Menikah secara tiba-tiba dengan Dean membuat Ara memasuki babak baru kehidupannya.
Pernikahan yang awalnya ia kira akan membawanya keluar dari neraka penderitaan, namun, tak disangka ia malah memasuki neraka baru. Neraka yang diciptakan oleh Dean, suaminya yang ternyata sangat membencinya.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? apakah Ara dapat menyelamatkan pernikahannya atau menyerah dengan perlakuan Dean?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalu Unaiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 3
"saya saja yang akan membeli cincinnya. kamu tidak perlu ikut"
Kalimat itu seketika menghentikan tangan Ara yang hendak memasang sabuk pengaman. Rencananya Ia dan Dean akan pergi untuk mencari cincin pernikahan mereka.
Setelah makan siang Tante Ayana menyarankan mereka untuk mencari cincin pernikahan, sambil Dean mengantar Ara pulang nantinya.
"kamu pulang naik taxi saja. Nanti saya turunkan di halte depan komplek" lanjut Dean
Ara hanya menjawab iya sambil mengangguk, dia juga tidak tau harus bagaimana sekarang ini. sikap Dean benar-benar dingin dan terlihat sangat membatasi diri.
Bahkan saat makan siang tadi pun Dean tak berbicara sepatah katapun kepada Ara, Ia hanya menjawab sekenanya saat diajak bicara oleh kedua orangtuanya.
Seperti yang sudah Ia katakan Dean benar-benar menghentikan mobilnya tepat di depan halte.
Melihat itu Ara segera turun, saat hendak mengucapkan terima kasih Dean sudah keburu melajukan mobilnya tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Apa yang salah dengan laki-laki itu tanya Ara dalam hati.
"Jika dia memang tidak menginginkan pernikahan ini kenapa tidak menolak dari awal? Dia kan laki-laki harusnya lebih berani menolak dong" Ara mendumel mengeluarkan unek-unek yang sedari tadi ditahannya tentang calon suaminya itu, sembari menunggu angkot.
...****************...
Hari yang di tunggu-tunggu akhirnya tiba. Pernikahan yang serasa mimpi ini akhirnya akan terjadi juga. Di sinilah mereka sekarang Ara dengan balutan gaun putih panjang sedang Dean dengan tuxedo berwarna hitam, serasi sekali.
Pernikahan ini memang benar-benar hanya dihadiri keluarga inti. Dari keluarga Ara hanya ada kedua orang tuanya dan Bi Wati serta ART lain, sedangkan dari pihak keluarga Dean dihadiri kedua orangtuanya, Bima si sekretari yang juga orang kepercayaannya, serta beberapa orang yang tidak Ara kenal.
"Di hadapan Iman dan para saksi saya, Dean Ardi Nugroho, menyatakan dengan tulus ikhlas mengambil engkau Diara Aluna Subroto menjadi istri saya, untuk saling menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya; Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus" suara tegas Dean memenuhi seluruh ruangan, mengucapkan janji suci pernikahan miliknya dengan begitu lantang.
"Di hadapan Iman dan para saksi saya, Diara Aluna Subroto, menyatakan dengan tulus ikhlas mengambil engkau Dean Ardi Nugroho menjadi suami saya, untuk saling menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya; Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus" suara Ara yang pelan dan sedikit bergetar melafalkan janji suci pernikahan miliknya. Perasaan Ara begitu haru saat ini. Momen sakral ini begitu ia impikan sebenarnya bersama orang yang dia cinta dan tentunya mencintainya, namun kenyataan berkata lain. Ara kini berdiri di altar ini mengucapkan janji suci pernikahan bersama pria yang bahkan tidak tersenyum sedikitpun saat melihat ke arahnya.
Segala prosesi pernikahan akhirnya selesai, karna tidak mengadakan resepsi maka acara pernikahan ini ditutup dengan acara makan malam bersama di sebuah hotel yang juga menjadi tempat mereka menginap malam ini.
Acara makan malampun hanya diikuti oleh kedua orangtua Ara, kedua orangtua Dean, Bima, dan tiga orang lainnya yang ternyata adalah sahabat Dean.
Karna merasa cukup lelah Ara memilih untuk pamit masuk ke kamar lebih dulu, ia sedikit mengantuk. Jam juga sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat, yang lain masih sibuk mengobrol, juga suaminya.
Setelah sampai di dalam kamar Ara baru menyadari bahwa perubahan besar dalam hidupnya akan terjadi mulai malam ini.
