NovelToon NovelToon
Kembalinya Sang Penguasa: Pembalasan Seorang Ibu

Kembalinya Sang Penguasa: Pembalasan Seorang Ibu

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Balas Dendam / Single Mom / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Keluarga
Popularitas:7.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nuhume

Season Dua dari "Lily: Rahasia Gadis Kampung"

Briela Leonor, putri dari Raja Leonor, adalah pewaris tahta di sebuah kerajaan yang kekuasaannya melampaui presiden, menteri, dan semua gubernur. Setelah kematian suaminya, Briela memilih hidup sebagai rakyat biasa untuk melindungi anaknya, Xaviera, dari intrik politik yang mematikan.

Selama dua puluh tahun, Briela berhasil menyembunyikan identitasnya di sebuah provinsi kecil di wilayah Barat kota Riga. Kini, Xaviera telah dewasa, dan pernikahannya membawa kebahagiaan besar bagi Briela. Namun, kebahagiaan itu segera berubah menjadi mimpi buruk ketika Xaviera menjadi korban penyiksaan dan pelecehan oleh suaminya, Aron Ace.

Situasi semakin genting ketika sebuah kasus besar muncul, mengancam kestabilan negara. Briela dihadapkan pada keputusan sulit: membuka identitasnya dan kembali memimpin negara untuk menyelamatkan putrinya dan mengembalikan kedamaian, atau tetap tersembunyi dan menyaksikan kehancuran yang tak terelakkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuhume, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 2

Jl. Massachusetts Ave NW, Riga.

Hartono berjalan di jalanan yang sepi. Setiap langkahnya terasa berat, dipenuhi kegelisahan yang terus menghantui pikirannya. Dia sesekali melirik secarik kertas yang berisi alamat yang ditulis oleh Briela.

Kertas itu sudah agak kusut di genggamannya karena gugup. Setiap kali dia melihatnya, hatinya berdegup kencang, seperti genderang perang yang menghantam dada.

Tiba-tiba, dua orang pria mendekatinya dengan langkah cepat dan pasti. Tanpa peringatan, salah satu dari mereka menutup wajah Hartono dengan kain hitam tebal, sementara yang lain dengan cekatan memegang tangannya dengan kuat. Perasaan panik langsung menyergapnya, keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya.

"Hei! Apa yang kalian lakukan? Siapa kalian? Lepaskan!" teriak Hartono sambil meronta-ronta, suaranya menggema di jalanan yang sepi.

Kedua pria itu memiliki kekuatan yang tidak tertandingi. Mereka dengan mudah mengangkat tubuh Hartono dan memasukkannya ke dalam mobil hitam yang menunggu di pinggir jalan.

Sepanjang perjalanan, Hartono terus berteriak dan meminta untuk dilepaskan, namun tidak ada tanggapan. Setiap detik yang berlalu terasa seperti seabad, rasa takut dan ketidakpastian menghimpitnya.

Setelah beberapa menit yang terasa tak berkesudahan, mobil itu akhirnya berhenti. Hartono merasa dirinya ditarik keluar dari mobil dengan kasar. Dia berjalan dengan paksaan, tarikan tangan yang kuat membuat langkahnya terseret-seret di atas lantai berbatu. Setiap injakan terasa menyakitkan, menambah penderitaan yang sudah dia rasakan.

"Lepaskan dia," terdengar suara tegas namun lembut yang familiar di telinga Hartono.

Dua pria tersebut segera melepaskan penutup kepala Hartono. Begitu kain hitam itu terlepas, Hartono mengerjap-ngerjapkan mata, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya ruangan. Pandangannya kabur sejenak sebelum akhirnya fokus pada sosok yang duduk di depannya.

"Kau?!" seru Hartono terkejut melihat siapa yang duduk di depannya.

Briela tersenyum. Dia duduk di sebuah kursi megah dengan sandaran tinggi, terbuat dari kayu berukir halus dan dihiasi kain beludru merah. Ruangan itu sendiri tampak sangat mewah.

Lampu gantung kristal berkilauan di langit-langit tinggi, memantulkan cahaya ke seluruh ruangan. Ornamen patung klasik berdiri di sudut-sudut, dan rak buku yang menjulang tinggi penuh dengan buku-buku tua berkulit tebal menghiasi dinding-dindingnya.

"Siapa kau sebenarnya?" tanya Hartono dengan bingung, suaranya terdengar gemetar.

Salah satu pria yang berada di belakang Hartono menendang tekuk kakinya hingga dia berlutut di lantai marmer dingin.

"Jangan tidak sopan. Di hadapanmu saat ini adalah Putri Mahkota Briela Leonor," ucap pria itu dengan suara yang penuh hormat, kemudian membungkuk memberi hormat.

Mata Hartono membulat sempurna. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan salah satu anggota keluarga kerajaan, apalagi dengan putri mahkota yang memiliki garis keturunan langsung.

Hartono memang tahu banyak tentang kerajaan karena tujuan utamanya adalah membangun relasi dengan keluarga kerajaan. Hanya dengan begitu dia bisa meminjam kekuasaan mereka untuk membangkitkan kembali perusahaannya yang sedang terpuruk.

"Maafkan saya, Tuan Putri, saya...," Hartono tergagap, mencoba menyusun kata-kata.

"Tidak usah minta maaf. Kau telah menolong anakku, maka aku akan membantumu," jelas

Briela dengan suara tegas namun penuh rasa terima kasih. Dia menatap Hartono dengan mata biru tajamnya yang menunjukkan kekuatan dan ketegasan seorang pemimpin.

Mata Hartono berbinar. Dia berjanji dalam hati akan membalas semua kebaikan dan bantuan Briela di masa depan.

