Kehidupan Nazela begitu terasa sesak. Iya,dia bisa menajali hidup sesuai keinginan nya namun,tak ada hari tanpa berdebat dengan sang mamah yang ingin anaknya menjadi dokter. Keputusan Nazela menjadi seniman membuat sang mamah murka setiap harinya,hingga membuat Nazela sesak setiap kali melihat mamahnya.
Namun kehidupannya mulai berubah ketika sang sahabat mengenal kan nya pada Islam. Nazela memang seorang muslim namun ia cukup jauh dari kata taat karna background keluarga nya. Pola pandang Nazela mulai berubah ketika Sabrina mengenalkan nya pada tempat bernama pesantren. Ia mulai belajar mengenal Islam lebih dalam hingga ia merasa nyaman dengan hijab dan baju baju panjang yang tak membentuk lekuk tubuh nya. Ia akhirnya ia harus menghadapi berbagi macam ujian hidup termasuk ujian percintaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ell lestari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menahan Rasa
Dengan gayanya yang santai, Nazela menyusuri koridor kampus dengan suasana hatinya yang sedang baik baik saja, ia melewati orang orang disekitarnya. Mungkin karena ia sedang menikmati musik yang di dengar nya, ia terdengar sedikit bersenandung mengikuti irama musik yang berasal dari earphone hitam yang bersembunyi di lubang telinga nya. Sambil membawa drafting tube bahu kanan nya, Nazela masuk kedalam ruang lukis untuk mengisi waktu kosong sebelum bimbingan di mulai, dengan melanjutkan lukisan yang sudah ia buat sebelum nya.
Tangannya yang begitu lihai menggerak kan kuas, terlihat begitu mudah membuat satu coretan warna di atasnya. Mulutnya yang asyik bernyanyi, menemani Nazela yang ternyata seorang diri di dalam sana. Dari balik earphone nya, tiba tiba musik nya berhenti, berganti menjadi dering telepon hp nya.
"Ya halo?"
Tanya Nazela tatkala sambungan telepon nya terdengar suara dari orang yang menghubungi nya.
"Kamu ning endi tok Zel?"
Tanya balik seseorang itu yang ternyata adalah Sabrina, dengan dialek nya yang khas namun tetap terdengar lembut, membuat Nazela langsung mengetahui nya tanpa harus melihat identitas pada layar handphone nya.
"Gue lagi di ruang lukis, kenapa?"
Walau sambil mengobrol dari earphone nya, kefokusan Nazela pada lukisan tak teralihkan.
"Nanti kalo kamu nek berangkat ke resto aku anter yok?"
"Gak usah lah!! mau ngapain juga?"
"Ihhhhh, aku iku sekalian nek ke toko buku sebrang resto iku loh. Kan kemaren dah aku bilang nek ke toko buku, yok?"
"Ya udah terserah lo!!"
"Tapi kamu melu aku masuk ke toko buku e, yok?"
"Hemmmmm"
"Ok, Assalamualaikum"
"Waalaikumussalam"
Jawab Nazela singkat, dan langsung memutar lagunya kembali dengan pandangan yang begitu tajam menatap kertas putih yang sudah tercoret warna membentuk keindahannya.
*****
''Tok,tok,tok!!!!''
Nazela mengetuk pintu sebuah ruangan dengan sopan.
''Permisi pak''
''Yak masuk!!!''
Terdengar sahutan dari dalam ruangan. Dengan langkah panjangnya, Nazela mendekati meja yang terlihat Malik di sana sedang menunggunya.
''Maaf pak, bapak nunggu lama ya?''
''Enggak, ini tepat jam 10, mau di mulai sekarang bimbingan nya?''
''Iya pak''
Di dalam ruangan Malik yang terlihat banyak rak buku di dalamnya itu, di tempati lima meja dosen lainnya, namun saat itu hanya mereka berdua di sana. Dengan membawa berkas skripsi dan laptopnya, Nazela sangat bertekad untuk menyelesaikan tahapan skripsinya. Dengan fokus ia begitu menyimak apa yang Malik jelaskan.
Dentuman jarum jam terdengar cepat, tak terasa sesi bimbingan mereka yang begitu serius sudah memakan waktu satu jam. Malik yang masih memiliki satu jam waktu kosong nya lagi, ia gunakan untuk banyak mengobrol dan bertukar sudut pandang dengan Nazela. Nazela yang selalu berpikir logis dan berpengetahuan luas membuat Malik merasa nyaman berbincang dengan Nazela, hingga sesekali Malik memandangi wajah Nazela begitu dalam.
''Ok, jadi kesibukan kamu selain kerja di restorannya Afkar, apa lagi?''
