Dunia tak bisa di tebak. Tidak ada yang tau isi alam semesta.
Layak kehidupan unik seorang gadis. Dia hanyalah insan biasa, dengan ekonomi di bawah standar, dan wajah yg manis.
Kendati suatu hari, kehidupan gadis itu mendadak berubah. Ketika dia menghirup udara di alam lain, dan masuk ke dunia yang tidak pernah terbayangkan.
Detik-detik nafasnya mendadak berbeda, menjalani kehidupan aneh, dalam jiwa yang tak pernah terbayangkan.
Celaka, di tengah hiruk pikuk rasa bingung, benih-benih cinta muncul pada kehadiran insan lain. Yakni pemeran utama dari kisah dalam novel.
Gadis itu bergelimpangan kebingungan, atas rasa suka yang tidak seharusnya. Memunculkan tindakan-tindakan yang meruncing seperti tokoh antagonis dalam novel.
Di tengah kekacauan, kebenaran lain ikut mencuak ke atas kenyataan. Yang merubah drastis nasib hidup sang gadis, dan nasib cintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M.L.I, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernahkan Sebuah Pakaian Tidak Jadi Dipakai Hanya Karena Kancing? [1]
✨AGAR MEMUDAHKAN MEMAHAMI ALUR, BACA
SETIAP TANGGAL, HARI, DAN WAKTU DENGAN
BAIK
✨PAHAMI POTONGAN-POTONGAN CERITA
✨BERTYPE ALUR CAMPURAN (MAJU DAN
MUNDUR)
^^^Jumat, 29 September 2023 (13.27)^^^
Olivia pergi membeli beberapa minuman di kantin, di sana cukup ramai, berisi siswa-siswi yang kelelahan habis lomba dan siswa lainnya mencakup hampir seluruh murid Sekolah Menengah Atas Jaya Pura.
Jam acara seperti sekarang memberi kebebasan kepada siswanya untuk datang ke kantin atau tempat lainnya, tanpa perlu batas waktu seperti di hari belajar biasanya. Hanya didapat setelah bel istirahat berbunyi. Jadi wajar saja hari ini terlihat lebih ramai dari hari-hari pada umumnya.
Banyak anak yang menjadikan masa ini sebagai kesempatan untuk saling bercengkrama dengan murid di kelas lain. Tangan Olivia mulai mengubak isi lemari pendingin, ada beberapa jenis rasa yang di susun. Tinggal dia pilih sesusai selera.
Olivia mengambil empat botol minuman dengan rasa yang berbeda-beda. Jelas di urutkan beradasarkan favorite dari keempat temannya, Gadis itu juga berfikir untuk menjengguk Natha di Unit Kesehatan Sekolah setelah ini.
Jiwanya terlalu asik, menelaah dengan seksama, baru mengapai satu botol minuman rasa jeruk, sampai tiba-tiba di kejutkan dengan kemunculan seseorang dari balik pintu pendingin yang bening.
Tersentak Olivia langsung melepas botol tersebut ke lantai, untung tidak membuat pecah cangkang minuman yang terbuat dari plastik. Olivia dan orang yang menjadi pelaku langsung mengambil secara bersamaan.
Sehingga mereka akhirnya saling memandang satu sama lain. Keduanya segera bangun setelah benda yang hendak di raih sudah di tangan Baron.
“ Ini rasa kesukaan lu? “ Seseorang itu adalah Baron, dia menyodorkan minuman yang di ambil ke arah Olivia. Terlihat wajah Baron yang tersenyum ramah mengapai ekspresi Olivia di depan.
Ragu-ragu Olivia mengambilnya. “ Ma-makasih. “
Dia cepat berbalik untuk segera membayar minuman yang telah dia ambil, terlihat tidak mau berinteraksi lebih dengan orang yang berada di sebelahnya itu.
