Nadiva, biasa di panggil Diva adalah gadis manis berusia dua puluh satu tahun yang saat ini masih menjadi mahasiswi semester enam sebuah universitas kesehatan di kota nya.
Kehidupan aman tentram Diva berubah menjadi lebih berwarna setelah memiliki tetangga seorang duda yang di tinggal meninggal istri nya saat melahirkan anak nya. Duda berusia tiga puluh tiga tahun itu bernama Randika Immanuel, memiliki seorang anak perempuan berusia enam tahun yang bernama Cinta.
Sejak awal bertemu Diva, Cinta sudah menyematkan kata Bunda sebagai panggilan kesayangan Cinta buat Diva.
Bagaimana kah kisah Diva dalam menghadapi aneka ulah Cinta yang selalu menginginkan Diva menjadi Ibu nya, sementara Diva sendiri tidak menyukai Ayah Cinta yang terkesan bersikap arogan?.
"Ayah hitung sampai tiga. Kalau ndak mau bangun Ayah gendong kaya karung beras nih!" Ancam Dika yang tak jua di tanggapi oleh Cinta. Hingga ....
"Cinta Oh Cinta ..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Choco 33, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Pagar Makan Tanaman
"Itu_".
Pak Wahyu yang gugup itu menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal dan melirik kepada kedua teman nongkrong nya secara bergantian.
"Apa yang Kalian rencanakan?". Sentak Bu Wita menatap tajam sang suami dan kedua teman nongkrong suami nya.
"Itu_".
Lagi-lagi kegugupan yang di lakukan Pak Wahyu juga tingkah ganjil Pak Dirman dan Pak Wawan membuat ketiga saling melemparkan pandangan mencari dukungan satu sama lain.
"Mereka sedang taruhan siapa yang bisa menikahi Wina akan mendapatkan motor scoppy baru, Bu!". Celetukan Wanto, Menantu Bu Yayuk membuat para istri mereka mendelik tak percaya dan menatap tajam kepada suami mereka dan Wina secara bergantian.
"Wow, definisi pagar makan tanaman ini Mah. Sibuk ngurusin orang malah, suami mereka sendiri mau di mangsa atau mungkin memangsa?". Ucapan sarkas Dika membuat ketiga pria paruh baya seusia Ayah mertua nya itu hanya bisa menelan kasar saliva mereka, masing-masing.
"Kurang ajar Kamu, Wina!". Bu Sumini yang berada di samping Wina pun langsung mengamuk.
Dia langsung menarik rambut panjang Wina, hingga membuat kepala Wina langsung tertarik kebelakang.
Pak Wawan berusaha menarik tubuh istri nya agar melepaskan Wina, harus bisa pasrah hanya menjadi penonton ketika Stella, putri menarik tubuh Pak Wawan agar menjauh.
Hal tak jauh berbeda pun di lakukan oleh Bu Wita dan Bu Saroh yang langsung ikut serta menyerang Wina, setelah masing-masing suami mereka tidak bisa berkutik menahan istri mereka menyerang Wina, karena di tahan oleh anak-anak mereka masing-masing yang tengah melihat ibu mereka tengah menyerang Wina tanpa ampun.
"Dasar jal$$g. Plak!". Bu Wita menampar wajah Wina yang masih mendongak karena Bu Sumini masih menarik rambut nya kebelakang.
"Lo$$e. Plak!" Tangan Bu Saroh yang kini mendarat di pipi Wina nya satu nya lagi hingga membuat kedua pipi Wina langsung merah ber cap kan lima jari.
"Waduh, kenapa jadi begini Bu!". Ucap Pak RW bersamaan dengan para pria paruh baya lain nya yang menyaksikan perkelahian empat biang gosip di wilayah mereka.
"Biarin aja Pak!". Ucapan serempak itu juga terucap dari para istri pria yang tadi berucap bersamaan.
"Ya!". Diva berteriak kencang sambil memukul salah satu meja di balai warga, membuat keributan itu pun berhenti.
Diva meringis miris melihat penampilan Wina yang sangat berantakan. Rambut juga riasan glamor nya amat sangat berantakan, belum lagi saat Diva melihat Bu Sumini melepaskan kepala Wina dengan kencang, hingga membuat tubuh Wina yang sudah di tampar bolak balik secara bergantian berkali-kali oleh Bu Wita dan Bu Saroh itu mengibaskan kasar banyak helaian rambut Wina di tangan Bu Sumini.
"Kenapa malah Ibu ibu yang berkelahi!". Ucapan Diva membuat ketiga wanita paruh baya itu pun segera kembali ke samping suami mereka yang ternyata mendapatkan serangan balik dengan memberikan cubitan juga gerundelan kasar kepada para suami mereka yang hanya bisa pasrah menerima nasib atas apa yang sudah mereka lakukan di belakang istri mereka.
