NovelToon NovelToon
Masinis, I Love You!

Masinis, I Love You!

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta setelah menikah / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / EXO / Suami ideal / Istri ideal
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Redchoco

Pernikahan Serena dan Sabir terjalin karena keduanya sepakat untuk pulih bersama setelah dikhianati kekasih masing-masing. Terbiasa berteman selama ini membuat perasaan cinta tumbuh serta-merta. Namun, di saat semua nyaris sempurna, Tuhan memberikan Sabir cobaan dalam urusan kerja. Di mulai dari sini, akan mereka temukan arti cinta, pertemanan dan keluarga yang sebenarnya.

Mari, ikuti lika-liku perjalanan Bapak Masinis dan Ibu Baker yang ingin menjadi pasutri apa adanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redchoco, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25. Jepretan kamera

Di lain tempat, Sabir sedang bersama crew yang tadi satu perjalanan dengannya. Mereka sedang makan bersama di salah satu saung, menikmati suara rintik hujan yang jatuh ke atap.

"Mas Sabir, nungguin siapa, sih?" tanya salah satu Prami kereta. Name tag-nya bertuliskan Jisika Tamara. "Saya lihat-lihat dari tadi fokus natap ponsel terus. Makanannya dianggurin."

"Apa sih lu? Suka-suka masnya dong mau ngapain," sahut Angga sang As-mas yang kebetulan satu crew lagi dengan Sabir. Ucapannya barusan langsung mendapat persetujuan rekan lain.

Jisika otomatis cemberut. "Ya maaf, mau tahu aja."

Sabir memberikan senyuman tipis. "Lagi bingung, nih. Mau ngirim pesan buat istri, tapi takut ganggu."

"Yaelah, Bang. Sama istri sendiri masa' sungkan?" Regita adalah prami KA yang sudah lama kenal dengan masinis satu itu. Makanya ia santai saja menyeletuk, "Kalau istri orang, baru masnya wajib bingung."

Semua orang langsung tertawa, termasuk Sabir sendiri. Kecuali Jisika yang memilih tersenyum saja. Nampak sekali tidak senang dengan pembahasan ini.

"Ya memang istri orang kan yang Mas Sabir hubungi?" Belum sempat Sabir protes, Mayang langsung melanjutkan, "Kan, Mas Sabir juga orang."

"Bener juga." Sabir terkekeh.

"Emang Abang mikirin apa, sih, Bang? Sampai ragu-ragu gitu hubungi Mbak Eren?" tanya Regita, lagi. Saking akrabnya dengan sang masinis, ia sudah mengenal pula siapa istrinya. Beberapa kali suka mampir ke bakery milik Serena, dan Regita paling suka dengan Cinnamon Bun yang dijualnya.

"Enggak tahu, bingung aja mau bilang apa."

"Waduh, Abang perlu arahan ini!" Regita langsung menarik lengan baju, seakan siap memberi materi pembelajaran mengenai lokomotif kereta kepada junior yang baru masuk kerja.

"Gini, Bang. Sebagai perempuan, aku tuh tau banget apa yang kami para perempuan inginkan dari pasangan kami. Jujur aja, nih, ya. Aku kalau sama pacarku enggak muluk-muluk. Udah ditelpon, terus ditanyai gimana harinya, Sayang? Ada penumpang yang resek enggak tadi? Malam ini rencananya mau makan apa? Biar Mas kirimin, ya. Hal-hal kecil begini ya, udah berarti banget buat kami. Jadi, Abang enggak perlu mutar-mutar otak untuk sekadar bikin pantun atau puisi menye-menye demi ngambil hati yang tersayang. Enggak usaaaahhhh! Beneran, deh. Jadi enggak perlu pusing. Gih, sana telpon Mbak Eren."

Seakan belum puas memberi penjelasan pada senior, Regita dengan berani mendorong bahu pria itu.

"Sana, Bang. Telponan yang jauh, ya. Jangan di depan kami yang lagi makan ini. Bisa muntah dengar keuwuan, nanti."

Lagi-lagi semua orang tertawa, kecuali Jisika. Sang puan malah mengasyikan diri dengan ponsel yang entah diketuknya berulangkali. Entah mengirim pesan, entah berbuat hal lain.

"Regi, kamu ini nggak sopan ya sama senior," celetuk Jisika kemudian.

