Di TK Pertiwi Masaran, Bu Nadia, guru TK yang cantik dan sabar, mengajarkan anak-anak tentang warna dengan cara yang menyenangkan dan penuh kreativitas. Meskipun menghadapi berbagai tantangan seperti balon pecah dan anak yang sakit perut, Bu Nadia tetap menghadapi setiap situasi dengan senyuman dan kesabaran. Melalui pelajaran yang ceria dan kegiatan menggambar pelangi, Bu Nadia berhasil menciptakan suasana belajar yang penuh warna dan kebahagiaan. Cerita ini menggambarkan dedikasi dan kasih sayang Bu Nadia dalam mengajarkan dan merawat anak-anaknya, menjadikan setiap hari di kelas menjadi pengalaman yang berharga dan penuh makna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta di Taman Belajar - Kisah Nadia, Arman, dan Aldo
Hari itu cerah dan penuh semangat. Nadia, yang sudah sangat dekat dengan Aldo dan Arman, merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Pagi itu, Arman sudah merencanakan sesuatu yang spesial. Ia ingin membawa Nadia ke sekolah sambil mengantarkan Aldo. Rencana ini membuatnya bersemangat karena itu artinya ia bisa menunjukkan betapa pentingnya Nadia baginya.
Pagi itu, Arman dan Nadia sudah siap untuk berangkat. Arman mengendarai motor besar, sedangkan Nadia duduk manis di belakang, memeluk erat perut Arman. Aldo, anaknya yang ceria, duduk di depan Arman dengan senyum lebar di wajahnya.
Sebelum berangkat, Arman berbisik lembut kepada Nadia, "Kita pergi bareng hari ini. Aku ingin semua orang tahu betapa bahagianya kita bersama sayang ku."
Nadia tersenyum malu dan menjawab, "Tapi hati-hati ya, jangan sampai kita telat ya sayang."
Mereka berangkat dengan penuh keceriaan. Di sepanjang perjalanan, Nadia merasa hangat dan bahagia, apalagi saat Arman sesekali menoleh dan memberinya senyuman penuh arti. Aldo, yang duduk di depan, juga terlihat sangat senang.
Ketika mereka tiba di halaman TK, suasana langsung berubah. Para rekan Nadia, yang sudah menunggu di halaman, terkejut melihat pemandangan yang tak biasa. Motor besar yang diparkir dengan manis di depan sekolah membawa trio yang tampak sangat serasi. Arman dan Nadia turun dari motor, dan semua mata langsung tertuju pada mereka.
Rekan-rekan Nadia segera memulai ledekan dengan ceria. “Wah, wah! Ada apa ini? Bu Nadia, ternyata sudah jadi pembonceng setia ya!” seru salah satu teman sambil tertawa.
Nadia yang biasanya sangat pemalu, kali ini hanya bisa tersenyum sambil merah padam. Ia merasa agak malu, tetapi juga sangat bahagia. Arman yang berdiri di sampingnya, mengamati situasi dengan santai dan senyum penuh arti.
“Jadi, ini yang namanya cinta pagi hari?” goda rekan yang lain, diikuti dengan gelak tawa teman-teman yang lain.
Aldo, yang ikut dalam keributan, tampak sangat bangga. “Iya! Calon mama kan sangat baik! Dia selalu membuat papa senang!” katanya sambil melompat-lompat penuh semangat.
Rekan-rekan Nadia tak henti-hentinya mengejek, “Ehemmmm, cieee! Selamat pagi, pasangan romantis!”
Nadia, saking gemesnya mendengar semua godaan ini, mencubit ringan pundak-pundak teman-temannya. “Aduh, kalian ini!” ujarnya sambil tersenyum.
Arman memandang Nadia dengan penuh cinta dan berkata, “Ayo, sayang. Kita masuk ke dalam. Aku yakin mereka sudah siap memulai hari dengan penuh semangat.”
Nadia mengangguk sambil menggandeng tangan Arman. “Ayo, kita tunjukkan pada mereka betapa bahagianya kita.”
Mereka masuk ke dalam sekolah dengan hati yang penuh cinta dan tawa. Suasana pagi itu di TK Pertiwi dipenuhi dengan canda tawa, kebahagiaan, dan kehangatan. Nadia dan Arman semakin terlihat serasi, dan hubungan mereka semakin kuat, disertai dengan dukungan dan kehangatan dari Aldo yang selalu ceria.
Setelah Aldo masuk ke dalam kelas, Arman menatap Nadia dengan lembut. “Sayang, aku harus pergi dulu. Ada beberapa urusan yang harus kuselesaikan di luar,” ucap Arman sambil meraih tangan Nadia.
Nadia tersenyum penuh makna dan mengangguk. “Tentu, hati-hati ya. Semoga urusanmu lancar,” balasnya sambil matanya berbinar.
Arman mendekat dan memberikan kecupan lembut di bibir Nadia. Nadia kaget, karena ini adalah ciuman bibir pertama yang ia terima dari Arman. Wajahnya langsung merah padam, dan ia merasa jantungnya berdegup kencang. Kecupan itu singkat namun penuh makna, menyampaikan betapa pentingnya Nadia bagi Arman.
Saat itu juga, rekan-rekan Nadia yang sedang mengamati dari jendela kaca tak bisa menahan diri. Mereka terkejut melihat momen intim ini dan langsung melontarkan komentar. “Wow, bu Nadia, ternyata selama ini kamu menyimpan rahasia besar! Cieee, baru hari ini ada ciuman di TK!” teriak mereka dengan nada mengejek penuh keceriaan.