"Tidak perlu. Aku hanya menginginkan anakmu untuk tinggal bersamaku, menemani putriku," ucap Briela dengan suara yang tenang namun penuh makna.

Hartono terdiam sejenak, merenungkan permintaan itu. Dia tahu bahwa ini adalah kesempatan besar untuk anaknya mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Setelah beberapa saat, dia mengangguk dan berjanji akan segera kembali ke kampung halamannya untuk menjemput Lily dan membawanya ke hadapan Briela.

Mendengar itu, Briela melirik salah satu orang kepercayaannya, seorang pria berjas hitam dengan wajah keras. Pria itu kemudian menjelaskan kepada Hartono bahwa dia akan ikut bersama Hartono untuk membantu mengatasi masalahnya di negara tersebut.

"Terima kasih, Yang Mulia. Terima kasih banyak," ucap Hartono dengan penuh rasa syukur, hampir tidak percaya dengan keberuntungannya.

Briela hanya mengangguk dengan anggun. Sebelum Hartono benar-benar meninggalkan ruangan tersebut, Briela memintanya untuk merahasiakan semuanya. Apa yang dia lihat dan dengar saat itu harus disimpan rapat-rapat. Jika setitik informasi bocor keluar dari mulutnya, Briela berjanji akan menghukumnya dengan menghilangkan kepalanya.

"Mengerti, Yang Mulia," ucap Hartono dengan serius, memberi hormat dengan meletakkan tangannya di dada dan sedikit membungkukkan tubuhnya.

Hartono kemudian dibimbing keluar dari ruangan mewah itu, masih dalam keadaan terkejut namun penuh harapan untuk masa depan yang lebih baik bagi dirinya dan putrinya.

Seminggu kemudian, Hartono kembali ke bangunan megah tempat pertemuan Briela dengannya. Dia datang bersama seorang anak perempuan kecil yang menggemaskan. Lily, putrinya, terlihat bingung dan memegang tangan ayahnya erat-erat.

Matanya melirik setiap sudut ruangan dan memperhatikan setiap benda yang berada di dalamnya. Briela tersenyum dan mengusap pucuk kepala Lily.

“Kau mau ikut Bibi?” tanya Briela lembut.

Lily melirik Hartono dan mendapatkan anggukan. Dengan sedikit ragu namun penuh rasa ingin tahu, Lily mengangguk dan sedikit tersenyum. Beberapa saat yang lalu, Hartono sudah memberikan banyak wejangan kepada Lily tentang apa yang akan dia hadapi. Hartono menjelaskan bahwa Lily akan memiliki kakak perempuan dan teman bermain baru, membuatnya bersemangat untuk ikut.

“Panggil aku Bibi Ela,” ucap Briela.

Lily didudukkan di sebuah kursi, sementara Hartono melanjutkan perbincangan dengan Briela. Lily kecil hanya bisa memahami satu hal dalam perbincangan tersebut, bahwa ada rahasia yang harus dia sembunyikan. Rumah yang dia kunjungi saat itu dan juga Bibi Ela, yang ternyata sebagai tuan rumahnya, adalah sesuatu yang tidak boleh dia ceritakan kepada siapa pun.

“Lily mengerti?” tanya Hartono dengan lembut.

Lily kecil mengangguk, "Lily tidak boleh memberitahu siapa pun tentang rumah ini dan juga bibi pemilik rumah," ucap Lily dengan cadelnya.

Hartono mengangguk dan mengusap kepala anaknya dengan penuh kasih sayang. Dia berjanji akan kembali menjemput Lily saat waktunya tiba. Lily melambaikan tangannya, kemudian memegang tangan Briela saat mereka meninggalkan rumah megah tersebut dan menaiki sebuah taksi.

Sepanjang perjalanan, Lily melihat ke luar dari jendela taksi, memperhatikan orang-orang yang berjalan, keramaian, dan lampu warna-warni yang bersinar.

Beberapa menit berlalu, dan jalanan mulai semakin sunyi. Hanya ada lampu pendar di sekitar jalan serta pemandangan rumah-rumah yang berubah bentuk. Rumah-rumah megah yang berjejer kini berganti menjadi bangunan sederhana.

Taksi berhenti tepat di hadapan sebuah rumah dengan halaman yang tidak begitu luas, namun dipenuhi tanaman bunga yang indah. Di sana, seorang wanita remaja berlari memeluk Briela dengan ceria.

“Xaviera, kenalkan, dia Lily,” ucap Briela.

“Lily? Hai…” timpal Xaviera dengan ramah.

Lily kecil mengangguk dan sedikit tersenyum.

“Mulai saat ini, dia akan tinggal bersama kita,” jelas Briela.

Dengan mata berbinar, Xaviera memegang tangan Lily dan tersenyum kepada Briela.

“Mama tidak bohong, kan?”

“Iya sayang,” timpal Briela lembut.

Briela kemudian menjelaskan kepada Xaviera bahwa Lily adalah anak jalanan yang baik hati dan jujur di temuinya, dan mulai saat itu Briela yang akan merawatnya. Xaviera tersenyum bahagia karena akhirnya dia akan memiliki teman bermain, memiliki adik yang dia impikan.

1
Susanti Susanti
Luar biasa
Inyoman Raka
anthoni bisa jadi adalah penghianat
Inyoman Raka
apa ini masak 1 orang menekan banyak orang hak nerkutik
Inyoman Raka
yg ini baru penguasa
Inyoman Raka
greget
Inyoman Raka
ini putri gak punya motivasi untuk rakyat, dia hanya mentingkan egonya sendirie prettt
Inyoman Raka
inii apa mempelai yg kejam
Whi Tut
stupid
Chaning
Ceritanya Sama kaya Dracin
Chaning
ratu kok bodoh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!