"Yang kayak kamu ini pantasnya bergaul sama kanebo kering, Jis. Kaku amat. Orang cuma bercanda. Lagian, Mas Sabir biasa aja, tuh. Iya, kan, Mas?"

Yang ditanya mengangguk sambil senyum.

"Udah, Mas. Sana, sana, hush! Yang lagi bucin, wajib jaga jarak. Kita yang lagi galau, nggak boleh kena dampaknya."

Mau tidak mau, Sabir beranjak juga—sebab sudah diusir berkali-kali oleh Regita. Menembus hujan, ia mencari saung kosong yang tidak ada orangnya. Cukup menekan lama pada angka satu, ia dalam panggilan untuk Serena.

"Kok, enggak diangkat, ya?" Tangannya menyentuh hujan yang menetes pelan dari atap saung, sudah mau reda.

"Apa lagi sibuk?"

Bermenit-menit menunggu, masih juga tak ada jawaban. Akhirnya Sabir menyerah. Barangkali, Sabir tidak tahu, jika istrinya saat ini sedang sibuk bernostalgia dengan seseorang yang hadir dari masa lalu, mengabaikan ponselnya yang berada dalam mode hening.

***

"Jadi, Mas Janu sekarang udah jadi chef?"

"Iya lah! Udah ada restoran sendiri, lagi."

"Ih, sombongnya!"

Janu tertawa renyah, menikmati raut kesal sang puan di hadapannya.

"Aku pulang ke sini bentar doang, tapi entah kenapa mama sibuk banget sampai bersihin rumah lama buat aku tempati."

"Mau berapa lama di sini, Mas?"

"Dua minggu, atau sebulan lah paling lama. Niat awal cuma mau ke Surabaya, hadir ke pernikahan temanku. Habis itu mau balik lagi ke Aussie."

"Pernikahan aku kemarin Mas enggak datang, ya? Padahal aku undang, lho, ke Bu Retno."

Janu tersenyum.

"Iya, nih. Kemarin enggak sempat. Maaf banget, ya. Semoga langgeng sama... Sabir, ya?"

"Iya, Aamiin. Ngomong-ngomong, Mas Janu masih ingat Sabir enggak, sih?"

"Ingat, kok." Dia mengangguk, lalu mengalihkan topik, "Sebagai baker udah banyak banget dong roti yang kamu bisa buat?"

Serena pun tergiring untuk membahas ini. Padahal, sebelumnya ia hendak menceritakan tentang suaminya yang diam-diam ia banggakan.

"Lumayan lah. Tapi jujur aja aku masih kesulitan membuat satu hal."

"Oh ya? Apa itu?"

"Sourdough. Aku enggak tahu salahnya di mana, tiap kali bikin, hasilnya enggak sama dengan yang aku coba sewaktu di Prancis."

"Mungkin proofing-nya kurang lama? Atau ada yang salah sama raginya."

"Aku pakai starter, kok. Apa iya di waktu proofing, ya? 12 jam udah lama enggak, sih?"

Janu langsung membulatkan mulutnya seakan berkata : di sini letak kurangnya.

"Aku biasanya kalau buat sourdough, wajib proofing 16 jam, Ren. Kunci dalam membuat roti yang satu ini memang di kesabaran, kalau terburu-buru, hasilnya ya pasti enggak bagus."

Serena lantas manggut-manggut, mulai mengerti ia masih kurang belajar.

"Aku bisa kok bantu kamu bikinnya kalau kamu mau."

"Oh ya?" Serena langsung berbinar. Sejurus kemudian kembali santai. "Eh, tapi enggak usah, deh. Takut ganggu. Kamu kan sibuk, ya."

"Kalau buat kamu, aku bisa sempat, kok. Gimana kalau besok?"

"Lihat nanti dulu, ya. Aku enggak tahu keadaan besok." Serena tak sengaja melirik ponsel yang tadi ia letak di kursi sebelahnya, dan kaget sekali begitu menemukan enam belas panggilan tidak terjawab dari suaminya.

"Ya sudah. Besok aku datang lagi ke sini." Janu meletakkan buku yang tadi diambilnya ke tempat semula.

Serena berdiri untuk mengantarkan Janu ke luar toko, untung saja hujan sudah reda.

