Bertetangga dengan seseorang yang sangat kamu benci adalah sebuah musibah besar. Hal itulah yang dialami oleh Bara dan Zizi.
Parahnya lagi, mereka berdua harus menikah untuk mendapatkan harta warisan yang sangat banyak.
Mampukah keduanya berdamai untuk mendapatkan keuntungan atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Akhirnya Setuju
Berita tentang kritisnya Hasan Ishaaq Al Fayed kini menyebar di seantero jagat Bisnis di negara ini. Ada yang gembira mendengarnya dan ada juga yang sedih.
Dunia bisnis itu kejam, siapa yang lemah dan lengah, maka banyak saingan yang bersiap untuk merebut dan menghancurkan. Hukum rimba masih berlaku, yang kuat akan berkuasa sedangkan yang lemah akan semakin lemah.
Mendengar bahwa tampuk kepemimpinan perusahaan sedang berada dalam ketidak kejelasan, tikus kecil dan bahkan tikus got sudah mulai ingin menggangu. Mereka ingin mengambil keuntungan ditengah kekacauan dalam internal perusahaan yang selama ini sangat maju dan berkembang pesat dibawah kepemimpinan pria seperti Hasan Ishaaq Al Fayed.
Alexander Lemos sudah lama mencium bau-bau tak sedap ini, hingga pagi ini ia sengaja datang dari Singapura khusus untuk menemui Bara.
Meninggalkan sang pasien yang masih bertarung melawan maut, ia datang untuk membicarakan hal yang sangat krusial ini pada sang pewaris satu-satunya dari Hasan Ishaaq Al Fayed.
Pria paruh baya itu akan memohon dengan sangat agar Bara mau mendengarkan dan memikirkan apa yang ditakutkannya.
Tadinya, Bara tak ingin bertemu, tapi karena Alexander memaksa, maka pria itu pun akhirnya menyediakan waktunya yang sangat sibuk.
"Apa ada yang bisa aku bantu pak Alex?" tanya Bara saat Alexander Lemos duduk dengan tenang di depan meja kerjanya.
"Banyak pak."
"Oh ya? Sepertinya memang begitu kelihatannya. Karena pak Alex rela meninggalkan papa di Singapura sendirian."
Alexander Lemos hanya tersenyum tipis.
"Bagaimana kabar papa pak?"
"Masih sama. Belum ada kemajuan yang berarti."
"Singapura adalah negara yang sangat terkenal bagus fasilitas kesehatannya. Kenapa papa belum sembuh juga?"
"Karena Tuhan belum memberikan kesembuhan pak. Kita berdoa saja, semoga tuan besar lekas sembuh."
Bara menghela nafasnya berat. Dalam hati ia mengaminkan perkataan pria paruh baya di hadapannya.
"Perusahaan sedang goyah pak Bara. Devano dan orang-orang yang kita percayakan di sana sudah banyak memberikan laporan. Jadi, jika anda tidak kembali maka kehancuran lah yang akan kita dapatkan."
"Aku tak perduli pak Alex. Karena itu semua adalah kesalahan papa." Bara menjawab dengan santai.
Alexander Lemos menghela nafasnya berat. Pria muda ini benar-benar seperti papanya yang sama-sama keras kepala.
"Kalau begitu, setidaknya pikirkan nasib banyak karyawan disana pak. Mereka ingin bekerja dalam tempat yang aman dan juga stabil."
"Angkat saja wanita kesayangannya itu jadi pimpinan dan serahkan semua tanggung jawab itu padanya."
Alexander Lemos hanya bisa tersenyum dengan ekspresi yang masih sangat tenang. Tentu saja tak masuk akal untuk menjadikan Azizah Khumairah sebagai pimpinan perusahaan yang notabene hanyalah seorang tamatan SMA yang belum punya pengalaman. Bisa-bisa perusahaan akan lebih cepat hancur daripada yang ia pikirkan.
Pria paruh baya itu pun mengeluarkan semua data kekayaan Hasan Ishaaq Al Fayed dan memberikannya pada Bara, yang merupakan anak satu-satunya dari sang pimpinan. Dengan itu ia berharap, Bara akan berubah pikiran.
Alexander Lemos tersenyum tipis saat melihat ekspresi kaget yang ditunjukkan oleh Bara meskipun sangat tipis dan hampir tak kentara.