Dia tidak akan tidur sendiri lagi mulai malam ini, Ia akan berbagi segala hal dengan suaminya.
Kamar ini dihias begitu indah khas kamar pengantin baru. Dengan taburan sedikit bunga mawar dan beberapa lilin yang menghiasi sekitar kamar.
Apa yang akan terjadi malam ini? saat pertanyaan itu terlintas, Ara merasakan jantungnya berdetak cepat sekali. Ia sedikit gugup.
Untunglah ia memilih lebih dulu masuk ke kamar bisa dibayangkan betapa canggungnya mereka berdua jika mereka masuk berbarengan, apalagi Dean yang sepertinya masih enggan berbasa-basi dengannya.
Setelah mandi dan berpakaian Ara memilih untuk berbaring di atas ranjang sembari menunggu Dean? mungkin.
Namun sampai jam menunjukkan waktu tengah malam Dean belum juga muncul. Ara akhirnya tertidur.
Dean akhirnya masuk ke dalam kamar, sekitar pukul satu dini hari. setelah membersihkan badan, Dean akhirnya ikut membaringkan diri di ranjang di sisi kosong di sebelah Ara.
Dia hanya menatap kosong ke arah perempuan yang tengah berbaring dengan begitu tenang di sampingnya. wajahnya datar, tak ada ekspresi apapun. Yang ada di fikiran dan hatinya hanya dia yang tau, namun segala sikap yang ditunjukkannya selama ini memperlihatkan bahwa ia tidak menyukai Ara.
...****************...
"jadi kita nggak tinggal dengan ayah dan Mama?" tanya Ara setelah Ia dan Dean memasuki mobil menuju ke rumah tempat mereka akan tinggal. Ternyata selama ini Dean tidak tinggal dengan orang tuanya. Fakta itu sedikit membuat Ara terkejut. Ia kira ia akan tinggal dengan mertuanya secara Dean adalah anak tunggal di keluarga ini.
"sudah tau, kenapa masih bertanya" jawab Dean tanpa menoleh ke arah Ara
Dean sepertinya memang tidak menyukai Ara atau bahkan sepertinya suaminya itu memiliki perasaan benci terhadap Ara. Terlihat sekali dari sikapnya, dia bahkan tidak berusaha menutup-nutupi rasa tidak sukanya pada Ara.
Sejak mereka meninggalkan hotel tadi siang, sikap Dean semakin dingin saja, Ia bahkan hampir meninggalkan Ara di lobi hotel. Tak ada yang terjadi tadi malam, saat membuka matanya di pagi hari Ara hanya mendapati dirinya yang sendirian di dalam kamar.
Kemana perginya suaminya itu? Lalu sekitar Jam sebelas Dean akhirnya muncul dan hanya menyuruh Ara untuk segera berkemas karna mereka akan segera pulang. Dean hanya mengucapkan kalimat-kalimat singkat dengan wajah datar. Sikapnya semakin dingin saja.
Apakah ini adalah babak baru dari penderitaan yang akan Ara alami? Apakah yang ditakutkan oleh Bi Wati akan terjadi?
Ara hanya terdiam sambil memikirkan bagaimana nasibnya ke depan. Dia dan laki-laki di sampingnya ini bukan lagi orang asing, mereka berdua adalah sepasang suami istri.
Ara juga merasakan keanehan di dalam keluarga Dean, Dean memanggil Om Josh dengan sebutan Ayah, sedangkan Tante Ayana Dipanggil Mama. Tak hanya itu saja sikap Dean terhadap Tante Ayana juga terkesan dingin, bahkan tadi saat mereka pamit kepada kedua orang tuanya Dean hanya melewati tante Ayana dan hanya menyalami Ayahnya saja.
Sedang tante Ayana juga tidak mengatakan apa-apa seolah itu sudah biasa terjadi.
Ada begitu banyak hal yang tidak Ara ketahui tentang laki-laki di sampingnya ini, laki-laki yang sedang fokus menyetir tanpa menghiraukan Ara di sampingnya ini seolah memasang bentang tinggi yang membatasi Ara agar tidak mengetahui apapun, Ara juga tidak leluasa bertanya, mengingat sikap dingin Dean kepadanya.
Namun jika awalnya saja sudah seperti ini lalu akan seperti apa nantinya pernikahan ini, bagaimana masa depan mereka berdua jika mereka masih tetap asing bagi satu sama lain.