NovelToon NovelToon
Dibalik Topeng Seorang Pelacur

Dibalik Topeng Seorang Pelacur

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Angst / PSK
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: nita kinanti

Jenny, gadis yang terpaksa menjadi seorang pelacur bertemu dengan Satya, pria dari desa yang lugu dan sangat sabar.

Dibalik wajahnya yang selalu terlihat dingin dan angkuh, Jenny memendam sejuta luka yang dia simpan sendirian. Suatu hari dia tidak kuat lalu memutuskan untuk kabur ke desa bersama Satya.

Apakah Jenny bisa memulai kehidupan baru di desa? Atau dia kembali ke kota untuk membalas dendam kepada orang-orang yang telah menjerumuskannya ke dunia pelacuran?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nita kinanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25. Papaaaa!!!

Siang ini Marlo mengajak Jenny pergi jalan-jalan. Dia benar-benar ingin menghabiskan waktu berdua dengan Jenny layaknya sepasang kekasih, meskipun hanya tiga hari saja. Setelah itu mungkin Marlo akan menebus Jenny dari Ira, meskipun Marlo tidak yakin Ira akan melepaskan Jenny begitu saja. Tetapi Marlo akan memikirkan caranya.

"Aku akan mengajakmu jalan-jalan ke pusat perbelanjaan. Belilah apapun yang kamu inginkan," ucap Marlo. "Belilah tas baru juga. Tasmu itu sudah tidak layak kamu pakai," menunjuk tas di lengan Jenny.

"Tidak! Aku suka tas ini!" balas Jenny dingin seperti biasanya.

Satu yang Jenny heran, Marlo tidak segan mengajaknya mengelilingi Mall padahal saat ini Jenny sedang sangat terkenal dengan berbagai skandalnya, entah kasus video terlarang atau tertangkap basah di kamar hotel bersama artis terkenal. Beberapa orang pasti akan mengenalinya. Belum lagi status Marlo yang sudah menikah dengan Vero.

Mall ini adalah milik Marlo, hampir semua orang mengenalnya, sangat mungkin jika nanti ada yang melaporkan apa yang mereka lihat kepada Vero. Bisa saja Vero tiba-tiba muncul lalu mengamuknya.

Tetapi Marlo terlihat seperti masa bodoh dengan itu semua. Dia tetap berjalan dengan percaya dirinya saat orang-orang di mall menatapnya, bahkan dengan bangga menggandeng tangan Jenny tanpa rasa berdosa. Di tambah dua orang bodyguard selalu menjaganya membuat Marlo benar-benar acuh terhadap orang-orang di sekelilingnya.

"Kamu ingin membeli apa, Jen?"

"Tidak ada. Aku tidak ingin apa-apa!"

Marlo tidak ingin mendengar jawaban dari Jenny. Dia menarik tangan Jenny ke sebuah butik terkenal lalu memilihkan beberapa baju, tas dan semua yang diinginkan setiap wanita.

"Setelah ini kita belanja perlengkapan bayi. Kamu mau?"

Jenny segera mengangguk begitu itu berhubungan dengan bayinya. Apapun demi bayinya.

Keluar dari butik itu, Marlo benar-benar membawa Jenny ke toko perlengkapan bayi yang masih berada di mall miliknya.

"Pilihlah yang kamu suka!" ucap Marlo. "Dia laki-laki atau perempuan?" tanyanya sambil mengelus-elus perut Jenny tanpa sungkan, terlihat seperti seorang suami yang sedang mengelus perut istrinya yang sedang hamil. Dan sekali lagi, hati Jenny bersedir hebat ketika Marlo melakukan ini kepadanya.

"Perempuan," jawab Jenny singkat. Lalu dia mulai memilih apapun yang dia inginkan. Untuk sesaat dia merasa sangat bahagia. Dia benar-benar merasa seperti seorang ibu yang akan menyambut kelahiran anak pertamanya hingga akhirnya berhenti secara tiba-tiba. Dada Jenny terasa bergemuruh lalu dia meletakkan semua yang sudah dia pilih.

"Kenapa, Jen?" tanya Marlo.

"Aku ingin ke toilet."

"Baiklah, aku antar."

Marlo mengantar Jenny ke toilet, bahkan ikut masuk ke area toilet perempuan. Marlo menunggu tepat di depan pintu bilik toilet yang dimasuki Jenny, mengabaikan tatapan para perempuan yang ada di dalam area toilet karena jelas-jelas ini toilet perempuan. Marlo dengan setia menunggu Jenny di depan pintu.

Di dalam toilet, Jenny tidak kuasa menahan air matanya. Tumpahlah tangis Jenny di sana. Bahagia yang dia rasakan ketika dia memilih baju-baju mungil untuk bayinya langsung menguap begitu saja begitu dia teringat Ira. Untuk apa dia belanja perlengkapan bayi itu jika Ira akan memaksa bayinya keluar sebelum waktunya, tanpa nyawa?

"Jen, apakah kamu sudah selesai?" Marlo mengetuk pintu toilet. Dia merasa Jenny sudah cukup lama berada di dalam toilet.

Buru-buru Jenny menghapus air matanya, lalu menghela nafas panjang setelah itu baru keluar.