Olivia ingat betul wajah Baron yang berada di dekat lapangan waktu lalu, saat laki-laki itu yang memandangi Natha dengan tajam. Diparahkan kejadian di mana Natha dan dirinya hampir di timpa pot bunga dari lantai atas, bersama kemunculan laki-laki itu lagi yang menggunakan jaket yang sama pada koridor atas.
Wajar insting Olivia sekarang mengatakan jika Baron bukanlah orang yang baik, dia sangat takut bisa bertemu dengan laki-laki itu lagi di kantin, entah berfikir apa yang laki-laki itu ingin perbuat pada dirinya hari ini.
“ Olivia! Gu-gue mau ngomong sesuatu. “ Baron berjalan cepat membuntuti langkah Olivia, dia mencoba menatap gadis itu agar sang orang yang di tuju mau berbalik memandanginya.
Tapi Olivia terlihat sangat tidak merespon, dia mencoba untuk tidak memperdulikan, tapi usahan Baron terlalu gigih. Olivia akhirnya terpojok usai di hadang Baron, yang cekatan melangkah lebih dahulu melihat raga Olivia yang mencoba pergi meninggalkannya.
“ Ka-kalau mau ngomong. Ngomong aja... “ Olivia berbicara takut, tangannya gemetar memegang botol. Tidak sama sekali menoleh menatap wajah Baron. Sampai hanya terpikirkan untuk membeli satu minuman saja.
Baron tersenyum mendengar perkataan Olivia. Inilah ide yang lelaki itu dapatkan ketika melihat Olivia sedih dengan memandangi kejadian antara Aslan dan Natha di lapangan tadi.
Pikirnya sedikit banyak dia punya kesempatan untuk mendapatkan Olivia dengan menyatakan perasaannya kepada Olivia sekarang, karena gadis itu pasti sudah kesal dengan kelakuan Aslan dan merasa terluka.
Jika mengharapkan taruhan, maka melihat semua usaha yang Aslan lakukan, sudah jelas dia tidak akan berhasil. Jadi Baron mencoba memanfaatkan kesempatan ini, untuk meraup hati Olivia.
Berfikir gadis itu mau berpindah hati, setelah rasa kecewanya atas tindakan Aslan barusan dalam hamparan lapangan tadi.
“ Gue… suka sama lu Olivia. “ Iefan mengatakan terang-terangan di hadapan Olivia.
Tapi cukup takut-takut serta ragu. Berusaha berbicara walau dalam okta nada yang standar, tidak terlalu tinggi seperti teriak, tapi tidak terlalu samar sampai tak terdengar.
Olivia sempat kaget, tapi anak mata gadis itu yang melihat keberadaan Sekar di belakang membuat dia syok. Ingatan tentang kejadian kemarin kembali melintas dan menguasai pikiran Olivia saat itu.
Dia panik, tiba-tiba menjadi histeris, ketakutannya bercampur antara Baron dan Sekar. Menjatuhkan minuman yang Olivia pegang begitu saja menghatam lantai, kali ini botol itu sungguh pecah usai di benturkan untuk kesekian kalinya.
Tumpah ruah mengotori permukaan porselen putih kantin, sekaligus mengejutkan beberapa insan yang ada di sekitaran sana.
“ Hakkk!!! Ngga! Jangan! Pliss, jangan!!!!! Aku takut!!!! “ Olivia terduduk memegangi kedua telinganya.
Dia menanggis sambil berteriak dengan histeris. Baron terkejut waktu itu, sekilas melirik arah pandangan Olivia yang menuju ke Sekar, membuat mata Baron ikut kesal dan menatap tajam ke arah Sekar yang berada dari posisi cukup jauh.
Dia juga masih ingat kejadian hari lalu, saat gadis itu hampir mencelakai Olivia dengan pisau. Karena Baron juga datang pada kejadian di tengah gedung waktu lalu, antara Sekar dan Olivia.
Sekar yang menjadi tokoh pandangan utama kebingungan, matanya bolak-balik melihat ekspresi siswa di sekeliling kantin yang menusuk ke arah dia, mereka tahu Olivia sedang ketakutan melihat orang yang hendak mencelakai dia dengan pisau.
