NovelToon NovelToon
Ragaku Milik Suamiku Tapi Hatiku Milik Dia

Ragaku Milik Suamiku Tapi Hatiku Milik Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Duda / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Heni Rita

Cinta Devan atau biasa di panggil Dev. begitu membekas di hati Lintang Ayu, seorang gadis yang sangat Dev benci sekaligus cinta.

hingga cinta itu masih terpatri di hari Lintang meski dirinya sudah di nikahi seorang duda kaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heni Rita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di Paksa Melakukan Hubungan Intim

"Dasar gadis tidak punya malu! Dikasi hati malah minta jantung!!"

Plak!

Tamparan keras mendarat di pipi Nabila.

Nabila jatuh terjengkang saking kagetnya.

"Ini tidak seperti yang kamu sangka, Pak Dev! Dengarkan aku dulu!!" Nabila mencoba membela diri.

Devan berdiri sambil berkacak pinggang dengan pakaian terkoyak, karena Nabila mencoba memaksanya untuk berhubungan intim. Berdalih mengajak Devan ke hotel untuk mengambil sesuatu yang penting. Nabila tenyata ingin melampiaskan hasratnya pada Devan.

"Oh ya? Lantas apa? Pantaskah gadis berpendidikan sepertimu, berbuat serendah ini?"

Nabila mencoba memasang tampang galak, menantang.

"Apa salah saya? Kita sudah sama- sama dewasa dan mengerti! Bapak jangan munafik!"

"Dengar! Saya tak mau ribut disini, sekarang pake bajumu. Aku akan antar kamu pulang, apa kamu tahu? Aku sangat menghormati ayahmu!" Dengus Devan.

Nabila menarik nafas berat.

"Lagipula kamu itu cantik dan pintar. Kalau kamu memang membutuhkan itu, menikahlah dengan pria baik- baik." ujar Devan dengan amarah yang kian memuncak. Bagaimana bisa gadis muda secantik Nabila sudah mengenal itu begitu jauh.

Apakah Pak Bowo mengetahui kelakuan putrinya? Batin Devan.

Nabila tampak menahan nafas mendengar perkataan kasar Devan. Lalu dia bangkit dari tempat tidur berjalan melenggang sambil memegangi pipinya yang memerah karena tamparan Devan.

"Aku akan balas semua ini, Pak Dev" bisik Nabila ke telinga Devan.

Devan bergerak menjauh

Dengan nafas tersengal, Devan berusaha tenang menghadapi perlakuan Nabila yang mencoba melecehkannya. Dengan paksa gadis itu meraba- raba bagian sensitifnya.

Membuat Devan kewalahan menghadapi nafsu birahi gadis itu.

Bagaimana mungkin dirinya melayani putri atasannya. Pak Bowo orang yang paling Devan hormati di kantor. Apa jadinya jika semua itu terjadi. Tentu nama baiknya akan tercoreng. Sebagai karyawan yang berprestasi dan di hormati oleh sesama karyawan di kantornya, Devan tidak mau namanya tercoreng, hanya karena ulah gadis yang kini berdiri di hadapannya dengan tubuh polos dan mulus tanpa busana itu.

"Ayolah Pak Dev, layani aku sebentar saja," Nabila semakin menjadi, nafasnya kian memburu.

Tidak! Lepaskan saya!" Tolak Devan sambil menahan tangan Nabila yang bergerak- gerak ingin menggapai letak keperkasaan Devan.

"Ayolah Pak. Bapak jangan berlagak sok alim, aku tahu, bapak juga menginginkannya," racau Nabila, gadis itu semakin liar.

"Terserah apa katamu. Tapi, sekali lagi aku tekankan, jangan coba- coba menyentuhku! Atau aku bisa berbuat buruk terhadapmu!" Devan memberi peringatan keras pada Nabila.

"Aku akan bayar Bapak," ucap Nabila sambil meraba dada Devan dengan penuh gairah.

