Vivian, kelinci percobaan dari sebuah lembaga penelitian, kembali pada satu bulan sebelum terjadinya bencana akhir zaman.
selama 8 tahun berada di akhir zaman.
Vivian sudah puas melihat kebusukan sifat manusia yang terkadang lebih buas dari binatang buas itu sendiri.
setidaknya, binatang buas tidak akan memakan anak-anak mereka sendiri.
.
.
bagaimana kisah Vivian memulai perjalanan akhir zaman sambil membalaskan dendamnya?
.
jika suka yuk ikuti terus kisah ini.
terimakasih... 🙏🙏☺️😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roditya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12. telepon
"Kenapa kamu lama sekali?, Aku hampir akan menyusulmu ke dalam." Kris berkata sambil menaikkan barang jarahan mereka berdua ke atas jet ski. "Kupikir sepertinya jetski tidak terlalu praktis untuk mencari perbekalan. Bagaimana jika kita menggantinya dengan perahu cepat?." Imbuh Kris sambil naik ke atas jetski miliknya.
"Baiklah, besok pagi kita akan mencoba mencari di daerah yang menjadi tempat wisata air. Kurasa setidaknya di sana akan memiliki satu perahu cepat."
"Ok."
Di sepanjang perjalanan Kris dan Vivian melihat banyak bangunan yang tinggal terlihat atapnya saja. Banyak juga pepohonan tumbang sisa badai petir ikut tersapu oleh banjir karena belum sempat dibersihkan seluruhnya oleh tim penyelamat.
"Ibu... Hu.. u.. u..."
"TOLONG... SIAPAPUN TOLONG KAMI...."
"Saudaraku! Saudaraku sadarlah!."
Suara ratapan dan permintaan tolong datang dari berbagai penjuru. Kris dan Vivian melihat pemandangan itu dengan berat hati. Namun, keduanya tidak berniat untuk menyelamatkan siapapun.
"Apakah pemandangan seperti ini akan sering kita lihat untuk kedepannya?." Kris bertanya dengan prihatin.
"Ya. Dan mungkin pemandangan ini akan menjadi lebih buruk lagi. Kamu harus menyiapkan mental mulai sekarang. Ngomong-ngomong, sepertinya kita butuh bahan bakar lebih banyak lagi. Jika tidak, kita tidak akan dapat terus mengumpulkan persediaan." Vivian memberi pengingat kepada Kris.
"Kamu benar. Aku ingat ada POM bensin di dekat sini. Ayo kita ke sana, aku akan memimpin jalannya." Kris kemudian mengemudikan jet ski nya dengan cepat. Namun, karena banjir yang menutupi permukaan tanah, mereka baru sampai di pom bensin 1 jam setelah berkeliling untuk mencari lokasi tempat pom bensin tersebut berada.
Pom bensin yang dimaksud oleh Kris berada di dataran yang cukup tinggi sehingga saat mereka berdua sampai ke sana pom bensin tersebut hanya terendam banjir setinggi mata kaki.
Pom bensin itu kosong tanpa seorangpun yang menjaga. Sehingga aksi Kris dan Vivian berjalan dengan sangat mudah.
"Ayo cepat kita ambil bahan bakarnya dan segera pulang." ucap Vivian sambil menyerahkan dua buah jerigen yang ia temukan di dalam ruang istirahat karyawan kepada Kris.
Selama Kris mengisi bahan bakar ke dalam jerigen, Vivian berkeliling ke dalam dan memasuki gudang yang ada di pom bensin tersebut. Di Sana dia menemukan 9 drum bensin dan 2 drum solar yang kemudian Vivian masukkan semuanya ke dalam ruang.
Tidak lupa, Vivian juga memasuki minimarket yang ada di tempat tersebut dan mengosongkan setengah dari barang-barang yang ada di dalamnya.
.
.
Kris dan Vivian telah sampai di gedung apartemen.
"Jangan lupa untuk menyembunyikan jetski milik kita." Ucap Vivian yang mengingatkan Kris agar mereka juga menyembunyikan kendaraan milik mereka berdua.
"Mengapa kita tidak mengambil bahan bakarnya saja?."
"Itu juga penting. Tetapi kita tetap masih harus menyembunyikan jetski milik kita. Siapa tahu ada orang lain yang bisa menggunakannya walaupun bahan bakarnya telah kita kosongkan."
Saat Kris lengah, Vivian memasukkan kedua jet ski tersebut ke dalam ruang miliknya. Setelah itu Kris dan Vivian kembali ke gedung apartemen milik Kris dengan menaiki tangga karena lift sudah tidak bisa digunakan lagi akibat pemadaman listrik.
Setibanya mereka di lantai 4 mereka dihentikan oleh seorang wanita paruh baya.
