Mengubah Takdirku

"Aurel, kamu benar-benar gegabah dalam hal ini." Daniel pun mengkerutkan kening juga.

Berdasarkan pemahamannya tentang Aurel, meskipun Aurel memiliki kepribadian yang kuat, dia juga tahu kapan harus bergerak maju atau mundur. Aurel tidak mungkin jatuh ke dalam perangkap orang lain secara membabi buta.

Aurel terdiam. Ya, dia memang agak gegabah, sejujurnya sekarang pun dia bingung.

Dia sama sekali tidak percaya bahwa dia membuat keputusan gegabah seperti itu hanya karena kata-kata Leon.

"Ini konyol sekali! Sekarang juga kamu beritahu Nyonya Besar bahwa kita tidak akan melakukan tugas ini! Siska menatap Aurel dengan kesal.

"Mana bisa..." Aurel tahu betul temperamen Nyonya Besar Bimasena. Jika dia menarik kata-katanya, Nyonya Besar pasti akan semakin kesal padanya.

Selain itu, jika dia menyerah atas gagasannya sendiri, jangankan urusan kalah taruhan, dia juga akan menjadi bahan tertawaan Keluarga Bimasena. Menyerah di tengah jalan bukanlah gaya Aurel.

"Aku tidak peduli bisa atau tidak! Aku juga tidak peduli apa yang kamu pikirkan, yang jelas hal ini tidak boleh dilakukan!" ujar Siska dengan tegas, tidak ada ruang untuk negoisasi.Aurel jadi murung, dia hanya ingin memercayai Leon sekali ini saja.

Namun, dia tidak menyangka akan ada penghalang sebesar ini. Mungkinkah Leon memang seperti yang dikatakan ibunya? Apakah pria itu benar-benar membawa malapetaka?

"Bu, aku yang meminta Aurel menyetujuinya," ujar Leon yang saat ini berjalan masuk. Ketiga orang di dalam tercengang. Setelah beberapa saat, Siska tampak gila.

"Bagus sekali kelakuanmu Leon, sudah kuduga, kamu memang tidak ingin Aurel baik-baik saja, bukan? Karena kamu, kami sama sekali tidak diperlakukan dengan baik oleh Keluarga Bimasena. Kami harus menanggung ketidakadilan yang tak terhitung jumlahnya selama tiga tahun belakangan ini. Sekarang dengan usahanya sendiri Aurel akhirnya berhasil membuat namanya dikenal di perusahaan. Tapi kamu malah menyesatkan Aurel hingga masuk ke dalam perangkap Jason! Katakan, apa niatmu yang sebenarnya?"

Leon menggelengkan kepalanya dengan santai lalu berkata dengan acuh tak acuh, "kali ini, Aurel tidak akan kalah taruhan."

"Apa hakmu berkata seperti itu? Dari mana kamu bisa begitu percaya diri?" tanya Siska dengan agresif.

"Karena aku adalah Leon." Leon menjawab santai, lalu berbalik dan kembali ke kamar.

"Ka... Kamu!" Siska kesal setengah mati, dia menunjuk punggung Leon dengan perasaan muak. Lebih baik dia berhadapan dengan Leon yang pecundang dulu. Setidaknya pria itu tidak akan menentangnya. Dia bisa memaki semaunya dan Leon hanya akan mendengarkannya.

Namun, hari ini Leon berani menentangnya. Apa Leon kira karena Aurel berkata tidak akan menceraikannya, dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi? Semakin memikirkannya, Siska pun semakin marah. Dia kembali membuat keputusan dalam hati. Kali ini, bahkan jika Aurel bersikeras, dia pasti akan membuat Aurel dan Leon bercerai!

Di dalam kamar,Leon menggelar tikar di lantai lalu berbaring santai di atasnya. Dia sudah melakukannya selama tiga tahun dan sudah terbiasa dengan ini.Dia dan Aurel telah menikah selama tiga tahun. Meski secara status mereka adalah suami-istri, mereka tidak berlaku layaknya suami-istri. Bahkan ketika mereka tidur, Aurel tidur di kasur sedangkan Leon di lantai.

Aurel yang pernah memandang rendah Leon, bagaimana mungkin mengizinkan Leon menyentuhnya? Aroma samar dari sabun mandi tercium, Aurel berjalan ke kamar dengan gaun tidurnya. Leon langsung menutup matanya, seolah-olah dia sedang tidur.

