NovelToon NovelToon
Heart Choice

Heart Choice

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Kyushine / Widi Az Zahra

"... bukankah cinta itu tidak harus bersama? Jika dia lebih bahagia bersama dengannya, maka aku akan ikhlas."

Ketika cinta pergi, akan ada kemungkinan cinta yang baru akan datang, namun semua itu kembali lagi pada sang pemilik hati, apakah kamu mau menerimanya atau justru mengabaikannya. Itulah yang tengah dirasakan oleh Rafael Wilbur.
Adeline datang membawa cinta yang begitu besar untuk Rafael dan keegoisannya membawa dirinya untuk menerobos masuk serta menyingkirkan nama gadis yang berada di hati Rafael.
Lalu, apakah Rafael mampu menerima keberadaan Adeline yang notabenenya sudah ia kenal sejak lama? Dan mampukah Adeline menggantikan posisi gadis yang berada dihati Rafael? Pilihan apa yang akan dibuat Rafael dan Adeline kedepannya?

Disclaimer: Novel ini pernah di upload pada platform sebelah, namun saya memutuskan untuk upload disini..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyushine / Widi Az Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HC 08

Matahari sudah kembali menampakkan sinarnya, dan belum Adeline bangun dari ranjangnya, suara bel sudah menggema didalam apartmentnya. Tanpa melihat orangnya, Adeline sudah tahu siapa orang yang menekan-nekan bel tiada hentinya itu.

“Argh kepalaku berat sekali, ini pasti akibat nangis semalam.” Gerutu gadis itu seraya memijat pelan keningnya dan tak lama kemudian ia segera beranjak dari ranjang untuk menghampiri orang diluar sana karena selalu merusak waktu paginya.

Dengan langkah yang lemah, Adeline yang kini sudah tiba berada didepan monitor menekan salah satu tombol disana. “Kenapa kau selalu mengganggu waktu pagiku, huh?” protes Adeline, namun pria diluar sana hanya tertawa menanggapi ucapannya.

“Tidakkah kau membiarkan aku untuk masuk?”

Adeline hanya dapat menghela napasnya dengan kasar mengetahui sikap dari temannya itu. Dia pun menekan kembali tombol monitor dan langsung membukakan pintu untuk pria diluar sana. Meski terdengar tidak suka, tetapi Adeline tidak pernah membenci pria itu, karena menurutnya hanya dia teman satu-satunya yang dimiliki olehnya.

“Ada apa dengan wajahmu? Kau habis menangis? Wajahmu terlihat sangat sembab,” tanpa permisi dan spontan, pria itu langsung menempelkan kedua tangannya pada pipi Adeline. “Kamu juga sedikit demam, kamu sakit?” tambahnya lagi.

“Aku baik-baik saja, Fran.” Tangan Adeline menurunkan tangan Efran dari wajahnya. “Tunggu disini, aku akan mandi dulu.” tambahnya lagi yang langsung meninggalkan pria itu diruang tengah.

**

**

Siang itu Adeline pergi menuju ruangan Ray dan melihat perkembangan anak berusia 7 tahun itu. Saat ini Ray sedang dalam tahap pemulihan, dan ia bersyukur karena operasi yang dilakukannya berhasil. Melihat kehadiran Adeline yang baru di ambang pintu sudah membuat Ray tampak antusias.

“Wah Ray sekarang benar-benar sudah pulih ya, sebagai hadiah kesembuhanmu, aku bawakan hadiah untukmu, lho.” Mendengar kalimat hadiah membuat kedua mata Ray berbinar dan tidak sabar mendapatkan apa yang akan diberikan oleh Adeline padanya.

“Tidak perlu repot-repot membawakan hadiah untuk Ray, kakak cantik sudah membantu pengobatan Ray saja sudah lebih dari cukup untuk kami. Saya berjanji akan membayarnya kembali,”

“Tidak apa-apa, aku juga tidak merasa direpotkan sama sekali.”

