Ini kisah yang terinspirasi dari kisah nyata seseorang, namun di kemas dalam versi yang berbeda sesuai pandangan author dan ada tambahan dari cerita yang lain.
Tentang Seorang Mutia ibu empat anak yang begitu totalitas dalam menjadi istri sekaligus orangtua.
Namun ternyata sikap itu saja tidak cukup untuk mempertahankan kesetiaan suaminya setelah puluhan tahun merangkai rumah tangga.
Kering sudah air mata Mutia, untuk yang kesekian kalinya, pengorbanan, keikhlasan, ketulusan yang luar biasa besarnya tak terbalas justru berakhir penghianatan.
Akan kah cinta suci itu Ada untuk Mutia??? Akankah bahagia bisa kembali dia genggam???
Bisakah rumah tangga berikutnya menuai kebahagiaan???
yuk simak cerita lebih lengkapnya.
Tentang akhir ceritanya adalah harapan Author pribadi ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Kiara
Pagi yang sejuk di pendopo sebelah rumah nampak Mutia tengah melihat para pekerja di kebunnya tengah bekerja membersihkan rumput dan memanen beberapa buah dan sayur yang sudah siap di panen.
Sementara di selatan rumahnya nampak bunga-bunga di kebun bunganya bermekaran berwarna warni nampak segar di pandang matanya.
Anak-anak baru senang-senangnya belajar merawat bunga, mereka mengambil daun-daun yang kuning dan memetik beberapa bunga untuk mereka rangkai, sementara Intan tengah membantu Mbak Lisa karyawan kebun bunganya memetik mawar karena hari ini ada banyak pesanan bunga untuk hantaran pernikahan.
Kean sendiri sedang sibuk memberi makan ikan koi di dekat Pendopo sembari mengawasi Mutia yang tengah bekerja membaca laporan-laporan selama dirinya sakit.
Tiba-tiba Mutia dikejutkan oleh mobil yang masuk kedalam pekarangannya, Mobilnya sih mobil milik Haris suaminya namun setelah pintu mobil terbuka dan tertutup dengan di banting terdengar suara cempreng seorang perempuan dari kejauhan memangil dirinya dengan teriakannya.
"Mbak Mutia....!!!!" Teriak gadis itu yang ternyata adalah Kiara madunya alias istri siri suaminya.
Kiara memakai rok selutut dengan baju atasan yang membentuk tubuhnya sehingga perut buncitnya yang sedikit itu tercetak di sana, dadanya pun membentuk dari pakaiannya.
Mutia hanya tersenyum dari kejauhan saat melihat Madunya itu berteriak dari kejauhan nampak seperti sedang marah terhadapnya, Aneh saja Mutia tidak pernah mengusik kehidupan perempuan itu tapi berani sekali justru mengusik dirinya di kediamannya.
Kiara mendatangi Mutia yang tengah duduk dengan santainya menunggu kedatangan Kiara ke arahnya yang tengah setengah berlari menggunakan hak tingginya, apa tidak takut terpleset batin Mutia di tempatnya.
"Mbak Mutia...!!!" Sentak Kiara setelah tiba di depan Mutia dengan nafas yang naik turun dan wajah merah karena lelah berjalan ke arahnya juga karena sedang marah.
Mutia hanya membisu sambil menunggu Kiara berkata dan mengutarakan niat kedatangannya ke kediamannya ini. Kiara semakin kesal melihat Mutia yang masih santai di tempatnya tanpa menanggapi kehadirannya yang tengah marah ini.
"Mbak Mutia apa tuli hah...???" Sentak Kiara semakin kesal.
Kean yang mendengar teriakan itu pun langsung berlari kearah bundanya dengan amarah yang membara, apa lagi orang yang di depan bundanya ini dia yakini adalah perempuan yang telah merusak kebahagiaan keluarganya.
Mutia merangkul Kean dan mengecup ubun-ubun Kean agar tidak jadi marah, namun tangan Kean sudah terlanjur mengepal ingin marah juga terhadap orang yang sudah berkata kasar ke Bundanya.
"Kean Sayang tolong ikut kakak dulu ya..."Kata Mutia tidak ingin pertengkaran antara orang dewasa di dengar oleh anak bungsunya.
"Tidak Bun... Kean Mau disini aja..." Kata Kean kekeh menghawatirkan Bundanya.
Namun Intan datang dan mengajak Kean pergi dari sana untuk di ajak masuk ke rumah beserta adik-adiknya. " Kak... Nanti kalau bunda di apa-apakan sama perempuan itu gimana? " Protes Kean pada Intan.
"Udah tenang aja, Bunda itu wanita yang hebat, tentu Bunda tidak akan diam saja..." Kata Zia yang di setujui Zea.