"Kok saya bersyukur ya, punya Ayah yang sangat setia saat ada orang yang menawarkan diri ingin menjadi istri nya dan di tolak mentah mentah, bukan malah secara diam-diam bertaruh memperebutkan wanita yang jelas jelas adalah sahabat ghibah istri mereka?". Ucapan sinis Diva membuat Pak Wahyu, Pak Dirman juga Pak Wawan tak terima hingga mereka melihat tajam kepada Diva.
"Jaga pandangan Bapak-Bapak kepada istri Saya. Tidak usah marah kalau apa yang di ucapkan istri saya adalah benar ada nya!" Dika memasang badan dengan berdiri di hadapan Diva, menjadi garda terdepan menjaga Diva.
"Mas, Dika jangan asal membela Diva, karena dia istri Mas Dika!". Sentak Pak Wahyu tak terima.
Dika menahan Ayah Hasan yang seperti akan membalas ucapan Pak Wahyu. Pak Hasan kembali terdiam saat Dika berucap, "Ayah tenang saja, biar masalah ini menjadi urusan Dika".
"Ck, nggak usah menyalahkan orang lain Pak. Saya ada lho bukti nya percakapan Bapak-Bapak tentang taruhan nikahi Wina, juga chat mesra Bapak-Bapak dengan Wina". Ketiga Bapak-Bapak yang kini menjadi gantian menjadi tersangka itu menatap tajam kepada Wanto yang tampak santai menunjukkan HP nya.
"Wina itu hanya memanfaatkan Kalian. Dia itu Cinta mati sama Mas Dika. Bukan cuma kalian bertiga aja lho yang di tawari gratisan, Saya juga pernah di tawari nya. Tapi Alhamdulillah Saya sangat bersyukur telah di kirimkan Allah istri yang sangat baik dan manis bagaikan madu, sehingga jelas dong saya menolak racun yang di tawarkan Wina!". Wajah Bu Yayuk langsung berubah marah dan menatap Wina tajam.
Laras putri Bu Yayuk, yang merupakan istri Wanto itu menahan sang Ibu agar menahan emosi nya, dan membiarkan Wanto yang menyelesaikan masalah tersebut.
"Ibu aja yang dengar Mas Wanto di tawari Wina saja marah, posisi Bu Tantri sama dengan Laras, Bu!". Bisikan Laras membuat Bu Yayuk pun menyesal atas tingkah laku buruk nya yang menggoda Ayah Hasan bahkan menawarkan diri menjadi istri kedua Ayah Hasan.
Suasana balai warga semakin panas, apalagi gunjingan para saksi mulai terdengar menghakimi keluarga klub ghibah di lingkungan mereka.
"Kenapa masalah nya jadi melebar kemana-mana begini, Ka".
"Dika juga nggak tau, Ayah".
"Ya sudah, Kita pulang saja. Cinta pasti sebentar lagi pulang main".
"Iya, Bunda setuju".
Dika mengangguki ucapan keluarga nya, lalu saat hendak menghampiri Pak RT dan RW, Dika mengurungkan niat nya, karena Pak RW sudah lebih dahulu berteriak melerai keributan warga nya.
"Sudah cukup!".
Hening. Semua nya terdiam setelah mendengar teriakan Pak RW yang lantang dan menggema di dalam balai warga.
"Kenapa jadi melebar begini masalah nya?".
"Kita tengah membahas masalah yang di ciptakan dari kelima wanita ini kepada keluarga Pak Hasan dan Mas Dika, kenapa malah sekarang justru sibuk membahas masalah baru!".
"Saya harap kelima nya menandatangani surat pernyataan yang sudah Saya buat atas permasalahan mereka berlima dengan keluarga Pak Hasan juga Mas Dika, untuk masalah baru yang melibatkan kelima keluarga akan Kita bahas setelah masalah kalian berlima dengan keluarga Pak Hasan dan Mas Dika selesai!".
Ucapan tegas Pak RW pun di setujui oleh Pak RT juga para saksi lain nya.
Setelah menandatangani surat perjanjian kelima wanita beda usia itu pun meminta maaf kepada keluarga Ayah Hasan dan Dika.
Bu Wita bahkan sampai menangis memeluk Bu Tantri seraya tak berhenti mengucapkan kata maaf berkali-kali
Hal yang sama pun di lakukan oleh Bu Yayuk, bahkan wanita itu hendak ber lutut meminta maaf kepada Bu Tantri, namun Bu Tantri berhasil menahan tubuh Bu Yayuk, kini tengah memeluk nya sambil menangis dan mengucapkan kata maaf berkali-kali.
Akhirnya dengan lapang dada keluarga Ayah Hasan dan Dika pun menerima permintaan maaf kelima wanita beda usia itu. Namun masalah baru sudah menanti klarifikasi yang seperti nya akan di lanjutkan oleh pihak pengurus lingkungan warga, selepas isya nanti malam.
bagaimana bisaa yang pertama ???