Dijual Suami, Dinikahi Kakak Ipar (Mafia Dan Perawat Muslimah)

“Astaghfirullahal 'adziim ...,” refleks Emelia ketika menghampiri keramaian di depan rumah Kenzo, tapi itu justru Kenzo yang sudah terluka parah.

Emelia terdiam lemas. Kedua tangannya refleks membekap mulut, sedangkan air mata yang bahkan belum kering, kembali mengalir deras membasahi pipi. Kenzo yang dibopong Leo sudah tak sadarkan diri padahal luka kemarin saja belum sembuh.

Meski paham, dan memang sudah menduga kejadian layaknya kini akan terjadi. Kejadian di mana Kenzo lagi-lagi terluka parah. Atau malah, Kenzo pulang tanpa nyawa dan fatalnya hanya tinggal nama. Tetap saja, Emelia merasa sangat terluka. Luka-luka Kenzo sekaligus kenyataan Kenzo yang sekarat menjadi alasan seorang Emelia merasakan semua luka itu. Hati Emelia remuk redam, tapi lagi-lagi Emelia mencoba tegar. Emelia memaksa dirinya dan sebisa mungkin berguna bagi Kenzo. Bagaimanapun caranya, Emelia akan mengupayakannya.

Tepat pukul dua pagi ketika Emelia memastikan waktu di jam klasik berdiri yang ada di ruang tengah lantai bawah. Leo tetap memboyong Kenzo seorang diri. Sementara empat mafia yang awalnya berjaga di rumah, langsung berbondong-bondong ke ruangan di sebelah lift.

Rumah Kenzo memang sangat besar dan sampai ada lift-nya. Meski pembangunan di sana terbilang baru selesai dan rumah pun belum disertai perabotan. Karena tempat tidur yang Alesha dan Emelia saja benar-benar baru dibeli ketika keduanya diantar ke sana oleh Kenzo. Di ruangan Kenzo diboyong memiliki fasilitas kesehatan lengkap layaknya ruang operasi di sebuah RSUD. Emelia berpikir, keadaan itu sengaja dibuat karena memang sangat berguna ketika para mafia khususnya Kenzo sedang terluka parah layaknya sekarang. Terlebih separah apa pun luka Kenzo dan mafia lainnya, mereka tidak mungkin menjalani pengobatan di tempat umum. Karena andai mereka menjalani pengobatan di tempat umum dengan luka-luka mereka yang sangat fatal, nasib mereka maupun mafia tempat mereka bernaung bisa terancam. Yang Emelia tangkap begitu, hingga separah apa pun luka Kenzo dan mafianya, mereka akan melakukan pengobatan secara mandiri.

“Bertahan, Kak! Kakak harus kuat! Sehat-sehat!” batin Emelia mencoba ikut serta membantu, tapi mafia di sana tak mengizinkannya ikut serta.

“Mbak istirahat saja. Tidur dengan Alesha!” tegas Leo yang kemudian mengabarkan kepada Emeli, bahwa Mir tetap jaga-jaga di rumah maupun pondok pesantren orang tua Emelia.

••••

Sudah dua pekan dari Kenzo yang pulang dalam keadaan sekarat. Sampai sekarang, Kenzo masih terbaring di ruang kesehatan. Kenzo yang belum sadarkan diri masih mengandalkan alat bantu kesehatan. Kendati demikian, semua mafia di sana dan jumlahnya ada lima orang dengan Leo optimis, Kenzo akan sembuh.

Dua pekan berlalu, Emelia masih tinggal di rumah Kenzo. Namun hari ini, Emelia ada jadwal sidang perceraian. Selain itu, Emelia juga akan menjadi saksi kasus perzinahan antara Clara dan Endah. Akan tetapi, selain Endah yang belum diketahui keberadaannya, kesehatan mental Clara juga agak terganggu.

Terhitung sejak kejadian kepala Anis menggelinding mengenai kaki Clara, Clara jadi sering histeris. Clara selalu bertingkah layaknya orang tidak waras. Selain itu, Clara juga tak hentinya bertingkah mengungkap kejahatannya terhadap hubungan Endah dan Emelia. Begitupun dengan rencana pembunuhan yang akan Clara lakukan ke Emelia dan sampai melibatkan Anis di dalamnya. Hingga orang-orang dengan sangat mudah menguliti apa yang sebenarnya terjadi. Mereka bahkan Emelia sangat yakin, Clara yang memang bukan orang baik-baik, dari awal sengaja mengincar harta Endah. Terbukti sesuai pengakuan Clara sekarang di hadapan persidangan yang masih berlangsung, wanita itu tak segan menghancurkan rumah tangga Endah maupun Emelia. Karena Clara tak segan berusaha melenyapkan nyawa Emelia.