Setelahnya, Adeline menyerahkan kotak berukuran sedang yang membuat Ray kembali berbinar, dia menatap ibunya dan Adeline secara bergantian, dilihat dari sorot matanya, tatapan itu merupakan tatapan meminta izin pada keduanya.

“Buka saja tidak apa-apa.” Ucap Adeline dengan lembut dan Ray langsung membuka pembungkus dari kotak tersebut.

“Waaaahh mobil remote controlnya bagus sekali, kak. Sudah lama Ray ingin punya mainan seperti ini. Terima kasih kakak cantik.” Ray langsung berhambur ke pelukan Adeline tanpa menghiraukan jarum infuse yang tertancap di tangan kirinya.

Efran yang saat itu kebetulan lewat ruangan Ray memperhatikan pria kecil itu tengah memeluk Adeline dengan wajah yang sangat bahagia, tanpa sadar senyum Efran terlukis dibibirnya. “Baiklah, sekarang kakak harus kembali bekerja. Ray harus makan saat jam makan tiba nanti ya.” Pinta Adeline seraya mengusap puncak kepala Ray.

Beberapa langkah hendak keluar dari kamar rawat, Adeline merasa kepalanya berputar dan ia memegangi kepalanya seraya tetap berjalan pelan, namun baru saja menutup pintu kamar, kakinya sudah tak mampu menopang tubuhnya.

“Adeline,” sahut Efran yang berhasil menahan tubuh gadis itu agar tak membentur lantai.

Melihat gadis itu tak sadarkan diri, Efran langsung menggendongnya menuju ruang pasien. Salah satu perawat yang melihat Efran membawa masuk Adeline ke dalam ruang pasien membuat ia mengikuti Efran dan membantu pria itu untuk mengecek kondisi Adeline.

“Apa yang terjadi dengan Adel, dok?” Efran tampak tak bergeming ketika mendengar pertanyaan yang diajukan oleh seorang perawat yang berada disisinya saat ini. Efran sedikit kurang suka dengan wanita disebelahnya, karena wanita tersebut sering dekat-dekat dengannya dan membuatnya risih.

“Sebaiknya ambilkan kantong infus untuknya dan bantu pasangkan. Aku akan menghubungi keluarganya lebih dulu,” ucapnya yang sengaja menghindari wanita itu.

“Ish, kenapa sulit sekali mendekatinya, tapi kalau dengan gadis ini dia begitu perhatian.” Gerutu wanita itu seraya menatap Adeline yang masih tak sadarkan diri.

Di dalam ruangannya, Efran tidak tahu siapa yang harus dia hubungi lebih dulu. Mendengar kabar dari Adeline bahwa Rafael masih dalam berkabung membuatnya bimbang apa harus menghubunginya atau tidak.

Masih belum membuat keputusan, Efran kembali keluar untuk kembali mengecek kondisi Adeline. Saat tiba diruang rawat Adeline, ia memandang wajah pucat wanita yang masih tak sadarkan diri tersebut, kemudian ia mengirimkan pesan pada seseorang.

“Ayah, ibu…” gumam Adeline lirih dan mendengar itu membuat Efran menyimpan ponselnya seraya menatap lirih ke arah gadis yang terbaring diranjang pasien. “… aku merindukan kalian, aku kesepian tanpa kalian.” Cairan bening menetes di ujung pelipisnya, Efran yang menyadari hal itu pun langsung menyekanya dan kembali merogoh ponselnya.

Ditempat yang berbeda, Rafael mendengar ponselnya berdering tiada henti, ia melirik sedikit ke layar ponselnya dan ia mendapati nomor yang tidak dikenal, sudah hampir 7 kali nomor itu menghubunginya, dengan perasaan malas ia mencoba menerimanya.

“Baiklah aku kesana,” tutur Rafael dengan wajah yang memancarkan kepanikan.

