Dibalik Topeng Seorang Pelacur

Dibalik Topeng Seorang Pelacur

1. Klien Istimewa

Jennifer Ekavira

Jenny berdiri di depan sebuah bangunan empat lantai yang entah apa sebutan yang tepat untuk bangunan itu, tetapi Jenny lebih suka menyebutnya Rumah laknat. Dia sebut rumah karena sekarang dia tinggal di sana, laknat karena dalamnya terasa seperti neraka.

Lantai satu adalah sebuah klub malam yang hanya buka di malam hari, lantai dua adalah sebuah rumah, tempat tinggal seseorang yang sangat dia benci tetapi tidak bisa dia hindari. Dan lantai tiga adalah tempat tinggal gadis-gadis yang bernasib sama seperti dirinya. Sementara itu basemen adalah tempat paling mengerikan yang pernah Jenny ketahui di muka bumi ini.

Meskipun klub tutup, tempat itu tetap dijaga oleh bodyguard. Para bodyguard sudah mengenal Jenny dan membiarkannya masuk. "Dimana bunda?" tanya Jenny.

"Di lantai dua, sepertinya sedang olahraga. Dia sangat murka karena kami tidak bisa menemukanmu!"

Jenny tidak bereaksi apa-apa dan langsung masuk dan menuju lantai dua dimana orang yang dia sebut bunda berada. Tiba di lantai dua, Jenny melihat sosok tante-tante sedang berjalan di atas treadmill. Sepertinya perempuan itu merasakan kehadiran Jenny, lalu dia pun menoleh.

"Jennifer Sayang, bunda senang melihatmu kembali," Tante-tante bernama Sumirah, atau Ira, atau yang lebih senang dipanggil bunda itu merentangkan tangannya menyambut kedatangan Jenny. Laki-laki hidung belang kelas atas pasti mengenal sosok Ira ini.

Riasan menor tetap menghiasi wajahnya meskipun sedang berolahraga. Tidak dapat dipungkiri jika perempuan itu aslinya memang berwajah cantik meskipun sudah muncul kerutan di sudut mata dan bibirnya. "Kemarilah," tersenyum hangat sambil merentangkan tangannya seperti meminta Jenny untuk memeluknya.

Jenny pun mendekat dan memeluk perempuan itu. Setelah beberapa saat perempuan itu melepaskan pelukannya dan yang terjadi selanjutnya sudah bisa ditebak oleh Jenny. Ira menampar pipi Jenny dengan sangat keras. "Itu hukuman karena kamu telah kabur dari klien kita!" ucap Ira dengan wajah yang sangat kontras dengan yang terlihat sebelumnya.

"Tapi dia membawa tiga orang temannya. Aku tidak mau meladeni empat pria sekaligus. Itu tidak ada dalam perjanjian!"

"Jangan banyak alasan, pelanggan adalah dewa! Apa yang mereka inginkan kamu harus menurutinya! Apalagi kalau mereka membayarmu dengan mahal!"

"Aku memang pelacur tetapi aku bukan binatang!" teriak Jenny. Tidak sekali dua kali dia diperlakukan dengan buruk oleh pelanggan yang Ira berikan kepadanya, bahkan sebelumnya Jenny ditinggalkan di dalam kamar hotel yang pintunya terbuka dalam keadaan telanjang dan tidak sadar.

Tiba-tiba saja Ira menarik rambut Jenny dan menjambaknya hingga dia meringis kesakitan. "Selama kamu belum bisa melunasi hutang papamu, maka sebaiknya kamu diam dan turuti semua perintahku!" ucap Ira kemudian mendorong tubuh Jenny hingga gadis itu tersungkur.

"Untuk kali ini bunda memaafkanmu. Nanti malam aku tunggu di bawah, kali ini klien kita sangat istimewa. Jangan sampai kamu mengecewakannya. Sekarang istirahatlah!" Ira melenggang dengan santainya meninggalkan Jenny yang mematung tidak berdaya. Membalas perlakuan Ira kepadanya sama saja mencari mati, dan untuk saat ini Jenny belum ingin mati meskipun hidupnya seperti di neraka.

Malam harinya,

Setelah memoleskan sedikit make up di wajahnya, Jenny turun ke lantai satu, seperti yang Ira katakan pagi tadi. Jika ada pelanggan atau Ira sering menyebutnya sebagai klien dan dia sampai mempertemukannya sendiri dengan Jenny, itu berarti klien ini memang istimewa.