"Aku pulang, ya, Ren. Ngomong-ngomong, Bluder-nya enak. Sesuai rekomendasi Mamaku."

Serena hanya tersenyum.

"Aku boleh peluk kamu enggak, sih?"

"Eh?"

Belum lagi diberi izin, Janu telah lebih dulu memeluknya. "Ngelihat kamu, aku rasanya kayak punya adik cewek, Ren. Sewaktu di Aussie, aku sering keingat sama anak SMP yang tiba-tiba mulung sampah, entah buat apa. Sekarang kamu sudah dewasa, dan aku rasanya seperti melihat adik kecilku tumbuh dewasa dengan sangat baik. Kamu sehat selalu, ya."

Serena yang terbawa suasana, memeluk balik. "Aku juga udah nganggep kamu kayak kakak kandung, tau." Walaupun dulu ia melihatnya sebagai crush ganteng yang suka main futsal di taman komplek saat libur dari pesantren. Tapi sekarang, Serena tidak punya perasaan apa-apa lagi.

Keduanya berpelukan selama beberapa detik lamanya.

Cekrek.

***

1
Mamaqilla2
tumben belum update kaka
Mamaqilla2
𝒘𝒊𝒅𝒊𝒊𝒊𝒊𝒉 𝒌𝒆𝒓𝒆𝒏 𝒂𝒉 𝒑𝒂𝒌 𝑺𝒂𝒃𝒊𝒊𝒊𝒓𝒓𝒓𝒓 😍
𝒂𝒌𝒖 𝒚𝒈 𝒃𝒂𝒄𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒋𝒂 𝒎𝒍𝒆𝒚𝒐𝒐𝒐𝒕𝒕... 𝒂𝒑𝒂𝒍𝒈𝒊 𝑺𝒆𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒉𝒊𝒉𝒊 😂
𝒃𝒂𝒊𝒌𝟐 𝒚𝒂 𝒉𝒖𝒃𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒍𝒊𝒂𝒏.. 𝑺𝒖𝒌𝒂 𝒃𝒂𝒏𝒈𝒆𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒑𝒂𝒔𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒊 𝒘𝒂𝒍𝒂𝒖𝒑𝒖𝒏 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒏𝒐𝒗𝒆𝒍 𝒕𝒑 𝒌𝒆𝒌 𝒏𝒚𝒂𝒕𝒂 𝒂𝒔𝒕𝒂𝒈𝒂𝒂𝒂 🥰
𝒔𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒐𝒕𝒉𝒐𝒐𝒓 𝒖𝒑𝒅𝒂𝒕𝒆𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 ❤
Mamaqilla2
𝒔𝒆𝒎𝒐𝒈𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒊𝒌𝒂𝒉𝒂𝒏 𝑺𝒆𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝑺𝒂𝒃𝒊𝒓 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒃𝒂𝒊𝒌𝟐 𝒔𝒂𝒋𝒂..
Mamaqilla2
𝑺𝒂𝒃𝒊𝒓 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒎𝒂𝒉 𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒆𝒍𝒂𝒌𝒊 𝒊𝒅𝒂𝒎𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒏𝒈𝒆𝒕... 🤗
𝒌𝒆𝒌 𝒈𝒂𝒓𝒆𝒍𝒂 𝒌𝒂𝒍𝒐 𝑺𝒂𝒃𝒊𝒓 𝒕𝒆𝒓𝒔𝒂𝒌𝒊𝒕𝒊 𝒉𝒊𝒚𝒂𝒂𝒂𝒂 𝒉𝒂𝒉𝒂𝒉 😂
dewi
keren pak sabir
Mamaqilla2
Ningsih kah yg motret mereka??
duuuuh apakah akan terjadi huru hara 🤔
Mamaqilla2
hwaaaaa saingannya si Sabir dah muncul 😂
Mamaqilla2
wkkwkwkkwwk ngakak di akhir 🤣
Mamaqilla2
apa mungkin Cindy sebenrnya menaruh hati sm Sabir.. hmmmb
Mamaqilla2
keren ceritanya baru mampir thor 🥰
Redchoco: terima kasih, semoga betah :)
total 1 replies
Mamaqilla2
selalu suka kalo ada novel berbau abneg 🥰
Protocetus
Kunjungin ya novelku Bola Kok dalam Saku
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!