Rafael menyambar jaket serta kunci mobilnya dengan perasaan gusar. Dia menuruni anak tangga dalam keadaan setengah berlari, kakek James dan Alvaro yang tengah berada diruang tamu sedikit terkejut melihat Rafael yang menuruni anak tangga dengan tergesah-gesah.

“Hei ada apa?” Alvaro menahan bahu Rafael yang bahkan tak menyadari kehadiran mereka diruang tamu.

“Adel pingsan, aku akan pergi ke rumah sakit sekarang.”

“Kakek ikut,”

“Biar aku yang menyetir,” timpal Alvaro yang merasa bahwa Rafael masih tidak boleh mengemudi sendiri karena takut membahayakan dirinya serta pengguna jalan lain.

Langkah kaki terdengar begitu menggebu-gebu ketika menuju salah satu ruangan yang berada di Escort Hospital. Tanpa permisi orang tersebut menggeser pintu dengan raut wajah yang memancarkan kekhawatiran.

Melihat kedatangan Rafael spontan membuat Efran bangun dari duduknya. Efran terkejut melihat penampilan pria dihadapannya saat ini, pasalnya pria yang selalu terlihat memiliki wibawa, hebat, jenius dan elegant tidak bisa Efran lihat saat ini, karena pria tersebut terlihat begitu kacau dan berantakan.

“Apa yang terjadi dengan Adel? Bagaimana dia bisa pingsan? Dan bagaimana keadaannya saat ini?” Cecarnya tak sabaran, dan Efran menatap Adeline sebentar sebelum memberikan jawaban.

“Saat pingsan tadi Adel mengalami demam tinggi, dia juga kekurangan banyak cairan. Dia seperti ini akibat kelelahan, mungkin karena sepulang bekerja dari rumah sakit, dia mengambil pekerjaan tambahan hingga tengah malam.”

“Apa? Pekerjaan tambahan? Apa rumah sakit ini tidak membayar dengan benar para karyawannya?”

Bukan hanya Rafael yang terkejut mendengar Adeline mengambil pekerjaan tambahan, kakek James dan Alvaro pun sama halnya dengan Rafael. Tidak ingin salah bicara, akhirnya Efran meminta Rafael untuk ikut dengannya.

Saat ini mereka berhenti disalah satu ruang pasien anak kecil, Rafael dan yang lainnya bingung saat tiba disana, kenapa juga Efran membawa mereka ke sana.

“Dia Ray, usianya baru menginjak 7 tahun, dia berada dirumah sakit ini sudah hampir 8 bulan lamanya karena mengalami gagal jantung, padahal usianya masih sangat kecil. Satu bulan lalu kondisinya menurun dan ia harus cepat dilakukan tindakan operasi, namun karena terkendala biaya, operasi harus terpaksa kembali ditunda…”

Efran menghela napasnya sejenak dan mengingat bagaimana paniknya Adeline saat itu, dia bahkan sampai berusaha untuk menemui salah satu atasan rumah sakit untuk meminta keringanan tambahan agar Ray bisa dioperasi.

“… pekerjaan tambahan yang diambil oleh Adel tidak lain dan tidak bukan untuk membantu menutup biaya operasinya. Sejak Adel menginjakkan kakinya disini, dia sangat dekat dengan Ray dan dia selalu berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menyelamatkannya.”

1
Nursanti Ani
ngarep cinta bgt sih,,,bukan keren malah jijik liatnya,,,,maksa bgt cintanya,,/Hey/
Nursanti Ani
gw rasa sih Rachel masih hidup,,akhirnya Adel nyerah dan pergi,,,kalo sudah tiada baru terasa,,/Sob//Sob//Sob/
Nursanti Ani
cewek bucin begini kl belom d siksa bathin dan d selingkuhin belom sadar diri/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Kyushine: betul, harus digebrak dulu kayaknya biar sadar
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!