Menikah Dengan Banci

Cekikan Angga sangat lah kuat sehingga membuat ketua preman itu kesulitan bernafas. Saat teman-teman nya ingin membantu, Angga langsung saja menen-dang mereka.

Wajah Angga berubah. Tidak seperti Angga yang tadi nya penuh kelembutan. Angga yang sekarang, menyiratkan amarah di kedua mata nya.

"Angga, lepaskan. Nanti dia bisa ma-ti."

"Dia lebih baik ma-ti. Kekurangan satu orang seperti nya akan membuat dunia baik-baik saja."

"Iya sih, tapi aku nggak mau punya suami narapidana. Kalau sampai kamu di penjara, kita bakal batal menikah." Ucap Mawar lantang.

Cekikan itu terlepas. Ketua Preman berusaha meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Ia bahkan kesulitan berpikir dan bangun.

"Bos, ayo pergi. Bisa gawat nanti." Ucap salah satu preman lainnya.

Mereka pun pergi dan membawa bos mereka bersama. Angga langsung memasang wajah imut nya kembali.

"Ayo kita bawa kang bakso nya ke rumah sakit." Ucap Mawar.

Mereka pun membawa kang bakso yang terluka. Mawar masih tidak banyak bicara. Ia masih teringat dengan raut wajah Angga yang tiba-tiba saja berubah tadi.

Mawar sempat merasa takut sesaat karena melihat raut itu. Pikiran nya berkelana entah kemana-mana. Ia sampai berpikir, jika nanti mereka menikah, apa kah mereka akan saling serang ketika marah.

Ah, hal itu benar-benar membuat Mawar frustasi. Ia bahkan tidak konsentrasi dan terus mengabaikan Angga karena pikiran buruk nya itu.

"Apa yang sedang kamu pikirkan, Mawar?"

"eh. Nggak kok. Aku nggak mikirin apa-apa." Ucap Mawar.

"dari tadi kamu diam aja saat aku ajak bicara."

"Apa selama ini kamu ngprank aku?"

"Prank? Apa maksud mu?"

"Kamu, kamu pasti bukan Banci kan."

"Yang bilang aku banci siapa? Kamu kan? Aku nggak pernah bilang kalau aku itu banci. Jadi, apa sebenarnya yang kamu pikirkan."

"Kalau kamu bukan banci, trus kenapa kamu berpenampilan seperti wanita? Rambut panjang, pake Make Up dan skincare bahkan kuku kamu pun lebih indah dari milik ku. Apa kamu punya maksud lain?"

"Maksud lain gimana? Aku melakukan hal itu karena memang aku suka. Bukan kah sudah ku katakan pada mu?"

"Iya sih. Tapi, kok semua nya begitu aneh."

"Dimana letak keanehan itu. Coba katakan pada ku."

"Biasa nya banci kan nggak kuat dan sering takut kalau ada bahaya."

Angga langsung tertawa saat mendengar perkataan Mawar. Mawar nya memang sangat unik.

"Bukan kah sudah aku katakan, kalau aku tidak pernah menyebut diri ku banci. Lalu siapa yang salah sekarang?"

Bukan nya menjawab Mawar malah kembali berpikir.

"Nanti kalau kita sudah menikah, trus kita berantem karena salah paham, apa kamu akan mencekik ku juga seperti preman tadi."

Kini Angga tahu kekhawatiran Mawar. Ia takut kalau akan mengalami kekerasan di dalam rumah tangga.

"Bukan kah kamu lebih kuat dari ku? Mengapa kamu begitu takut. Rambut ku saja selalu kamu jambak. Apalagi coba yang bisa aku lakukan kalau aku sudah jatuh ke dalam pesona mu." Ucap Angga.

"Apa kamu bilang?"

Wajah Mawar langsung merah saat mendengar kata-kata Angga. Ia pun sudah sangat malu.

"Yasudah, ayo aku antarkan pulang. Biar kang bakso di jaga oleh orang-orang ku. Nanti biar mereka yang mengurus semua nya termasuk istri beliau."

