanya Victor karena tidak ada jawaban dari para pekerja.
"Tuan....kami bekerja sesuai prosedur yang diberikan," jawab salah satu dari para pekerja.
"Revo... kumpulkan semua orang-orang yang berkaitan dengan proyek ini!. Mereka harus menjelaskan semuanya," ucap Victor membuat semua yang ada disana terlihat ketakutan dengan tatapan tajam dan menusuk dari pria itu.
"Baik Tuan,"jawab Revo.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments