Seorang pendekar hebat mengalami peristiwa tragis, yang membuatnya bereinkarnasi ke dalam tubuh seorang bayi. Dengan ingatan masa lalu yang kuat, pendekar itu memadukan keahlian bela diri yang luar biasa dengan pengetahuan medis dan alkimia yang ia kuasai di kehidupan sebelumnya.
Dengan tekad untuk memanfaatkan kemampuannya demi kemanusiaan, pendekar ini merajut kembali jaringan yang terputus, menciptakan pil-pil tingkat tinggi yang dapat memulihkan bahkan orang-orang yang hampir mati. Dengan pil-pil ajaibnya, jiwa-jiwa yang hampir terlepas dari tubuh mereka diambang kematian, diberi kesempatan kedua untuk hidup. Kekuatan alkimia dan medisnya menjadikan pendekar ini sebagai penyelamat bagi banyak nyawa yang terancam lenyap.
Namun, dengan kekuatan besar dan tanggung jawab yang tak terelakkan, pendekar ini harus menghadapi konsekuensi moral dari tindakan-tindakannya yang mengganggu keseimbangan hidup dan kematian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
jendral Wang Sakit
"Suamiku!" terdengar suara teriakan nyonya Wang memanggil suaminya.
Jenderal Wang segera masuk dan melihat bayi mungil yang kini berada dalam gendongan istrinya, wajahnya benar-benar mirip dengan putra kesayangannya yang hilang, membuat pria paruh baya itu tersenyum sumringah.
"Siapa nama bayi kecil ini?" tanya nyonya Wang.
Selir Xin Qian yang mendengar pertanyaan dari mertuanya itu pun segera menjawab "Zeming memintaku untuk memberikan nama Taoran, jika anak yang terlahir seorang laki-laki."
Jendral Wang dan istrinya pun segera menganggukan kepala, sepertinya putra mereka telah mempersiapkan semuanya sejak dini, bahkan putra yang masih berada dalam kandungan selirnya telah memiliki nama yang disematkan.
"Wang Taoran, dia adalah cucu pertama dari keluarga Wang," ucap Jenderal Wang seraya mengambil bayi mungil itu dari gendongan istrinya.
Sementara bayi yang masih berada dalam gendongan Jenderal Wang terlihat mengerutkan dahi, dia seolah mengerti dengan apa yang saat ini tengah dibicarakan oleh ketiga orang yang ada di sekelilingnya, namun mulutnya masih belum bisa mengeluarkan satu patah kata pun, semua yang ingin dia ucapkan seolah tertelan kembali ke dalam tenggorokannya.
Oek... Oek...
Terdengar suara bayi itu menangis, membuat jendral Wang akhirnya segera mengembalikannya kepada selir Xin Qian, "Sepertinya bayimu haus, susui dia, kami akan kembali ke ruang utama. Beberapa hari kedepan, kita akan meresmikan kelahiran putramu, semoga saja saat itu Zeming sudah ditemukan."
Selir Xin Qian mengangguk sambil tersenyum manis, dia pun segera mengangkat kedua tangannya, menerima kembali buah hati mungil yang baru saja dia lahirkan.
"Cup cup cup, anak ibu haus ya?" selir Xin Qian nampak begitu gemas dengan bayi mungil itu, sementara sang bayi terlihat memalingkan mukanya, seolah dia begitu malu dengan sang ibu. Apalagi saat ini dia dipaksa untuk menyusu, meski enggan bayi itu tetap menerimanya, dia tak bisa berbuat banyak, karena saat ini dirinya memang benar-benar membutuhkan asupan makanan.
10 tahun berlalu...
Wang Taoran hidup dengan penuh bahagia bersama ibu dan juga kakek neneknya, meski hingga saat ini pencarian Wang Zeming masih terus dilakukan oleh Jenderal Wang, nyatanya masih belum juga mendapatkan keberhasilan.
Bahkan kesehatan Jenderal Wang mulai menurun, akibat kurangnya istirahat ditambah tekanan dari pihak istana yang saat ini mengalami banyak sekali permasalahan politik dengan kekaisaran lain. Terlebih dengan adanya surat tantangan perang yang dilakukan oleh salah satu kekaisaran terbesar, terhadap kekaisaran tempat mereka tinggal saat ini.
Bruk...
Tubuh Jenderal Wang tiba-tiba saja ambruk, membuat semua orang yang berada di dalam kediaman itu seketika panik. Beberapa orang prajurit segera memanggil tabib, sementara prajurit lainnya menyiapkan tandu untuk membawa Sang Jenderal ke paviliun.
Hal itu tentu saja membuatnya nyonya Wang langsung sedih, selama 10 tahun Jenderal Wang terus saja mencari keberadaan putranya tanpa kenal lelah, namun kini kesehatannya semakin terganggu, dia benar-benar terpuruk.
Beberapa orang tabib yang dipanggil pun hanya bisa menggelengkan kepala, mereka masih belum mengetahui penyebab dari penyakit yang dialami oleh Jenderal Wang. Jika memang hanya karena kelelahan, tidak mungkin pria yang terkenal paling perkasa di seluruh kekaisaran Zhao, dan bergelar Jenderal perang itu akan jatuh dalam ketidaksadaran.
Nyonya Wang menangis tersedu-sedu, sementara selir Xin di sampingnya masih setia menemani sang mertua, sambil sesekali memeluk tubuh ringkih dari wanita tua itu, keduanya menangis bersama. Meskipun statusnya hanyalah seorang selir di rumah itu, nyatanya kasih sayang yang dia terima dari kedua mertuanya itu benar-benar tulus. bahkan mungkin Xia He, istri sah dari Wang Zeming tidak bisa merasakan kasih sayang dari sepasang paruh baya itu.
"Apa yang terjadi ibu, nenek?" Wang Taoran tiba-tiba saja masuk dan menyadari ada yang tidak beres di kediamannya, sementara kedua wanita yang dia tanya hanya bisa menggelengkan kepalanya perlahan.
Mereka bingung untuk menjelaskan keadaan yang saat ini terjadi pada Jenderal Wang, namun bocah berusia 10 tahun itu segera berjalan ke arah pembaringan dan mengetahui bahwa saat ini kakeknya dalam keadaan sekarat.
"Kakek!" Wang Taoran berteriak dengan sangat kencang, dia berlari ke arah Jenderal Wang dan segera mengambil pergelangan tangan pria itu, menyadari ada sesuatu yang tidak beres, dia melirik ke arah tabib yang kini berdiri tak jauh dari tempat pembaringan kakeknya.
"Apa yang kalian lakukan? Kakekku dalam keadaan sekarat, tapi kalian tetap diam saja. Tidakkah kalian berpikir untuk melakukan sesuatu saat ini?" tanya Wang Taoran.
Sedangkan para tabib hanya bisa saling memandang, mereka bukan tidak ingin melakukan sesuatu, hanya saja penyakit yang diderita Jenderal Wang benar-benar tak mampu mereka deteksi.
"Berikan aku kertas dan pena sekarang juga!" ucap Wang Taoran kepada tabib.
"Untuk apa, tuan muda?" seorang tabib tua berjalan sambil mengernyitkan dahinya.
"Bukankah kau tidak bisa menyembuhkan kakekku? Maka diamlah dan berikan apa yang aku minta!" ucap Wang Taoran dengan sangat dingin.
Tak lama tabib tua itu pun segera memberikan secarik kertas dan juga pena untuknya, Wang Taoran segera menulis, kemudian memberikan kertas itu kepada salah seorang prajurit.
"Segera pergi dan beli semua herbal yang aku tulis di dalam kertas itu, pastikan tidak ada yang kurang sedikitpun. Beritahu penjualnya, untuk memberikan semua herbal tepat pada takarannya. Jangan sampai aku menyia-nyiakan waktu hanya untuk menimbang satu persatu benda-benda yang aku butuhkan itu!" perintah Wang Taoran tak bisa dibantah.
Prajurit itu menganggukkan kepalanya, kemudian mengambil kertas yang saat ini berada di tangan Wang Taoran, dia bergegas pergi untuk mendapatkan semua herbal-herbal yang dibutuhkan, demi untuk kesembuhan Jenderal Wang. Sementara para tabib hanya bisa saling memandang sambil menggelengkan kepalanya, mereka masih belum mengetahui apa yang akan dilakukan oleh bocah berusia 10 tahun itu.
Wang Taoran keluar dari paviliun milik Jenderal Wang, tak lama kemudian dia kembali, dengan sebuah kota kecil berwarna coklat tua. Perlahan bocah itu mendudukkan dirinya di samping tempat tidur sang kakek.
"Bantu aku untuk membangunkan kakek sekarang juga," ucapnya.
Para tabib masih enggan untuk bergerak, hingga mereka melihat mata merah Eang Taoran yang benar-benar membuat mereka tak berdaya. ''Jika kalian memang terlalu bodoh, lebih baik pergi dan tinggalkan kediamanku. Lagi pula keberadaan kalian tidak dibutuhkan disini!"
Akhirnya tabib-tabib pun bergegas mendekat ke arah pembaringan Jenderal Wang, mereka membantu untuk membangunkan tubuh pria paruh baya itu. Wang Taoran membuka kotak kecil yang berada di tangannya, hal itu tentu saja tak lepas dari pengamatan kedua orang wanita yang begitu dia cintai. Selir Xin Qian dan juga Nyonya Wang saat ini berjalan, untuk melihat apa yang akan dilakukan oleh bocah itu.
"Apa yang akan kau lakukan, nak?" tanya Nyonya Wang sambil menatap ke arah Wang Taoran.
"Bahkan jika harus bertarung dengan dewa kematian sekalipun, aku akan membawa kembali kakek! Dia akan sembuh!" ucapnya dengan sangat yakin. Tangan mungilnya segera mengambil satu persatu jarum perak yang berada di dalam kotak itu, kemudian menusukkannya ke dalam titik-titik tertentu, yang berada di dalam tubuh Jenderal Wang.
"Tuan muda!" salah seorang tabib berteriak ke arah Wang Taoran, tapi bocah itu langsung melotot, hingga membuat tabib itu hanya bisa menelan salivanya. Dia tak mampu mengucapkan apa yang saat ini ada di dalam kerongkongannya. Wang Taoran benar-benar melakukan hal gila, dia menusukkan jarum itu bukan pada titik-titik yang seharusnya, melainkan berlawanan.