"Sini Jennifer Sayang, temui klienmu malam ini," sambut Ira melihat Jenny telah turun dari kamarnya di lantai tiga. Nada bicara yang hangat dan senyum yang selalu menghiasi wajah seakan menggambarkan jika perempuan itu adalah malaikat tak bersayap.

Dengan terpaksa Jenny mendekat. Meski tidak ada senyum di wajah Jenny bukan berarti dia tidak terlihat cantik. Jenny selalu terlihat cantik bagaimanapun keadaannya.

Jennifer Ekavira, gadis berusia dua puluh tahun yang terpaksa menjadi seorang pelacur untuk melunasi hutang papanya yang gila judi. Papanya telah membuat perusahaan keluarga mereka bangkrut dan meninggalkan Jenny dengan sejumlah hutang yang harus dia lunasi.

Berasal dari keluarga yang serba kecukupan Jenny tidak menyangka jika hidupnya akan berubah sedramatis ini. Menjadi seorang pelacur? Itu sama sekali tidak pernah terlintas dalam pikirannya, tetapi nyatanya dia di sini sedang menemui pria hidung belang yang hendak menikmati tubuhnya.

Untuk saat ini Jenny adalah anak kesayangan Ira. Dia hanya memberikan Jenny kepada klien-klien ekslusif dan mau membayar mahal dan hanya melayani satu klien setiap malamnya.

"Ini dia, gadis yang Tuan muda Mahendra minta," ucap Ira menarik Jenny agar mendekat kepada laki-laki yang sedang duduk berhadapan dengannya.

Jenny melihat ke arah laki-laki yang sedang diajak bicara oleh Ira. Laki-laki itu tersenyum namun tiba-tiba saja rasa sesak memenuhi rongga dada Jenny. Marlo Mahendra?!

Dua bulan sebelumnya, setelah mengetahui kalau perusahaan papanya bangkrut, Jenny mendatangi laki-laki yang dulu pernah dia tolak cintanya itu. Jenny memohon kepada Marlo untuk menyelamatkan perusahaan papanya. Akhirnya Marlo menyetujuinya, dengan syarat Jenny mau tidur dengannya. Jenny pun menuruti permintaan laki-laki itu. Tetapi Marlo tidak menepati janjinya. Dia meninggalkan Jenny setelah berhasil menikmati tubuhnya.

"Silahkan nikmati malammu, Tuan Marlo." Ira tersenyum genit kepada Marlo, "Berikan servis yang terbaik, Jen!" bisiknya kepada Jenny kemudian pergi.

...* * * * *...

Marlo duduk menyilangkan kakinya di sofa sebuah kamar di hotel Dahlia, hotel paling luxurious di kota itu. Sementara Jenny berdiri di depannya dengan menunjukkan wajah datarnya padahal hatinya memendam rasa antara kecewa, marah, dendam dan benci sebenci-bencinya yang membuatnya sangat ingin menangis tapi hanya bisa dia tahan. Marlo Mahendra adalah harapan terakhirnya ketika papanya tiba-tiba menghilang dan meninggalkan sejumlah hutang.

Jenny membuang harga dirinya, memohon-mohon bahkan sampai bersimpuh dihadapan Marlo seperti yang laki-laki itu minta agar dia mau membantunya. Jenny rela memberikan apapun yang Marlo inginkan sebagai imbalannya, termasuk kesuciannya. Tetapi setelah puas menikmati tubuhnya pria itu pergi begitu saja.

Seandainya dulu Marlo menepati janjinya, tentu Jenny tidak akan menjadi seorang pelacur seperti sekarang ini.

"Puaskan aku! Lepaskan bajumu dan menarilah di depanku!" titahnya.

Jenny tidak bergerak. Betapa saat ini hatinya merasa tercabik-cabik oleh laki-laki yang duduk di hadapannya itu. Bagi Jenny, Marlo lebih ingin menghinanya ketimbang menikmati tubuhnya.

"Cepatlah Jen, aku sudah membayar tiga kali lipat kepada germo itu dan aku tidak ingin mendapatkan servis yang biasa saja!" ucap Marlo mulai jengah.

Menahan rasa malu dan sakit hati, Jenny pun menanggalkan satu persatu pakaiannya lalu perlahan meliuk-liukkan tubuhnya. Marlo tersenyum penuh kemenangan melihat Jenny melakukan apa yang dia perintahkan.

Terpopuler

Comments

dzafara dza

dzafara dza

part 1 cukup menantang lanjut part 2 semoga bagus sampai akhir

2024-10-16

0

Riva84

Riva84

baru mampir thoorrr

2024-09-28

0

Tiwi

Tiwi

m

2024-09-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!