They Are Not Your Baby

Sesuai janjinya, Fira beserta kedua anaknya sedang bermain ditaman rumah sakit ditemani juga oleh Ghama. Vino masih menggunakan kursi roda sesuai anjuran rumah sakit, sedangkan Vina sedang duduk, dia kelelahan habis berlari mengejar penjual es cream keliling.

Kini penjual itu dibayar Ghama untuk menemani putrinya. Dia tidak ingin putrinya berlari sembarangan lagi, sudah berkali-kali Fira menolaknya tapi sifat keras kepala Ghama tidak bisa menerima penolakan Fira.

"Seharusnya kamu tidak harus membayar penjual itu untuk menetap disini" ucapnya menatap Ghama.

Ghama balas menatapnya, "Aku tidak ingin melihat putriku berlari mengejar penjual es cream, lagipula mereka terlihat bahagia" sahutnya tersenyum.

"Ghama terimakasih__" serunya membuat Ghama penuh tanya.

Dia kemudian beralih menatap sikembar, "Aku sudah tahu kamu yang membayar biaya rumah sakit Vino, aku akan membayarmu nanti ketika aku sudah memiliki uangnya.." sambungnya kembali menatap Ghama.

"Kamu tidak perlu membayarnya" sendu Ghama. Lelaki itu merasakannya, perasaan dimana Fira menjaga jarak darinya bahkan Fira seperti berusaha menjauhkan dirinya dari kedua anak itu. Padahal Ghama baru saja menemukan mereka tapi kini Fira malah ingin pergi lagi darinya.

"Fira, apa aku buruk?" tanya dia.

"Apa maksudmu?" sahut Fira yang juga bertanya.

"Lantas kenapa kamu mau menjaga jarak dariku, kenapa juga kamu tidak ingin memberitahukan Vina jika aku ayahnya, apakah kamu takut jika aku merebut mereka darimu__" perkataan Ghama terjeda.

"Iya, aku takut" sambarnya menjeda perkataan Ghama.

"Kenapa Fira?" ucapnya lanjut bertanya. Hati Ghama sedikit merasakan sakit, apa hanya itu yang ada dipikiran Fira?. Merebut Vino dan Vina?. Hal itu tidak pernah berani dia pikirkan, karena selama lima tahun ini yang dicari Ghama adalah Fira, bukan kedua anaknya yang tidak dia ketahui kelahirannya. Begitu juga saat ini, Ghama menganggap kedua anak itu adalah anugerah baginya, sedangkan Fira adalah hal yang paling dia inginkan.

Meski malam itu hanyalah kesalahan tapi kejadian itu terlalu membekas bagi Ghama, hingga menjadi obsesi yang membuatnya terus mencari keberadaan Fira. Setelah menemukan Fira dia jadi tahu bahwa kini statusnya adalah seorang ayah. Dia tidak pernah sekalipun memiliki keinginan untuk merebut kedua anak itu, meski ibu nya sangat menyukai mereka.

"Kamu tidak buruk Ghama, aku hanya egois... Aku tidak ingin jika kedua anakku, tiba-tiba menjadi anak orang lain. Meski kamu adalah ayah kandung mereka, tapi selama ini kamu dimana? Apa kamu pernah menjaga mereka? Menjaga Vino disaat-saat dia benar-benar kesakitan karena penyakit ginjalnya? Apa kamu tahu jika Vina sangat takut guntur?" sahutnya membuat Ghama tersentak.

"Fira aku..." lagi-lagi perkataan Ghama terjeda.

"Kamu tidak tahu apapun, setelah aku membayar lunas hutangku padamu, kita tidak memiliki hubungan apapun.." sambungnya lekas pergi meninggalkan Ghama.

Ghama menatapnya, dia tidak berani mengejar Fira karena perkataan wanita itu tidaklah salah.

"Om Ghama, apa kamu mencintai ibuku?" tanya Vino mengalihkan perhatian Ghama.

Dia langsung berbalik menatap bocah kecil dikursi roda itu, "Tentu saja" tegasnya.

"Meski aku tidak tahu apa yang terjadi diantara kalian, aku hanya tahu jika Nana menginginkan ayah kandungnya. Sebagai saudara kembarnya aku ingin dia bahagia, kalian berdua harus bersama__" Jelas Vino.