Suasana jadi sunyi, Leon dapat merasakan bahwa Aurel sedang menatapnya, kemudian Aurel kembali ke tempat tidurnya. "Apa kamu sudah tidur?" Tiba-tiba, Aurel membalikkan tubuhnya dan menatap Leon yang ada di lantai.

"Ya...." Leon menjawab singkat.

"Sudah tidur tapi masih bisa menyahut? Kamu berpura-pura tidur untuk membohongiku?" tanya Aurel dengan dingin.

Leon kehabisan kata-kata. Dia bisa bersikap acuh tak acuh terhadap orang-orang di Keluarga Carson, juga bisa mengabaikan ejekan dan hinaan dari orang-orang seperti Siska. Namun, Leon tidak bisa bersikap santai di hadapan Aurel, wanita yang direndahkan selama tiga tahun karena dirinya.

"Apa yang harus kulakukan besok? Apakah temanmu itu bisa diandalkan? Aurel tiba-tiba mengubah topik pembicaraan.

"Harusnya semua baik-baik saja, aku akan menemanimu besok," jawab Leon dengan suara rendah. Aurel mengangguk, sekarang masalah sudah sampai ke titik ini. Dia tidak punya pilihan lain selain bergerak maju.

Percaya atau tidak pada Leon, dia harus tetap pergi ke Group MoonLight. Suasana di dalam kamar itu menjadi sunyi. Mereka berdua hanya bisa mendengar nafas satu sama lain.

"Leon, coba kamu pikir. Kenapa Keluarga Carson memberikan hadiah pertunangan yang begitu besar? Siapa yang mereka hargai? Ini benar-benar mengejutkan." Entah siapa gadis yang beruntung itu." aurel kembali teringat hadiah pertunangan dengan harga selangit yang mencapai miliaran.

Impian semua gadis adalah bisa menikah dengan keluarga kaya dan menjadi nyonya muda yang terhormat. Bahkan meskipun sudah menikah, Aurel masih mendambakannya. Leon menahan kata-katanya, Aurel belum pernah bicara sebanyak ini dengannya.

Dulu, mereka berdua seperti orang asing. Biasanya mereka hanya akan saling diam sepanjang malam, lalu keesokkan harinya mereka punya kesibukkan masing-masing. Malam ini benar-benar pertama kalinya Aurel berbicara dari atas kasur dan dia yang ada di lantai mendengarkannya. Rasanya sangat luar biasa.

"Mungkin saja karena mereka menyukaimu," bisik Leon sambil menyentuh hidungnya.

Aurel mendengus dingin, kemudian sengaja berkata dengan marah kepada Leon, "kalau mereka benar-benar menyukaiku, maka aku akan langsung menceraikanmu dan menikahi Tuan Muda Keluarga Carson!"

Leon tidak menyahut, hanya berujar dalam hati, "tidak masalah, menikah saja dengannya. Bagaimanapun akan tetap sama." Cahaya bulan masuk ke dalam kamar melalui jendela dan menyinari wajah Leon.

Aurel berbaring miring sambil menatap Leon dengan tenang. Tiba-tiba dia bertanya, "apa kamu tidak kedinginan tidur di lantai?"

"Tidak, sama sekali tidak dingin," kata Leon tanpa ragu. Namun, setelah mengatakan ini, Leon merasa ingin menampar dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia menolak kesempatan sebaik ini.

Benar saja, Aurel tersentak, kemudian berkata dengan dingin, "Bagus kalau tidak dingin." Setelah itu, Aurel langsung berbalik dan tidak memedulikan Leon lagi.

Keesokan harinya, Leon membonceng Aurel menuju Group MoonLight.

"Apa aku benar-benar bisa?" Aurel melihat bangunan tinggi di hadapannya dengan cemas.

Keluarga Bimasena termasuk keluarga besar di kota Golden, tapi mereka langsung terlihat kecil jika dibandingkan dengan Group MoonLight.

"Pergilah, aku menunggumu disini." Leon merokok sambil bersandar di sepeda listriknya. Aurel menarik nafas dalam-dalam, lalu menggertakkan gigi sambil masuk ke gedung Group MoonLight.