Berita tersebut tentu terdengar sampai ke beberapa telinga, terlebih orang yang menjadi korban adalah Aslan, pria primadona semua siswi di sekolah.
Wajar saja alasan Aslan terluka akan mudah tersebar satu gedung besar, bahkan mencakup sebagian pria yang ikut menjadi penasaran terhadap topik terbaru.
Sekar mulai terdiam takut, mengenggam erat sebuah kertas berwarna merah muda, terlihat bibir Sekar yang pucat sedari datang mengatup bingung.
Dia ikut takut atas bidikan pasang mata semua orang, yang seolah terpanah bertubi-tubi pada raga kosongnya.
Padahal niatan gadis itu hanya hendak membeli beberapa minuman, di kawankan dengan kedua temannya, untuk dia berikan kepada Aslan bersama surat yang gadis itu pegang sekarang.
Sekar berfikir untuk menyampaikan permintaan maaf atas luka di tangan Aslan, sekaligus ingin memberika surat yang dari dulu ingin diberikan.
Tapi siapa sangka akan bertemu dengan Olivia lebih dahulu, korban amarah Sekar waktu itu, terlihat beberapa kali Sekar menoleh ke arah kedua temannya dengan mata yang memerah penuh rasa takut.
Dan ingin berkata jika dia tidak bersalah, dan berharap kedua temannya juga tidak menyalahkan dirinya, seperti pandangan semua insan di kawasan kantin ini.
^^^Jumat, 29 September 2023 (13.30)^^^
Aslan selesai melakukan pengobatan di kaki Natha, pergelangan gadis itu berbalut perban dan obat dengan sempurna. Tampak lebih propesional di bandingkan pengobatan yang Natha berikan kepada Aslan di malam itu.
Aslan hendak memasangkan kembali sepatu Natha. Tapi malah terhenti sejenak melihat usang dan celah yang ada di sisi sepatu gadis tersebut. Iefan juga masuk setelah di rasa percakapan kedua insan di dalam, sudah tidak ada yang mencurigakan lagi.
“ Iya jelek. Jangan liat-liat lu. Gue tau sepatu gue itu wangi. “ Natha merebut sepatunya dari tangan Aslan, hendak memakai benda itu dengan sendiri. Tahu kalau Aslan terdiam memandangi alas kaki miliknya.
Aslan menghela sejenak, bukannya marah, tapi dia memilih lanjut memunguti beberapa peralatan yang belum selesai di rapikan.
“ Nanti bawa ke dokter lagi buat di periksa. Meskipun udah gue kasi obat, tapi tetep harus di rawat dan di obatin sama dokter. “ Laki-laki itu bersuara kepada Natha tanpa memandangi.
“ Lah masih perlu di bawa ke dokter? Kalau gitu ngapain lu obatin kalau nantinya masih perlu di bawa ke dokter. “ Natha kaget mendengar tuturan Aslan. “ Males! “Dia menjawab kesal, asik mengikat tali sapatunya yang telah usang.
“ Lu- “
“ Sama gue aja. “ Iefan menyela, memotong pembicaraan Aslan yang hendak mengomel atas sahutan santai dari Natha.
Mencipatakan pandangan dua insan tersebut lekas menoleh pada sang pemilik suara, mereka cukup kaget dengan kedatangan Iefan.
Bahkan gadis itu sampai reflek mendongak cepat ke atas, dengan tangan yang masih menyangkut di kakinya. Wajah Iefan tampak terbalik dari kepala Natha yang di bawah.
“ Gue punya dokter tulang yang bagus buat ngerawat cedera. Lagian gue juga udah ngobatin kaki gue yang cedera dari pertandingan kemarin dengan dia dan ke sana tiap hari. Lu bisa nebeng kalau mau. “ Iefan mencoba menawarkan.
Memang bermaksud untuk membantu Natha tapi juga mengambil kesempatan untuk bertanya lebih jauh tentang Baron kepada gadis tersebut nantinya.