''Saya ngajar kelas bahasa Inggris gitu pak, tapi secara online''
''Oh ya? hebat dong''
Puji Malik dengan raut kekagumannya.
''Ya itu pun, karena saya bantu Sabrina''
''Sabrina?''
''Iya, jadi Sabrina itu punya beberapa murid online nya yang mau belajar bahasa. Mungkin sekitar 50 orang, tapi karena Sabrina ngajar tiga bahasa jadi yang jadwal bahasa Inggris nya saya yang ngajar''
''Oh ya? jadi Sabrina bisa tiga bahasa?''
Tanya Malik tak percaya
''Mungkin lima kali ya pak, walau pun ya.... dialek daerah nya kental banget, tapi Sabrina bisa ngelakuin itu''
Ujar Nazela memuji sahabat nya itu
''Lima? apa aja?''
''Sabrina itu bisa bahasa Arab, Inggris, Jepang, Spanyol, dan Korea''
''Waw, kaya nya saya harus belajar banyak bahasa dari dia, biar bisa ke banyak negara dengan tenang''
Ujar Malik masih tak menyangka, hingga Nazela ikut tertawa karena ekspresi kaget Malik.
''Oh iya Zel, kalo saya boleh tahu, setelah lulus kamu mau kemana? kamu gak mungkin dong diam di Malang, dengan potensi besar yang kamu miliki?''
Tanya Malik dan membuat suasana kembali serius.
''Iya sih pak, saya juga punya cita cita bisa lanjut S2 di University of the Arts London, sekalian mau ngajar arts juga di salah satu elementary school di sana''
''Bagus loh cita cita kamu, saya yakin kamu bisa"
''Semoga ya pak, saya juga lagi berusaha untuk cari beasiswa. Mungkin kalo di London gak bisa, di Melbourne kali ya pak. Tapi ya, namanya kehidupan kadang prosesnya gak sesuai sama kehendak allah''
''Yah, yang penting kamu udah berikhtiar, tinggal kamu bertawakal sama Allah''
Ucap Malik begitu lembut dan terdengar masuk ke dalam hati, membuat Nazela mengangguk dengan senyuman manis nya.
''Ngomong ngomong kamu bawa lukisan?''
Tanya Malik ketika melihat drafting tube yang ada di belakang Nazela sedai tadi.
''Iya pak, saya lagi mau coba menjual beberapa karya lukisan saya''
''Coba kamu tanya Afkar, biar kalo ada jadwal pameran kamu bisa ikut"
''Tapi kan Afkar di bidang fotografi pak?''
''Dia itu lumayan tahu tentang seni lukis, Afkar juga jago buat kaligrafi"
''Oh ya? Tapi kalo saya minta bantuan pak Malik gimana?''
''Saya juga bisa bantu kamu, tapi saya takut lupa, karena takut ketutup sama jadwal ngajar dan bimbingan saya. Kalo sama Afkar kan, dia biasa terjun langsung kalo ada pameran''
''Ok pak, nanti saya coba tanya dia di resto. kalo gitu makasih banyak ya pak, maaf saya banyak ngambil waktu bapak''
''Oh gak papa, justru saya seneng kalo kamu bisa nyaman ngobrol sama saya''
''Kalo gitu saya permisi pak, Assalamualaikum''
''Waalaikumussalam''
Malik mengangguk anggukan kepalanya sambil tersenyum melihat langkah Nazela yang semakin menjauh. Dari tatapan Malik yang dalam memandangi Nazela, ia terlihat memiliki sesuatu yang ingin dia lakukan.
*****
''Assalamualaikum pak''
Sapa Afkar pada pedagang paruh baya yang masih menunggu pelanggannya meski hari sudah terlihat lebih tenang dari pagi tadi.
''Waalaikumussalam. Oalah mas Afkar toh? tumben mas, biasane pegawai nya yang suruh ambil''
Sambut sang pedagang dengan antusiasnya
''Enggih pak, mumpung sekalian nek ke resto''
''Punten yo mas, tinggal sekilo. Soale mas Afkar telat bilangnya, jadi dah tak jual ke orang lain. Iki aja tadi pagi nek di bayarin ibu ibu dua kali lipat, tapi ndak saya kasih''
Jelas sang pedagang sambil memberikan bungkusan buah Naga di dalamnya.
''Terus ibu ibu e piye pak?''
''Jadi nya pesen buat besok, katanya buat anak e, anak e suka banget sama buah Naga''
''Yo wis pak, aku juga besok nek pesen lima kilo yok?''