"kamu adalah penghuni lantai 21 kan?. Apa yang ada di dalam tas yang tengah kalian bawa?. Apakah kalian membawa makanan?." Wanita paruh baya itu berjalan mendekati Kris dan berusaha untuk melihat isi yang ada di dalam tas.
Vivian menyeret Kris ke samping untuk menghindari wanita paruh baya tersebut.
"Maaf bibi, tetapi kita harus buru-buru pergi ke atas. Masih ada hal yang harus kami lakukan." Vivian lalu mendorong Kris dari belakang untuk segera meninggalkan tempat tersebut.
"Cih, dasar pelit. Hanya ingin melihat isi tasnya saja tidak boleh." Tanpa rasa bersalah sedikitpun wanita paruh baya itu justru menggerutu.
"Memang, apa hebatnya punya makanan?. Begitu banjir ini reda, aku juga akan segera pergi ke luar untuk mencari makanan sendiri."
Wanita itu masih terus menggerutu.
Ia sangat kesal karena tadi dirinya sempat mencium aroma makanan yang berasal dari ransel milik Kris dan tidak bisa meminta makanan tersebut.
Kebetulan,
Pada saat ini seorang remaja yang tinggal tepat di sebelah apartemen wanita paruh baya tersebut mendengar ocehan tidak menyenangkan dari wanita paruh baya itu.
Remaja itupun menyahuti ocehan wanita paruh baya tersebut.
"Memangnya kamu sendiri akan mengizinkan orang asing untuk melihat isi tasmu?."
"Mengapa aku harus membiarkan orang asing untuk menggeledah barang-barang milikku?." Wanita paruh baya itu tidak senang dengan pertanyaan remaja tersebut.
"Tepat. Jadi mengapa kedua orang itu tadi harus membiarkan dirimu menggeledah tasnya?. Humph. Dasar wanita tua tidak tahu malu."
Setelah mengucapkan hal tersebut. Remaja itu kembali masuk ke dalam apartemen miliknya. Dia tahu bahwa wanita paruh baya yang ada di luar pasti akan terus mengomel karena itu memang sudah menjadi kebiasaan wanita tersebut.
"Ceh, semua anak muda zaman sekarang banyak yang tidak bisa menghargai orang tua."
BLAM...
Marah, wanita paruh baya itu menutup pintu apartemennya dengan keras.
.
.
"Biar aku yang menyimpan semua perbekalan yang kita dapatkan ke dalam kamar lantai 1 yang tidak terpakai." Ucap Kris sambil mengambil salah satu beban yang ada di tangan Vivian.
Mendengar perkataan Kris, Vivian pun meletakkan barang yang dipegangnya di lantai.
"Kalau begitu biarkan aku yang pergi memasak. Kita masih belum makan malam."
Vivian lalu beranjak ke dapur untuk membuat makan malam berupa bubur sayuran. Ia sedang tidak ingin memasak sesuatu yang merepotkan. Karena perjalanan hari ini sudah cukup melelahkan.
"Makanlah." Vivian meletakkan semangkuk bubur sayuran di hadapan Kris. "Aku tidak membuat makanan yang terlalu rumit. Hanya bubur sayuran untuk makan malam kita hari ini." Vivian lalu ikut duduk di kursi yang ada di hadapan Kris.
"Ini saja sudah cukup. Lagian kita juga sudah sama-sama lelah. Kamu tahu Vi, hari ini aku sangat bahagia bisa bersama denganmu selama sehari penuh." Ucap Kris sambil memandang ke arah Vivian dengan penuh kasih sayang.
"... Kris, kamu tahu bahwa aku hanya menganggap mu sebagai saudara. Maafkan aku. Tapi coba kamu pikirkan lagi. Rasa sukamu terhadapku itu apakah benar-benar kesukaan antara pria dan wanita, atau, hanya sebuah obsesi karena kamu merasa ada ikatan tertentu denganku."
"Vivi aku..."
Kring~
Ponsel Kris berbunyi.
"Aku akan mengangkat telepon dulu." Kris lalu berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah balkon.
"Halo ma. Bagaiman keadaan kalian di sana?."
"Kris. Akhirnya mama bisa terhubung denganmu. Bagaiman keadaan mu nak?. Apakah kamu terluka?."
Mama Kris cemas dengan kondisi anaknya. Sebab sudah dua hari dia mencoba menghubungi Kris dan baru bisa terhubung sekarang.
"Aku baik-baik saja ma. Disini juga ada Vivian."
"Vivi juga ada di sana? Baguslah kalau begitu. Mama harap kalian dapat bekerja sama hingga bantuan datang."
"Ya, ma."
"Kris bolehkah mama meminta tolong sekali lagi padamu?."
kenapa lemot mikirnya?
Cepat minumkan ke Peter
Nanti repot bawa pulangnya Nek
aku juga pengen hehe...
pengen juga punya ruang hehe
author juga terimakasih atas dukungannya 😊