Senyuman lebar merekah di wajah mereka, dan beberapa bahkan berpura-pura menepuk-nepuk punggung, “Hati-hati, jangan sampai kalian membuat kami baper!”
Nadia, merasa campur aduk antara malu dan bahagia, hanya bisa tertawa kecil sambil menunduk. Wajahnya merah padam namun bibirnya tak berhenti melengkung dalam senyum. Ia masih merasakan getaran lembut dari ciuman Arman, dan hatinya berdebar penuh rasa.
Arman tertawa kecil dan berkata sambil melambaikan tangan, “Jangan terlalu banyak menggoda, nanti kalian malah bikin kami jadi tidak fokus.”
Nadia melambaikan tangan kembali dengan tersenyum malu, dan Arman berbalik menuju motornya. Ia menatap Nadia satu kali lagi sebelum mengendarai motor dan meninggalkan halaman TK.
Setelah Arman pergi, rekan-rekan Nadia terus-menerus mengejek dengan ceria. “Aduh, bu Nadia, ternyata kalian berdua sangat serasi! Jangan lupa kabarin kami kalau ada kejutan-kejutan lain!”
Nadia hanya bisa tertawa kecil dan membalas dengan penuh kehangatan, “Oke, oke! Kalau ada yang baru, pasti kalian yang pertama tahu.”
Dalam hatinya, Nadia merasakan kebahagiaan yang mendalam. Ia tahu bahwa hari-harinya akan semakin berwarna dengan kehadiran Arman dan Aldo. Baginya, momen-momen sederhana seperti ini adalah yang paling berharga. Dengan semangat baru, Nadia kembali ke rutinitasnya, merasakan kebahagiaan yang mengisi setiap detik hari itu.
Setelah bel masuk berbunyi, Nadia memulai pelajaran seperti biasa dengan penuh semangat. Di kelas, Aldo duduk di meja depan dengan tatapan penuh antusias. Meski sudah banyak murid di sekelilingnya, Aldo tampak sangat fokus pada Bu Nadia, terutama setelah tahu bahwa Bu Nadia adalah calon mamanya.
Nadia memulai hari dengan aktivitas rutin, seperti mengajarkan lagu-lagu ceria dan permainan edukatif. Namun, perhatian Aldo tetap tertuju pada Nadia. Ia sering melirik ke arah Nadia dengan tatapan manja, seolah-olah mencari perhatian khusus dari calon mamanya.
Saat Nadia menjelaskan tentang warna-warni dan bentuk, Aldo tiba-tiba mengangkat tangan dan bertanya dengan nada ceria, “Bu Nadia, nanti kalau selesai pelajaran, bolehkah kita bermain di taman bermain seperti kemarin?”
Nadia tersenyum sambil menjelaskan, “Tentu saja, Aldo. Tapi ingat, kita harus menyelesaikan semua tugas dan belajar dulu sebelum bermain, ya?”
Aldo dengan antusias mengangguk, “Oke, Bu! Aldo janji, nanti setelah belajar kita main dengan asyik.”
Selama pelajaran, Aldo juga tampak sangat memperhatikan setiap gerakan Bu Nadia. Ia sering meminta izin untuk mendekat dan membantu Bu Nadia dalam menata alat-alat peraga atau mengatur buku-buku.
Pada saat istirahat, Aldo tidak segan-segan mendekati Nadia dan menggandeng tangan Bu Nadia dengan lembut. “Calon Mama, bisa bantu Aldo untuk menyusun puzzle? Aldo masih butuh bantuan,” ujarnya dengan nada manja.
Nadia tertawa kecil, “Tentu, Aldo. Ayo kita susun puzzle bersama. Tapi setelah ini kita harus kembali ke kelas untuk pelajaran berikutnya.”
Selama aktivitas bersama, Nadia melihat betapa bahagianya Aldo. Meski Aldo tampak sangat manja, Nadia merasa terharu dan senang melihat betapa ia bisa dekat dengan anak-anak didiknya. Rasa kasih sayang yang tumbuh di hatinya tidak hanya untuk Arman, tapi juga untuk Aldo, yang kini menjadi bagian penting dalam hidupnya.
Ketika bel pulang berbunyi, Nadia mengumpulkan anak-anak untuk menyiapkan mereka pulang. Aldo, dengan wajah penuh harapan, mendekati Nadia dan bertanya, “Nanti malam Aldo bisa main dengan calon mama lagi?”
Nadia mengusap kepala Aldo dengan lembut, “Kalau kamu sudah menyelesaikan tugas-tugasmu dengan baik, tentu saja. Tapi ingat, kita harus memastikan semuanya sudah selesai dulu, ya?”
Aldo tersenyum ceria, “Oke, Bu! Aldo janji.”
Saat murid-murid lainnya keluar dari kelas, Nadia melambaikan tangan mereka dan mengucapkan selamat tinggal. Aldo melambaikan tangan kepada teman-temannya, lalu memeluk Bu Nadia dengan penuh rasa sayang. “Calon mama, sampai jumpa besok!”
Nadia merasa hatinya meleleh melihat kasih sayang Aldo. Ia tahu bahwa perannya sebagai calon ibu tidak hanya memberi dampak pada Arman, tetapi juga pada anak-anaknya di sekolah. Dengan semangat baru dan rasa cinta yang mendalam.