NovelToon NovelToon
Permintaan Takdir

Permintaan Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Elf / Roh Supernatural
Popularitas:588
Nilai: 5
Nama Author: lulanan astraya

Karena tidak sengaja terluka oleh barang berbahaya dari seorang pelanggan gila. Hisa harus berakhir dengan penyakit aneh yang sekian detik menghancurkan bagian tubuhnya.

racunnya terlalu kuat membuatnya harus mencari beberapa bahan ramuan yang langka atau bahkan sudah menjadi legenda hanya untuk sekedar sembuh.

tapi...kejadian berbahaya yang tidak dia inginkan terjadi satu demi satu, mengejarnya sekuat tenaga seolah mencegahnya untuk hidup.

"Dewi keberuntungan, dimanakah engkau? aku sangat lelah hingga raga ku tidak sanggup lagi untuk hidup!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lulanan astraya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15. lebih baik kau pulang

"Dabael adalah makhluk kabut tanpa tubuh yang berubah karena energi gelap dari dunia iblis, setidaknya mereka tidak akan dapat menyebabkan seseorang dengan energi murni kayu atau sejenisnya yang bertentangan dengan energi gelap sakit."

Itulah yang bisa Lilac katakan dari pikirannya sendiri.

Masalah tentang makhluk kabut ini lebih menyusahkan dari pada bertarung dengan siluman ratusan tahun ataupun monster pemakan daging.

Mereka tidak memiliki wujud tetap untuk digambarkan, tidak bertulang untuk dipatahkan dan tidak memiliki referensi serangan mendadak untuk dipelajari.

Kerja mereka hanya melahap makhluk yang hidup, mengkontamidasi mangsanya yang lemah dengan energi jahat untuk dijadikan boneka penarik korban lain. Selama ribuan tahun pada saat mereka pertama kali muncul, manusia dan ras lain tidak punya ide apapun untuk mengambarkan apa mereka.

Mereka seperti sisi gelap di kedalaman bumi, sisi terbalik dari matahari, seperti awan mendung di langit cerah.

Bahkan makhluk yang dapat berpikir tidak dapat menghentikan persebaran Dabael yang menutupi permukaan bumi, dengan senjata seadanya yang telah dipelajari selama ribuan tahun khusus dalam membasmi kontaminen mereka yang berwujud.

Pencegahan para ras dibumi bisa dibilang membuahkan hasil, walau masih ada kasus warga hilang atau mati tercabik namun dunia termasuk damai dari jangkauan mereka, mungkin yang membuat dunia ini tidak damai adalah perebutan kekuasaan serta wilayah oleh para bangsawan dan kerajaan yang berdiri di badan bumi ini.

Kembali pada topik Hisa, mereka bertiga sama sekali tidak punya ide siapa yang dapat membuat wadah sekuat itu untuk makhluk seperti Dabael.

Entah hanya untuk pekerjaan penelitian seorang alchemist atau ada dari bangsa iblis yang melakukan sesuatu lagi untuk melakukan kejahatan.

Kepala mereka tertunduk, masing-masing dengan pikiran rumitnya.

"Meong—!"

Seperti petir yang menyambar secara tiba-tiba, teriakan melengking Caramel mengagetkan ketiga orang tersebut, mereka menoleh dan mendapati Caramel menjilat kaki depannya yang berdarah dengan panik. Ada juga Lan yang berdiri dikedua kaki belakangnya didepan adiknya Lin dengan telinga naik tinggi dan suara cicitan tajam.

Sudah pasti siapa yang salah, Caramel pasti memasukkan kakinya kedalam kandang untuk menganggu kedua kelinci itu.

"hahahaha! Karma! Makanya jangan menganggu kelinci yang sedang makan, mereka memang lemah tapi kelinci juga bisa menggigit jika marah karena diganggu."

Hisa tertawa terbahak-bahak." aduh...kasian, kemarilah....aku akan mengobati kaki mu."

Toko itu kembali ke suasana cerianya, pembicaraan dimeja bundar seketika berhenti dengan paksa. Hisa meninggalkan kedua pria itu dan menuju kekamarnya dengan Caramel dipelukannya.

Caine menyesap tehnya, daritadi dia tidak menyela sebab dia tidak ada sangkut pautnya dengan pembicaraan ini kecuali membantu Hisa pergi ke rumah sakit ibunya.

Lelaki bermata hijau gelap itu melirik Lilac, bisa dibilang dia hanya bertemu dua kali dengan elf didepannya. Pertama kali di rumah sakit ibunya ketika dia berumur 15 tahun dan kedua kalinya disini pada saat ini.

Elf itu menyadari tatapan Caine, dia tersenyum pada manusia didepannya.

"dari mana asal mu? Apa kau kerabat Hisa? Kau tampak akrab dengannya....Hisa bahkan memanggilmu saudara, sepertinya kau sangat dekat dengannya," tanya Caine dengan nada datar.

Lilac melirik pintu toko, lalu menatap manusia didepannya. Mulut nya terbuka lalu dia berkata dengan suara dalam dan berat.

"Hanya seorang teman dari kampung halaman yang sama, ayahnya adalah teman ku saat kami masih remaja...lalu ayahnya menikah pada usia 153 tahun dan dia lahir."