Dan sekarang ia berharap usahanya ini tidak sia-sia.
Mau tak mau, Bara tak bisa menutup mata dengan data yang baru saja diberikan oleh orang kepercayaan papanya. Pria muda itu tak menyangka kalau harta papanya begitu sangat banyak sampai Triliunan rupiah.
"Apakah ini semua samasekali tidak menarik minat anda pak?" tanya Alexander Lemos. Bara hanya diam dan tak mampu menjawab.
Siapa yang tidak pernah tertarik pada yang namanya harta? Itu non sense namanya, ucap Bara dalam hati.
"Kalau anda tidak tertarik maka semua aset ini akan diserahkan pada yayasan sosial milik tuan besar sesuai surat wasiatnya."
Hati Bara tercubit. Tentu saja ia tidak akan setuju jika semua harta itu tidak jatuh di tangannya. Bukankah dia adalah pewaris satu-satunya di dalam keluarganya?
Akan tetapi ia gengsi mengucapkannya.
Alexander Lemos masih mengulas senyum pada wajahnya. Ia tahu kalau Bara pasti sudah mulai bimbang.
"Tapi syarat dan ketentuannya berlaku pak," ucap pria itu berusaha untuk tidak lari dari aturan yang dibuat oleh sang pimpinan.
"Anda harus menikahi mbak Azizah Khumairah terlebih dahulu."
Wajah Bara langsung mengeras. Ia pun menatap Alexander Lemos dengan emosi tertahan.
"Bagaimana pak? Apakah mau diterima atau tidak?" ucap Alexander Lemos santai. Ia benar-benar tak mau perduli dengan ekspresi putra semata wayang Hasan Ishaaq Al Fayed saat ini.
"Kalau ada yang tahu tentang aset dan wasiat tuan besar, saya yakin akan banyak pria yang ingin memperistri mbak Azizah Khumairah," lanjut pria paruh baya itu memanas-manasi. Dan ternyata Bara benar-benar sudah mulai panas.
"Saya lihat, wanita itu sangat cantik dan juga baik. Aaaaa andai saja saya masih muda dan kuat seperti pak Bara, saya yang akan menawarkan diri untuk menikahinya."
Bara tak sadar mengepalkan tangannya. Entah kenapa, ia sangat terganggu mendengar perkataan orang kepercayaan papanya ini, tapi ia masih berusaha menahan diri.
"Bagaimana pak Bara?"
Bara masih diam dengan dada naik turun menahan perasaannya. Dan Alexander Lemos tahu hal itu. Untuk itu ia akan berusaha untuk memanas-manasi lagi agar Bara terbakar dan bahkan meledak sekalipun.
"Sebenarnya, Devano pun bisa. Anda tahu siapa saya 'kan? Saya bisa saja merubah surat wasiat ini tanpa sepengetahuan tuan besar," lanjut Alexander Lemos di atas angin.
"Baiklah, aku akan menikahi wanita itu!" ucap Bara memutuskan.
Alexander Lemos pun tersenyum dengan ekspresi kemenangan di wajahnya serang Bara hanya bisa mendengus tak ikhlas.
Kalau bukan karena wasiat sang papa, ia mana mau menikahi wanita seperti Zizi. Wanita murahan yang pastinya saya sudah tak perawan lagi.
Menyentuh wanita itu adalah sebuah hal yang pantang dilakukannya kecuali khilaf, itulah janjinya di dalam hati.
"Baiklah, saya akan mengurus pernikahan pak Bara dan Mbak Azizah Khumairah secepatnya."
"Terserah."
Alexander Lemos terkekeh kecil.
"Alhamdulillah, semoga sakinah mawadah warahmah ya pak."
Bara tak menjawab dan lebih memilih untuk membuang pandangannya ke arah lain. Hatinya belum rela dan ikhlas sebenarnya tapi demi harta triliunan itu ia harus bisa.
"Akan kubuat kamu menderita nona pelakor!" geram Bara bagaikan gumaman.
"Saya mendengar anda pak. Saya masih di sini," celetuk Alexander Lemos dengan senyumnya.
Deg
Bara langsung memasang wajah kecutnya sedangkan Alexander Lemos langsung terkekeh lucu.
🌻
Like Like Like
Komen Komen Komen
Kalo masih ada Vote, bagi dong 🤭
trus devano gimana dong, ..ga kasian, dia blm kesurga thor 😀