“ Wah-wah, bisa bayar dua kali lipat gue. “ Natha akhirnya selesai. Dia geleng-geleng menolak tawaran Iefan. Mencoba tidak menerima tapi sambil bercanda.
Iefan yang mendengar berubah menatap balik Natha dengan tajam, dia juga berpura-pura seolah tidak mendengar hal apapun sebelum ini, jadi kembali seperti biasa di mana dirinya yang sering berkelahi dengan Natha.
Gadis itu membidik matanya lurus dalam bola penglihatan Iefan seakan tidak percaya dengan penawaran laki-laki itu, sementara Iefan yang melihat juga balas menekan dalam pandangan, terlihat kesal karena niat baiknya tidak di percayai. Mereka seperti sedang saling adu mulut lewat tatapan satu sama lain.
“ Gue udah berniat baik buat bantu lu… “ Seakan ada sinar leser dari mata Iefan. Yang mengarah untuk menyerang ke sisi Natha.
“ Ngga percaya, lu pasti mau ngerjain gue, biar nantinya gue bayar dua kali lipat sama lu. “ Gadis itu membalas, tampak seperti menyerang balik. Mengeluarkan sinar leser kuat yang sama, turut mengarah ke mata Iefan dengan tajam.
Sementara Aslan seakan jadi korban yang dileser di tengah-tengah. Dia secara sial berada di antara kedua manusia yang tak pernah akur tersebut.
“ Stop! “ Aslan menutup wajah Iefan dan Natha dengan kedua tangannya, memang telapak tangan laki-laki itu yang lebar mampu menutupi wajah Natha bulat sepenuhnya. “ Udah lu berdua berantem mulu! Biar adil lu berdua gue obatin ke RSJ sekarang juga. “
“ Ogah! “ “ Najis! “ Keduanya malah kompak menyahut Aslan. Natha menepis tangan Aslan dengan kesal, juga Iefan yang seoalah meludah kosong untuk membuat Aslan menarik tangannya dari wajah dia.
Kini giliran Aslan yang kesal dengan kedua bocah di sebelahnya, dia menendang kaki Iefan yang cedera, lalu menjitak kepala Natha seperti menghukum kedua anak yang nakal.
Kedua-duanya juga langsung ingin memprotes, mereka kesakitan dan tidak terima. Tapi bungkam waktu menatap wajah Aslan yang dingin dan tajam ke arah keduanya. Terlihat seolah ada aura horror yang gelap, berkobar-kobar dari sinisan pandangan tajam netra datar Aslan.
“ O-ya Olivia mana? “ Aslan buka suara tiba-tiba. Dia heran tidak melihat keberadaan Olivia sejak tadi. Dia pikir Olivia akan bersama dengan Iefan, setelah lelaki itu mengejarnya yang terlihat kecewa.
Iefan masih menaruh wajah kesal kepada Natha. Kedua tangannya di lipat marah. “ Dia beli minuman di kantin! Katanya mau nyusul! “
Laki-laki itu menyahut ketus, masih sesekali melirik Natha dengan tajam. Namun seperkian detik baru teringat, menyadari kejanggalan kedatangan Olivia yang begitu lama dan tak kunjung muncul.
“ Tapi kok selama ini? “ Lanjut Iefan yang bertanya kepada dirinya sendiri dengan heran.
Gubrakk!!!!
Pintu depan Unit Kesehatan Sekolah yang tidak terlalu di tutup, membuat salah seorang siswa di sana menabraknya. Tampaknya siswa itu terlalu berkeinginan cepat untuk pergi, hingga tidak memperhatikan keadaan pintu di depannya.
Natha dan Aslan sempat saling memandang kala Iefan mengatakan keanehan tentang kedatangan Olivia yang sangat lama. Mereka khawatir, sampai suara gaduh pintu yang di tabrak menarik perhatian ketiganya untuk keluar.
Bersamaan mereka langsung berjalan ke depan, mencari sumber suara, sampai menemukan seorang siswa yang tengah kesakitan dengan beberapa barang-barannya yang terjatuh di lantai.