Devan membelalak mendengar ucapan konyol gadis itu. Detik selanjutnya. Devan bergerak menjauh, berniat pergi dari kamar hotel itu, amarahnya meledak. Gadis itu bukan saja menghinanya tapi juga merendahkan harga dirinya sebagai seorang lelaki. Gadis itu menganggap dirinya lelaki pemuas nafsu yang bisa di bayar dengan rupiah. Tentu saja Devan tidak terima.

Nabila, perempuan ke tiga yang memaksa Devan untuk melakukan hubungan intim.

Dulu tante Saraswati ibunda dari mantan kekasihnya Sania, istri seorang perwira polisi yang memaksa Devan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Kedua Tante Anna, dan sekarang gadis nakal ini.

Meski Devan sudah terbiasa bercinta dengan istri orang, Tapi Nabila? Devan tidak mau mengecewakan Pak Bowo, pria itu sudah mempercayakan Nabila padanya. Dan tidak mungkin Devan memenuhi permintaan gila gadis ini.

Sial. Pintu kamar hotel ternyata terkunci. Devan kemudian berbalik dan berjalan mendekati Nabila.

"Berikan kuncinya!" bentak Devan.

"Tidak! Aku akan berikan, kalau Bapak mau tidur denganku!" Tantang Nabila.

Devan menghembus nafas kasar. Nabila berdiri tanpa busana, memperlihatkan setiap bagian lekuk tubuhnya yang memang menggoda. Membuat junior milik Devan perlahan ukurannya membesar.

Mana ada lelaki yang tahan melihat pemandangan indah di depan mata.

Nabila lalu merubuhkan tubuhnya, terlentang di depan Devan.

Jakun Devan turun naik, tubuhnya membeku.

"Dengar, kalau Bapak tidak mau melayaniku. Aku akan bilang sama Papi. Bahwa Bapak akan memperkosaku di hotel ini," ancam Nabila seraya meraih ponselnya dan mengarahkan layar ponsel yang menunjukkan nomer ayahnya pada Devan.

Devan tercengang dengan mata melotot. Keringat dingin mengucur di dahinya. Tubuhnya gemetaran dengan nafas sesak karena syok.

"Jangan! Awas kalau berani melakukan itu!" bentak Devan sambil mendekati Nabila yang terbaring di atas kasur empuk.

Dengan cepat Nabila meraih tubuh kekar itu.

Kini tubuh gadis yang sudah di penuhi kabut gairah itu, sudah menindih tubuh Devan, Tak mau kehilangan momen itu. Nabila secepatnya bergerak mencumbu Devan penuh gairah.

Malam itu, dengan terpaksa Devan melayani hasrat Nabila. Gadis muda yang ternyata lebih liar dari Tante Saraswati. Permainan ranjang Nabila sungguh di luar dugaan Devan. Gadis itu mampu membuat Devan merasakan sensasi yang luar biasa.

Di umurnya yang masih muda. Nabila terbilang sudah berpengalaman melakukan hubungan suami istri. Tidak seperti gadis yang biasa ia kencani sebelumnya. Mereka masih suci dan kaku. Saat Devan mengambil keperawanannya, berbeda dengan Nabila. Gadis itu pintar memuaskan lawan jenisnya.

Setelah melakukan itu. Devan terlihat lemas dan tak berdaya berbaring di sisi Nabila. Gadis itu masih mencumbuinya. Meski Devan sudah melayaninya dengan tenaga ekstra. Sepertinya Nabila gadis hiper yang tidak puas dengan satu lelaki.

"Pak Dev. Aku akan berikan apa saja yang bapak minta. Hartaku banyak. Dan aku bisa minta apapun pada Papi, kalau bapak ingin sesuatu. Mobil, rumah atau apa saja. Aku akan berikan itu semua, asal ... "

Devan melirik Nabila dengan ekor matanya.

"Asal apa? Aku tidak butuh hartamu! Aku melayani mu, karena kamu mengancam ku!" Bentak Devan seraya bangkit dari tempat tidur dan memunguti pakaiannya yang berserakan dilantai.

