"Jangan salahkan takdir, terkadang jodoh itu datang di waktu yang kita tidak pernah duga sama sekali. -Darren
-----------------------------------------------------------------------
Kini ia harus menerima perjodohan itu, Darren Baron Alexi anak kedua dari keluarga zafano. Apalagi saat ia tahu siapa perempuan yang akan menikah dengannya nanti....?
By: manikutami.
Aku tidak peduli, ada ataupun tidak yang membaca novelku.- by author.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Manikutami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 7
Setelah sepulang sekolah Anna menyapu halaman depan rumahnya sembari menyanyi dengan suara tak seindah yang ia bayangkan nya. Tanpa sadar seorang pemuda berdiri di hadapannya dengan secepat mungkin Anna menyadari akan hal itu langsung saja membelakanginya.
Ia menutup wajahnya malu, "duh malu banget, semoga aja dia gak denger suara aku." Batinnya dalam hati sesekali menutupi wajahnya.
Anna pun membalikkan badannya menghadap pada pria itu. pupil Anna membulat seketika mendapati siapa yang sekarang berada dirumahnya itu.
Bagaimana pria itu tahu jika dirinya tinggal di rumah ini?
Apa Darren sengaja mengikutinya sampai ke sini...? astaga!
lihatlah, wajahnya begitu datar tidak mengekspresikan apapun, sangat menyebalkan.
"Ngapain lo ke sini? " tanya Anna cukup basa basi.
"lah, gue seharusnya nanya sama lo. Ngapain lo di sini?" Darren balik nanya.
"Terserah gue lah, mau ngapain ini kan rumah gue..." jawab Anna santai.
"Oh." hanya oh doang. memang sungguh menyebalkan ya Darren.
Ia pun memutuskan untuk pergi begitu saja tanpa berbicara kembali.
Nafas Anna sudah naik turun dengan sikap Darren, rasanya ingin sekali ia memukul sesuatu benda agar mengenai kepala pria itu.
"Dasar ngeselin banget jadi cowok, " kesal Anna langsung saja masuk ke dalam rumahnya dengan kakinya ia hentakkan melampiaskan rasa kesalnya pada Darren.
langkah Anna seketika terhenti disaat berpapasan dengan Wahyu.
"Dia siapa kak? kok gak di ajak masuk, " ujar Wahyu yang memang tidak sengaja melihat kehadiran pria sepertinya diantara Anna dan pria tadi di lihat Wahyu mereka saling membenci.
"cuma orang ke sasar. Udahlah mending kamu mandi sana, kakak anter kamu latihan taekwondo takut ke buru sore nanti." Anna sedikit mengalihkan pembicaraan, malas menceritakan tentang Darren.
"ya udah, Wahyu mandi dulu." Wahyu langsung saja berlari kecil menuju kamarnya, mumpung kakaknya mau berbaik hati mengantarkannya latihan taekwondo untuk hari ini.
..........
Nenek Ayse tertawa mendengar cerita dari pak Hamid, langsung tersenyum senang jika cucunya saling mengenal dengan wanita yang akan di jodohkan dengannya.
"Tapi, aku masih belum yakin jika wanita itu mudah di percaya." gumam mama Delia, semakin sangat khawatir.
Zafano mengenggam erat tangan istrinya, lalu tersenyum untuk menyakinkan istrinya yang begitu masih tidak yakin.
"Tenanglah sayang, kamu yakin sama aku mereka bukan keluarga seperti yang kamu pikirkan." ujar papa Zafano menyakinkan membuat istrinya mengangguk.
"semoga ya pa, mungkin aku yang terlalu takut jika Darren akan menemukan pendamping yang tidak tepat." ujar mama Delia.
Flashback...
Brukk....
Suara tabrakan tanpa disengaja, motor yang menabraknya itu melaju begitu kencang ketika seorang gadis keluar dari rumahnya berlari membantu pria tua keserepet motor.
Sebelum pengendara motor itu pergi, ia tersenyum sinis.
"Kaki bapak berdarah, biar saya obati ya." ujar Anna membantu pria tua itu bangun.
"tidak usah nak, bapak tidak mau merepotkan mu nanti bapak beri obat dirumah saja." pak Hamid menolak bantuan Anna.
Anna menggeleng, "Tidak pak, sekarang bapak ikut saya ke dalam rumah nanti saya akan obati kaki bapak takutnya infeksi jika tidak di bersihkan." ujar Anna membuat pak Hamid menatap rumah Anna yang sangat sederhana. "Bapak tenang saja, kedua orang tua saya sedang tidak ada dirumah saya cuma sendirian dirumah." sementara adiknya belum pulang dari sekolah.
"baiklah, " putus pak Hamid.
Mereka pun memutuskan masuk ke dalam rumah sederhana itu, rasanya pak Hamid tidak sabar untuk segera memberikan kabar baik ini pada tuannya tentang kebaikan wanita yang akan dijodohkan dengan putranya.
"Anna bolehkah sampai kedua orang tua mu bapak berada di sini, karena bapak ingin berbicara sesuatu dengan orang tuamu." Anna hanya tersenyum.
"Terserah bapak, saya tidak keberatan." seketika senyuman Anna berubah menjadi kerutan di dahinya. "tadi bapak bilang panggil saya Anna, bapak tahu nama saya dari mana? bukankah saya belum memberitahukan nama saya." tanya Anna penasaran.
Pak Hamid seketika membeku, ia keceplosan berbicara. Apa yang harus ia katakan sekarang...?
•
Jangan lupa like jempolnya dan dukung terus karya aku sekian terima kasih banyak 💙❤️