Di leher siswa itu ada sebuah camera, tampaknya dia merupakan salah satu anak dari organisasi sekolah yang mengurus mengenai berita dan informasi tentang sekolah.
Bisa di katakana juga sebagai wartawan yang mencari berita, namun dalam lingkup gedung Sekolah Menengah Atas Jaya Pura. Natha membantu mengambil beberapa barang-barang milik pria itu yang terjatuh, meski tertatih-tatih, di sela dia dan siswa itu sempat saling pandang.
Memberi keterkejutan di wajah siswa tersebut yang melihat keberadaan Natha, sekilas dia juga melihat kaki Natha yang sudah di perban.
Reflek langsung menoleh naik melihat keberadaan Iefan dan Aslan yang berbuntut keluar dari Unit Kesehatan Sekolah secara bersamaan pada sisi belakang.
Jadi bisa disimpulkan jika mereka bertiga memang berada di ruangan tersebut bersama tadi, mungkin untuk membantu mengobati kaki Natha. Alis Natha mengekerutkan melihat foto dia dan Aslan yang bercecer beberapa lembar.
Dengan terpincang-pincang Natha memunguti dan melihat. Sampai siswa itu buru-buru merebut dari Natha dengan raut panik, sebelum tertangkap jelas oleh orangnnya langsung.
Aslan juga ikut membantu mengambil beberapa barang-barang lainnya milik siswa itu. Di terima dengan ragu oleh manusia yang berjenis kelamin laki-laki tersebut.
Tampak ada name tag tulisan Gentala pada satu kata tertempel di dataran kotak persegi panjang kecil dalam saku kanan laki-laki tersebut. “ Makasih. “ Siswa itu ragu-ragu bicara, menatap sekilas wajah Aslan, tidak berani menoleh ke mata laki-laki itu.
“ Loh, ni orang-orang kenapa pada lari-larian. Kaya mau rebutan sembako aja. “ Iefan heran melihat siswa-siswi yang berlarian depan Unit Kesehatan Sekolah.
Natha dan Aslan juga mulai menyadari hal tersebut, mereka mulai memerhatikan sekelilingnya. Memang benar hampir semua murid di sana terlihat antusia berlari ke satu arah yang sama.
“ Ka-kalian ngga tau? “ Gentala ragu-ragu bersuara di belakang. Dia berbicara di balik tubuh Aslan dan Iefan. Terlihat mengenggam kamera yang tergantung di leher dia sejak tadi.
“ Tau apa? “ Aslan bertanya dengan cepat. Kerutan bertaut di kening laki-laki itu.
Natha sekilas melihat curiga gerak tangan laki-laki tersebut. Tapi dia memilih untuk lebih mendengar jawaban Gentala sekarang.
“ O-Olivia histeris di kantin. “ Suara Gentala pelan, tapi masih jelas di dengar oleh ketiga insan di sana. Dia merasa sangat takut dengan kedua laki-laki tersebut.
Mereka bertiga pun sontak terkejut, cepat kedua lelaki itu hendak pergi untuk menyusul Olivia di kantin, tapi bersamaan mereka mengulurkan tangan untuk mengajak Natha pergi bersama-sama.
Natha menolak hal itu, dia malah menyuruh keduanya cepat mendatangi Olivia, biar Natha yang akan menyusul dengan sendirinya. Karena membawa tubuh Natha yang tengah cedera sekarang hanya akan menyulitkan posisi lari.
Mereka berdua juga tak punya pilihan lain, akhirnya memilih pergi menyusul Olivia dengan cepat. Fenomena itu di lihat oleh siswa yang menjadi wartawan, dia memotret dengan diam-diam. Tanpa di sadari Natha, atau Aslan maupun Iefan di depan.
...~Bersambung~...
✨MOHON SARAN DAN KOMENNYA YA
✨SATU MASUKAN DARI KAMU ADALAH SEJUTA
ILMU BAGI AKU