“Mas, selanjutnya saya serahkan ke Mas Narendra saja, ya! Lagian, sepertinya kasus Clara akan buntu karena terdakwanya saja enggak waras gitu. Satunya minggat belum ketemu, satunya lagi jadi ODGJ,” ucap Emelia yang sengaja merundingkannya dengan sang pengacara.

“Jangan menyerah, Mbak. Jangan lengah, takutnya dia memang sengaja bikin semuanya percaya bahwa dia ODGJ. Agar dia bisa menghindari hukuman. Kita sama-sama pantau saja,” ucap mas Narendra selaku pengacara yang Kenzo tunjuk untuk membantu Emelia menyelesaikan kasusnya. Pria yang juga merupakan kembaran mamanya Alesha itu memperlakukan Emelia dengan sangat santun.

“Bener juga sih. Di era sekarang memang makin sulit membedakan mana yang benar-benar waras, dengan mana yang sebenarnya enggak waras,” lirih Emelia.

Meski pengakuan Clara membuat persidangan kali ini menyimpulkan wanita itu bersalah. Hakim berdalih akan menjadwalkan pemeriksaan kejiwaan Clara. Alasan tersebut pula yang membuat Emelia tidak mau berharap pada kasus perzinahan antara Clara dan Endah. Namun karena sidang kasus tersebut juga, mereka jadi tahu, bahwa Clara sudah merencanakan pembunuhan kepada Emelia.

“Omong-omong mengenai Anis, kematiannya sangat misterius. Dia meninggal dengan sangat mengenaskan. Tubuh remuk, bahkan kepalanya saja sampai terpisah dari tubuh. Polisi tidak bisa mengungkap penyebab kematiannya. Karena selain tidak ada CCTV di sekitar, saat kejadian pun, Jakarta diguyur hujan hingga keesokan harinya. Sementara Clara yang menemukan tubuh Anis, malah kurang waras. Namun, aku curiga pelaku ya masih mafia kak Kenzo, atau malah kak Kenzo sendiri yang melakukannya,” batin Emelia yang sampai detik ini masih tidak menyangka, seorang Anis memiliki hubungan istimewa dengan Clara.

“Curiganya, pas kejadian Clara dan mas Endah periksa kehamilan, sebenarnya Anis juga sudah bersekongkol dengan Clara. Apa-apaan, sok-sokan simpati kepadaku, ternyata dia malah sekutunya Clara!” batin Emelia jadi kesal sendiri.

“Dari sini aku jadi belajar, siapa pun bahkan itu orang terdekatku, memang wajib dicurigai!” batin Emelia lagi.

Setelah diantar Leo ke rumah Khalisa selaku mamanya Alesha, Emelia sengaja memboyong Alesha. Sementara mas Narendra dan sang calon istri, turun karena selama di Jakarta, keduanya memang tinggal di rumah Khalisa. Selama mengurus kasus Emelia, mas Narendra memang ditemani calon istrinya. Keduanya jauh-jauh dari kampung dan sampai menginap di rumah Khalisa, hanya untuk membantu Emelia menyelesaikan kasusnya.

“Onty Lia, ... Papa sudah sembuh, kan?” rengek Alesha kepada Emelia yang duduk di sebelahnya.

Emelia yang awalnya tengah melamun, refleks tersenyum kemudian merangkul Alesha. Betapa bahagianya mereka karena saat sampai rumah, Kenzo sudah duduk selonjor di ranjang rawatnya.

“Papa ... Papa sudah sembuh? Pa, aku juara kelas, Pa! Liburan sekarang, aku mau nginep di sini ya. Aku sudah bawa banyak pakaian ganti, mainan, termasuk buku pelajaran!” heboh Alesha benar-benar cerewet.

“Aku boleh peluk Papa, enggak?” lanjut Alesha sengaja izin.

Kenzo yang tidak banyak bicara, berangsur mengangguk. Ia membiarkan Alesha memeluknya, tapi tatapannya langsung tertuju kepada Emelia. Emelia membalasnya dengan senyum hangat. Mata Emelia basah dan Kenzo yakini karena menahan tangis.