Lilac sedikit berhenti pada ucapannya seolah tengah mengingat beberapa kenangan lama.

"hanya saja dia tidak suka memanggilku paman karena alasan tertentu yang konyol, jadi dia sering memanggilku saudara sampai sekarang walau aku lebih tua darinya hampir ratusan tahun. Yah...bagaimanapun dia anak yang cukup dimanjakan jadi sikapnya yang keras kepala dan egois agak mudah dimengerti." Elf itu menyesap tehnya lalu melanjutkan ucapannya.

"Tapi beberapa tahun ini aku jarang menemuinya saat aku sudah bertunangan, jadi aku sedikit kurang akrab dengannya." Lilac agak terkekeh saat memikirkan Hisa.

Caine berkedip, lalu dia mengangguk mengerti. Dia sudah bertemu Hisa ketika dia masih bersekolah di academy khusus pemurni pedang. Kalau diingat-ingat umurnya masih 16 tahun pada saat itu.

Hampir sekitar 19 tahun telah berlalu dan Hisa masih sama nakalnya saat dia pertama kali bertemu di kota ini.

"Dia baru-baru ini mencuri barang ku...aku tidak tahu mengapa tapi dia sangat suka mencari kesempatan yang menurutnya menguntungkan...yah walau tidak sering, tetap saja menjengkelkan."

Lilac hanya tertawa, sikap ini menandakan bahwa Hisa sangat memepercayai orang tersebut. Dia memang suka mencuri barang jika merasa dia telah membantu seseorang dengan tenaganya namun Hisa tidak akan mengambil barang yang menurutnya terlalu berharga bagi korban yang dia curi, dia hanya mencuri barang yang dia suka selepas itu dia masih berbaik hati membantu bahkan tanpa bayaran.

Hanya saja karena dia sangat dimanjakan, walau tidak naif tapi tingkahnya kadang bisa membuat orang marah dan menjauhinya. Karena sering kali Hisa menganggap sikapnya tidak salah dan dia selalu benar.

Dia sedikit kagum dengan Caine yang masih berani dekat dengan Hisa walau sudah menjadi korban pencurian berkali-kali.

Jika itu orang lain, setelah mengetahui bahwa pencurinya adalah orang terdekatnya yang sudah berteman bertahun-tahun. Kita tidak tahu apakah orang itu akan membunuhnya puluhan kali.

Hisa kembali dengan Caramel yang telah segar lagi, dia duduk sambil mengusap punggung gemuk kucing putih itu.

"apa yang kalian bicarakan...sepertinya asik sekali?"

Mata pemuda itu menyipit, dia mencoba mengintimidasi kedua pria didepannya dengan tatapan tajamnya.

"apakah kalian menjelekkan ku dibelakangku?"

Tapi Hisa diharuskan untuk kecewa karena kedua pria itu mengangguk secepat kilat tanpa ragu.

Kedua pria itu menjawab serentak.

"Ya!"

Hisa seketika mendecakkan lidahnya kesal.

Dia sudah tahu kelakuan mereka pasti begitu.

* * * *

Lilac memutuskan pulang setelah berbincang panjang dengan Hisa dan Caine serta mendapatkan barang yang dia inginkan lagi.

Pria tampan itu mengenakan jubah hitamnya, dia nampak elegan serta gagah saat memakainya.

Sebelum mengenakan tudung jubahnya Lilac berbalik, dia memberikan beberapa buah permen bulat oranye pada Hisa yang berdiri di depan tokonya.

"ini— permen citrus kesukaan mu. Cobalah untuk pulang, jika dokter di kota ini bahkan tidak bisa mengeluarkan semua sisa energi gelap itu, lebih baik kau pulang ke pulau Hanze...temui dokter tua kita, dia memiliki pengalaman ratusan tahun lebih dibidang medis dibanding dokter manusia. Dan juga, temui ayah mu...dia mungkin merindukan mu."

Setelah mengatakan itu lilac segera melangkah pergi dan meninggalkan bayangan panjang di langit sore.

Sepasang mata biru cerah berbinar, kelopak matanya berkedip. Lalu pemilik mata itu memamerkan permen murah yang dia sukai ke arah Caine.

"lihat! Permen citrus buatan Lilac! Hm...rasanya masih sama, wooo aku akan sangat mencintai Lilac!" ucapan berlebihan Hisa melayang di udara seperti sayap burung merpati putih yang terbang.

Caine seketika memutar matanya, pemuda manusia itu sedikit sakit telinga mendengar pujian serta ucapan cinta Hisa yang seperti menjiplak puisi jalanan.

Dia benar-benar merasa umur tua bukan masalah, karena bahkan Hisa bisa bertingkah tidak masuk akal hanya karena permen.

Dia berbalik dan membanting pintu dengan keras, meninggalkan Hisa sendirian di luar.

Elf itu mencibir sambil mengkulum salah satu permen. Dia mengomel.

"Kenapa sih?!"

1
Potato Brainless
semangat up Thor, mampir juga di Beyond the Abstract/Determined//Joyful/
Daisy
Empati kuat!
barbiquiu2011
Bahasanya halus banget!
Washi
Jalan ceritanya mantap!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!