"Baik lah kalau begitu. Oh ya, masalah tanda tangan kontrak bagaimana?"

"Aku serius. Aku tidak pernah bercanda jika mengatakan sesuatu. Termasuk saat aku akan menikah dengan mu. Tidak ada yang namanya main-main."

"Angga, Udah dong. Dari tadi kamu buat aku malu."

"Kenapa harus malu. Itu fakta nya."

"Diam nggak! Atau ku jambal lagi nanti rambut mu sampai rontok."

"Ampun deh."

Mereka pun ter gelak bersama sambil sesekali bercanda.

*****

Maharani akan segera memejamkan mata nya saat menerima pesan dari Angga. Ia begitu terkejut saat melihat Reno sedang berada di pelukan wanita lain.

Ia segera pergi tanpa memberi tahu kedua orang tua nya. Ia benar-benar telah kehilangan kesabaran nya kali ini.

Berbekal alamat yang di berikan oleh Angga, ia datang ke tempat karaoke tersebut. Entah bagaimana ceritanya, salah satu pelayan seperti sudah menyiapkan sesuatu untuk Maharani.

"Silahkan Nona?"

"Siapa kau?"

"Saya pekerja di sini."

"Baik, tunjukkan jalan nya."

Maharani dan pekerja tersebut berjalan ke sebuah kamar yang biasa di pakai oleh mereka yang ingin bersenang-senang.

Pintu di buka oleh Maharani, akan tetapi Reno malah tidak menyadari apapun. Ia malah asyik bernyanyi dan memeluk pemandu lagu. Sesekali ia cium pipi mulus wanita yang sedang duduk di pangkuan nya.

Salah satu teman Reno menyadari pandangan mata Maharani. Seketika mata teman nya itu langsung melotot.

Pakaian Maharani bahkan lebih seksi dari para pemandu lagu itu. Ia mematikan musik dan langsung berdiri di depan Reno dan teman-teman nya.

"Jadi, ini yang kau lakukan di belakang ku Reno?" Tanya Maharani.

Reno bukan terkejut melihat kedatangan Istri nya. Akan tetapi, pakaian yang di kenakan oleh Maharani membuat nya tidak bisa berkata-kata.

"Sayang."

"Sayang. Kau bahkan lebih suka memeluk dan mencium pipi mereka dari pada istri mu sendiri bukan?"

"Aku hanya bersenang-senang."

"Kalau begitu, aku juga akan bersenang-senang di sini. Biar kita impas."

Rani membuka jaket yang tadi menutup tubuh nya. Di dalam nya Rani hanya mengenakan lingerie tipis yang sangat menggoda.

Semua teman-teman Reno bahkan hampir mengeluarkan liur nya. Bahkan dua gundukan milik Rani lebih menantang dari pada wanita-wanita yang mereka sewa.

Apalagi pakaian yang di kenakan Rani membuat teman-teman Reno bisa melihat pemandangan gratis di depan mereka.

Bahkan ujung gundukan itu begitu alami. Membuat mereka menghayal kan istri nya Reno.

"Maharani! Apa yang kau lakukan dengan pakaian mu itu!" Hardik Reno.

"Kenapa? Aku juga ingin bersenang-senang. Selama ini suami ku tidak pernah menyenangkan aku. Baiklah. Kalian yang ada di sini, siapapun yang sanggup membayar ku mahal, maka aku akan jadi milik kalian malam ini." Ucap Rani sambil menantang mata Reno.

"Hey kalian, jangan macam-macam ya. Dia itu istri ku."

"Aku akan menjamin kalian. Jadi, tidak perlu takut. Laki-laki itu, menghabiskan uang nya untuk wanita lain. Tapi untuk ku istri nya, seribu pun tidak pernah ia berikan selama menikah."

Teman-teman Reno menggelengkan kepala nya heran. Kok masih ada laki-laki pelit seperti Reno ini.

Teman-teman Reno rata-rata memang masih lajang. Akan tetapi siapakah kira-kira yang akan membeli Maharani malam itu?