''Oh enggih mas Afkar''
''Kalo gitu ini uangnya, saya pamit yo pak, Assalamualaikum"
''Waalaikumussalam, matur suwon mas''
Sambil menerima uang yang Afkar berikan, tak ada hentinya sang pedagang tersenyum kagum pada Afkar, bahkan sampai Afkar menghilang di ujung jalan pasar.
''Lo gak mau mampir dulu Sab?''
Tanya Nazela pada Sabrina yang berada di dalam mobil, setelah mengantarnya ke depan restoran.
''Ndak, aku ono jadwal class online''
''Yaudah gue masuk yah''
''Bentar Zel!!''
Tukas Sabrina menghentikan Nazela yang hampir menaiki tangga restoran.
''Kenapa?''
Tanya Nazela sambil memasuk kan kepalanya ke dalam kaca mobil Sabrina yang terbuka.
''Iki, tadi aku sengojo beli buku iki buat kamu''
Jawab Sabrina sambil memberikan buku dengan cover berwarna biru putih itu.
''Buat gue?''
Tanya Nazela bingung sambil meraih buku yang Sabrina berikan
''Iyo, yo wis aku pulang yo. Assalamualaikum''
''Waalaikumussalam, thanks Sab!!''
Nazela bejalan masuk menuju restoran sambil melihat lihat tiap sisi buku yang Sabrina berikan.
''Tuhan, beri aku alasan untuk tidak menyerah"
Nazela membaca judul buku pada depan covernya. Karena rasa penasarannya, Nazela berjalan sambil membaca bukunya.
''Loh kamu kok tumben hari senin kesini tok Af?''
Tanya Faiz pada Afkar yang baru datang ke ruangannya itu.
''Iyo, soale ono acara seminar jadi anak anak ndak masuk kelas''
Jawab Afkar yang begitu santai dan terdengar begitu tenang.
''Tumben, biasa e walau di pesantren ono acara kamu ikut, kalo ndak yo ke studio''
Cetus Faiz dengan nada dan tatapan mengintimidasi
''Wis ono panitia sing urus seminar, terus aku sekalian jukut buah Naga, yo jadi sekalian aja ke sini''
Jawab Afkar tenang namun sedikit terlihat gugup sambil menunjukkan bingkisan buah naga di tangannya.
''Loh, kok cuman segitu Af?''
''Iyo ndak ada lagi, lagian iki kan cuman go stok tambahan aja. Aku juga wis pesen ke pak Dirno buat besok. Oh iyo, Nazela ndak masuk tok?''
Tanya Afkar ketika mentari meja Nazela yang masih kosong.
''Nah, nikuh pas, uwong e teko''
Ujar Faiz saat melihat Nazela yang sudah masuk ruangan namun masih fokus pada buku di genggamannya. Mendengar suara Faiz, pandangan Nazela baru teralihkan.
''Waw, dragon fruit''
Nazela berjalan ke arah Afkar dengan mata yang sudah membulat, namun matanya terus tertuju pada bingkisan yang Afkar bawa
''Mau!!''
Ucap Nazela sambil memasang wajah lugunya, membuat Afkar dan Faiz saling bertukar pandang heran.
''Tapi iki, buat stok di dapur Zel''
Ujar Afkar dengan terbatas bata
"Gue bayarin deh satu!!"
Pinta Nazela memaksa
"Kamu suka buah Naga?"
"Banget lah"
Jawab Nazela begitu antusias
"Yo wis buat kamu aja semua!!"
Tanpa keraguan, Afkar memberikan semua buah Naga yang ia bawa kepada Nazela. Faiz yang mendengar itu langsung membulat kan matanya sedikit terkejut, begitu pun Nazela yang menatap Afkar tak percaya.
"Serius lo?"
"Iyo"
"Loh, terus stok di dapur e piye toh Af?"
Tanya Faiz heran
"Di dapur iku masih ono, aku beli ini buat nambahin aja, wis kamu ambil aja kalo suka!!"
Tukas Afkar dengan wajah datar nya sambil memberikan plastik yang berisi buah Naga itu. Dengan senyum kegembiraan nya, Nazela mengambilnya tanpa malu malu.
"Wihhhhh, ini baru namanya bos "
Ujar Nazela sambil berjalan ke arah meja nya, dengan mata yang berbinar memandangi buah Naga yang kini sudah menjadi miliknya itu. Sambil menahan senyumnya melihat kebahagiaan Nazela, Afkar berjalan menuju meja nya sambil sesekali mengusap ujung hidungnya untuk menahan salah tingkahnya. Sedang Faiz yang baru melihat apa yang Afkar lakukan menatap heran sambil menggaruk garuk kepala belakangnya yang tak gatal.