"Bagaimana caranya? Ibumu saja menolakku dengan keras. Dia bahkan ingin menjauhkan kalian dariku" sendu Ghama.

"Om nikahi saja dia" tuturnya.

-

Sementara Fira berlari sambil menyeka air matanya, dokter Ibnu tanpa sengaja melihatnya. Dia jadi mengikuti Fira karena khawatir dengannya tapi langkah kaki Ibnu berhenti tatkala Fira sudah memasuki toilet wanita.

Fira mencuci wajahnya lalu bercermin, "Apa sikapku terlalu buruk padanya, masa bodoh lah lagipula itu kebenarannya" dia menepuk-nepuk kedua pipinya.

Wanita yang sudah selesai membersihkan wajahnya itu keluar, dia sempat dibuat kaget karena Ibnu menunggunya didepan sana.

"Fira kenapa kamu berlari? apa kamu terluka?" tanya Ibnu.

"Aku baik-baik saja" sahutnya

"Jangan berbohong Fira, aku melihatnya kamu tadi menangis. Katakan padaku apa karena Ghama? Apa dia ingin merebut sikembar darimu?" Ibnu memegangi kedua bahu Fira.

"Jadi kamu sudah tahu" kagetnya.

"Aku juga baru tahu kemarin saat Ghama menceritakan segalanya, jujur saja aku sempat tidak percaya tapi__" ucapnya.

"Tapi apa Ibnu?" tanya Fira.

"Dia memperlihatkan hasil tes DNA dan juga parasnya sedikit mirip Vino.." jelas dokter itu padanya.

Karena Ibnu sudah mengetahuinya, Fira jadi tidak mempunyai alasan lagi untuk merahasiakan hal tersebut. Baginya Ibnu termasuk sahabat sekaligus kerabat terdekatnya saat ini. Dia menceritakan segala kejadian tepat dimalam Ibnu menyatakan cinta padanya.

"Takdir saja tidak berpihak padaku" gumam Ibnu.

"Kamu bergumam apa?" tanya Fira membuatnya bergeleng.

Sementara Fira kembali menemui kedua anaknya ditempat lain kabar tidak terduga sedang menyelimuti keluarga Andersons. Bawahan yang dipinta Kaylan untuk menjemput adik kecilnya kembali dengan tangan kosong.

"Bagaimana mungkin, kalian pasti salah mencari panti asuhan itu.. kalian harus membawa adikku kembali, kenapa kalian malah kembali dengan tangan kosong begini" pekiknya.

"Sabar Kay_" Dylan berusaha membujuknya.

"Bagaimana mungkin ini terjadi?, Dylan aku sangat yakin mereka bisa membawanya kembali tapi kenapa mereka mengatakan jika panti asuhan itu sudah terbakar.. Katakan padaku mereka pasti salah kan?" Kaylan sungguh terpukul. Lelaki itu terus saja menolak kabar yang di berikan bawahannya.

"Kalian semua boleh pergi" titah Dylan pada mereka.

Keempat bawahan mereka itu sudah pergi, tubuh Kaylan melemah. Lelaki berparas ganteng itu terduduk lemas, dia tidak ingin menerima kabar yang dibawa oleh mereka.

Dylan sudah memberi kabar tersebut pada papa dan mama nya. Rosetta beserta suami sedang pulang untuk memastikan berita tersebut. Tidak sampai 30 menit pasutri itu sudah tiba dan langsung menemui Dylan.

Rose yang baru saja tiba langsung memeluk Kaylan, "Kay yang sabar ya nak.." Rose berusaha menghiburnya meski dirinya saja sangat terpukul.

"Dylan apa yang terjadi, kenapa bisa panti asuhan itu terbakar?" tanya Jordan.

"Menurut mereka, panti itu terbakar sudah 10 tahun yang lalu pa sedangkan mengenai Eva, bawahan kita sudah menanyai rumah-rumah disekitar lokasi panti mereka mengatakan pernah melihat Eva tapi.. Mereka tidak tahu kabar Eva" jelas Dylan.

"Lanjutkan pencarian kita" pinta Jordan membuatnya mengangguk.

.......

...[19]...