"Udah Kalian masuk biar kakak yang jaga Bunda..." Kata Intan lalu kembali keluar untuk menemani Bundanya.
***
Di pendopo.
"Mbak Mutia itu udah mempengaruhi apa ke Mas Haris???" Teriak Kiara masih marah.
Mutia tersenyum lalu berkata, "Apa tidak lelah berdiri sambil marah-marah seperti itu Kiara... Silahkan duduk..."Kata Mutia masih bersikap tenang.
" Mas Haris berubah terhadapku sekarang, itu pasti karena hasutan Mbak Mutia kan???" Cecar Kiara lagi masih tidak mau duduk.
Mutia tersenyum lalu berkata. "Untuk apa saya menghasut Mas Haris, Kenapa kamu bisa menuduh saya??" Tanya Mutia balik.
"Mas Haris akhir-akhir ini dingin dan mendiamkan ku pasti itu karena ulah Mbak Mutia yang ingin merebut perhatian Mas Haris terhadapku!! Iyakan???" Kata Kiara semakin marah.
Mutia tergelak, bisa-bisanya dirinya yang di tuduh merebut suaminya sendiri. " Kiara... Kiara... Sepertinya kamu itu tidak sadar sedang berdiri di posisi apa? Asal kamu tahu jika kamu lupa... Saya Ini istri pertama Mas Haris dan istri sahnya, sementara kamu, hanya istri siri... Atau bisa di bilang simpanan... Kalimat merebut perhatian Mas Haris itu justru harusnya Aku yang bilang bukan kamu..." Kata Mutia dengan tenang dan dalam.
Kiara tersinggung bukannya makin sadar diri. "Tapi Mas Haris suami ku juga, harusnya dia bersikap baik ke aku..." Kata Kiara.
"Aku sudah tidak peduli lagi dengan Mas Haris, jadi kalau kamu mau protes, silahkan protes saja ke dia... Kalau meninggalkan aku yang begitu setia dan tulus padahal sudah mendampinginya bertahun-tahun juga sudah memberikan anak yang begitu banyak bisa dia lakukan, Lalu apa tidak akan mudah baginya meninggalkan dirimu yang masih banyak jenisnya di luar sana???" Kata Mutia tajam membuat Kiara membisu seperti di tampar dengan kata-kata yang tajam dan menyakitkan.
"Apa Kamu pikir di luar tidak banyak orang sejenis dengan mu?? Apa tidak mungkin Mas Haris tergoda untuk yang kesekian kalinya???" Tanya Mutia semakin membuat Kiara meradang.
Kiara mengepalkan tanganya dengan kuat matanya merah menahan amarah juga tangisan yang akan meluap secara bersamaan.
"Apa Maksud Mbk Mutia mengatakan orang sejenis denganku?? Hah?? Apa mau mu?? Kamu mau bilang aku wanita murahan iya???" Marah Kiara sampai ke ubun-ubun.
"Aku tidak mengatakannya, kapan aku mengatakannya?? Tapi jika kamu sadar bagus lah ... Karena wanita yang baik itu tidak akan merebut suami orang! Dan tidak akan rela merusak rumah tangga orang lain...!" Tegas Mutia lalu ingin berdiri meninggalkan Kiara yang masih marah.
Kiara geram lalu menghadang Mutia yang hendak melangkah pergi tepat di depan Mutia. "Urusan Kita belum selesai..." Kata Kiara parau.
"Kita sudah selesai, Aku akan menggugat cerai Mas Haris... Tentang sikap Mas Haris yang berubah baiknya kamu berkaca pada dirimu sendiri, apa yang tidak ada pada dirimu sehingga Mas Haris mulai bosan padamu... Kalau aku aku sudah berkaca, Aku tidak seseksi dirimu dan semuda dirimu, makanya Mas Haris meninggalkan aku... Tapi aku tekankan padamu jika seksi dan muda itu akan berlalu pergi meninggalkan manusia, karena Aku sudah pernah merasakan seperti dirimu saat ini... Jadi bersiaplah dan berkaca..." Mutia berlalu meninggalkan Kiara yang beku termenung dengan semua kata-kata Mutia barusan.
Kiara nampak ketakutan jika apa yang di ucapkan Mutia semua itu akan menjadi kenyataan pada dirinya, Karena sebenarnya Mutia adalah wanita yang amat cantik juga putih, hampir sama dengan dirinya hanya bedanya dirinya berpakaian terbuka dan Mutia berpakaian tertutup. Kiara takut Haris meninggalkan dirinya seperti Haris meninggalkan Mutia demi dirinya, Kiara takut anak dalam kandungannya di tinggalkan Ayahnya seperti anak-anak Mutia yang di tinggalkan Ayahnya.
****
Alhamdulillah senang bngttt
Semoga ada ke ajaiban dan Arsya bisa selamat