Nabila tersenyum puas.

"Berikan kuncinya, aku mau pulang!"

"Kenapa buru- buru, aku belum selesai bicara," ucap Nabila. Gadis itu kemudian bangun dan meraih selimut untuk membungkus tubuhnya. Lalu berjalan pelan mendekati Devan.

"Pikirkan sekali lagi, tawaranku ini."

Kemudian Nabila mengambil sesuatu dari tasnya. Sebotol minuman keras dan rokok diambil dari tasnya.

Kemudian meneguknya lalu duduk di sofa menyalakan rokok sambil menyorot tajam wajah Devan.

"Bapak begitu tampan, apa bapak sudah punya pacar?"

Devan cepat mengenakan pakaiannya mengacuhkan pertanyaan Nabila.

***

Dua Minggu hidup berumah tangga dengan Herman, Ayu selalu di manjakan, meski dirinya belum sepenuhnya menerima Herman sebagai suaminya.

Bahkan mereka berdua tidur terpisah, Herman tidur di sofa, Ayu tidur di kamar.

Meski begitu, Herman sangat menghormati keputusan Ayu.

Ayu belum siap untuk berhubungan badan dengan Herman. Dan dengan sabar, Herman menerima keputusan istrinya itu.

Sudah satu bulan, Ayu menjalani bahtera rumah tangga bersama Herman. Dan Ayu akui, Herman pria penyabar dan perhatian.

Tapi tetap saja sikap penyabar suaminya itu, belum bisa meluluhkan hati Ayu sampai saat ini. Bahkan Ayu juga belum bisa menerima Salsa sebagai putri sambungnya.

Itulah mengapa, Herman memilih menitipkan putri si mata wayangnya pada ibunya di kampung. Terlebih, Salsa tidak mau berjauhan dengan neneknya.

Pagi itu, seperti biasa setelah suaminya pergi, Ayu bergegas pergi ke dapur.

Tapi entah mengapa, beberapa akhir ini. Ayu merasakan sakit kepala, mual- mual dan lemas.

Padahal Ayu tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah karena ada dua pelayan di rumah itu.

Ayu sering merasakan gejala aneh.

"Ya Allah ...kepalaku sakit sekali." Ayu merasakan pening tiap mencium bau nasi.

"Bi ...tolong jauhkan nasi ini, aku gak kuat baunya!" Ayu menyuruh Bi Warsih untuk menyingkirkan sepiring nasi yang tersaji di hadapannya.

"Kenapa Neng? Bau ya?" Sahut Bi Warsih.

"Iya Bi. Aku gak tahan baunya, entah kenapa beberapa hari ini. Aku mual kalau mencium aroma nasi."

Bi Warsih lantas tersenyum kecil.

"Ah, itu mah biasa atuh Neng," goda Bi Warsih.

"Biasa kenapa Bi?"

Bi Warsih mesam- mesem seraya memperhatikan wajah pucat Ayu.

"Kenapa Bi senyam- senyum, ada yang lucu?" Tanya Ayu, heran dengan sikap Bi Warsih.

"Neng. Neng pasti sedang hamil," terang Bi Warsih.

Sontak kedua mata Ayu terbeliak.

"Apa? Hamil?"

"Iya Neng. Sepertinya Neng sedang hamil."

"Tidak!" Tubuh Ayu seketika lemas, kedua matanya berkunang- kunang.

"Neng!" Beruntung Bi Warsih sigap menangkap tubuh Ayu.

Ayu tak sadarkan.

"Neng ...!" Bi Warsih menjerit histeris mendapati majikannya yang terkulai lemas di lantai.

Dari arah depan, satu pelayan yang lainnya berlari kecil menghampiri Bi Warsih.

"Ada apa Bi?" Tanya Maesaroh, salah satu pelayan yang lebih muda dari Bi Warsih.

1
Abel_alone
tetap semangat 🌹🌹🌹🌹
Luna Sani: Terima kasih kak ..🙏😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!