"Sudah!" ucapnya lalu berjalan lebih dulu, meninggalkan Marlo agar Marlo tidak melihat matanya yang habis menangis. "Aku ingin makan sekarang," ucap Jenny langsung menuju sebuah restoran tanpa berpikir untuk kembali ke toko perlengkapan bayi.

Marlo memberi kode kepada salah satu bodyguardnya untuk kembali ke toko perlengkapan bayi dan membungkus semua barang yang tadi sudah disentuh Jenny, sementara dia terus mengikuti kemanapun Jenny melangkah. "Terserah kamu saja," ucap Marlo mengekor di belakang Jenny layaknya suami yang sangat bucin kepada istrinya.

Jenny memasuki restoran lalu mengedarkan pandangannya mencari meja yang kosong karena kondisi restoran cukup penuh.

Marlo melambaikan tangannya kepada salah seorang pegawai lalu pegawai itu segera berlari menghampiri. "Maaf Tuan Marlo, kami tidak tahu kalau anda datang. Sebentar, kami siapkan mejanya," ucap pegawai itu lalu pergi.

Sementara Jenny mematung karena matanya menangkap sosok laki-laki yang sangat dia kenal juga sedang makan di sana bersama Ira.

"Papa?" ucap Jenny lirih, hampir tak terdengar.

Mata Jenny terus menatap tanpa berkedip ke arah meja dimana ada Ira dan papanya sedang makan, hanya berdua. Sesak dan gemuruh memenuhi rongga dada Jenny melihat b"agaimana laki-laki itu bisa dengan santainya makan bersama Ira sementara hidup Jenny dan mamanya hancur karena perbuatannya. Sama sekali tidak terlihat penyesalan di wajahnya. Tidak pula terlihat bekas gurat penderitaan di wajah laki-laki itu seperti menyiratkan kalau selama ini dia hidup enak dan baik-baik saja.

"Ada apa, Jen?" tanya Marlo yang melihat Jenny membeku dengan wajah pucat di sampingnya. Lalu Marlo mengikuti kemana arah mata Jenny menatap, "Tuan Adrian Wiguna? Itu papamu, Jen?!"

Jenny tidak merespon ucapan Marlo. Dia masih membeku di tempatnya. Matanya masih tertuju ke tempat yang sama sementara dua orang yang telah menyita perhatiannya belum menyadari keberadaannya.

"Papaaaa ... !!!" teriak Jenny tiba-tiba. Suaranya cukup keras hingga membuat semua pengunjung restoran menoleh ke arahnya, tidak terkecuali Adrian dan Ira.

Adrian tertegun begitu menoleh dan melihat Jennifer berdiri di sana, sedang menatap tepat kepadanya dengan tatapan yang sulit dia artikan.

"Papaaaa ... !!!" Sekali lagi Jenny berteriak memanggil papanya dan membuatnya semakin menarik perhatian pengunjung restoran. Adrian berdiri lalu dengan ragu berjalan menghampiri Jenny.

Mata jenny berkaca-kaca melihat laki-laki yang sudah menghancurkan hidupnya itu kini berdiri tepat di depannya. Sulit menjelaskan bagaimana perasaan Jenny saat ini. Di satu sisi dia merindukan sosok ayah yang dulu sangat dia kagumi dan sayangi, tetapi di sisi lain dia sangat membencinya hingga ke sumsum tulangnya.

"Jennifer Sayang, putri papa, bagaimana kabarmu, nak?" sapa Adrian kaku. "Kamu hamil, Sayang? Kamu sudah menikah?"

Jenny tidak menjawab. Matanya terus menatap sang ayah dengan tatapan yang hanya dia sendiri mengerti artinya.

"Lama kita tidak bertemu, Pa. Seperti yang papa lihat, aku baik-baik saja," jawab Jenny dengan suara serak. Dia merentangkan tangannya lalu memeluk Adrian.

Adrian terkejut, tetapi kemudian dia membalas pelukan Jenny.

"Oh ... papa sangat merindukan putri papa," ucapnya sambil mengelus-elus rambut Jenny.

Ira melihat kejadian ini dari tempat duduknya lalu berjalan menghampiri mereka. "Oh ... Manis sekali pertemuan ini," ucapnya entah tulus atau hanya sindiran, sulit untuk membedakannya. Yang jelas tidak ada yang memperhatikannya karena semua mata sedang menatap haru pertemuan Jenny dan papanya.

Lalu tiba-tiba saja Jenny mengeluarkan sebuah pisau dari dalam tasnya dan menusukkannya ke punggung Adrian yang masih memeluknya, hingga beberapa kali tusukan.

1
Tina Ristina
ayo pa surya katakan anda ingin apa
pa surya......
ardan
Mulai masuk alur seru nih. Siapa yah yg sudah membebaskan Jenn ?
ardan
Satya belum mengakui status dr ayah kandungnya, yang pasti akan membuat kaget kamu loh Jenn, saat tahu siapa sebenarnya Satya.
ardan
masih setia utk menunggu setiap updatenya. semangat ya thorrrr
Itha
semangat author aq tungu upaya.
Itha
berdamai lah dengan keadaan setiya..minta lah bantuan ayah mu
ardan
Luar biasa
Itha
sedih bangattt author mewek😭😭😭
Itha
aq sampe ngupas bawang author baca nya. sedih bangattt... gimana kalau kita diposisi jen
Itha
/Sweat//Sweat//Sweat//Sweat/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!