Bianca Davis hanya mencintai Liam dalam hidupnya. Apa pun yang dia inginkan pasti akan Bianca dapatkan. Termasuk Liam yang sebenarnya tidak mencintai dirinya. Namun, bagaimana bila Liam memperlakukan Bianca dengan buruk selama pernikahan mereka? Haruskah Bianca tetap bertahan atau memilih menyerah?
Ikuti kelanjutan kisah Bianca dan Liam dalam novel ini! ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
"Laura! Mengapa kamu yang mengangkat panggilannya? Mana Bianca?" tanya Liam.
"Ma... Maafkan aku, Kak," jawab Laura ketakutan Liam akan memarahinya.
Laura ingat dengan jelas kalau Liam sudah mengatakan berkali-kali untuk menjaga Bianca. Namun, hal yang dilakukan sekarang ini pantas mendapatkan amarah dari sang Kakak.
"Laura! Katakan yang jelas apa yang terjadi pada Bianca!" Hati Liam diliputi perasaan khawatir. Tanpa sadar dia membentak Laura untuk mendesak adiknya mengatakan kondisi Bianca.
"Kami dalam perjalanan ke rumah sakit. Kak Bianca menolongku ketika aku hendak dilecehkan. Maafkan aku, Kak," jelas Laura panjang lebar.
"Apa! Kau benar-benar! Ya Tuhan! Berikan alamat rumah sakitnya! Aku akan segera ke sana sekarang juga," ucap Liam.
Percuma saja dia memarahi Laura saat ini, hal itu hanya akan membuat sang adik terus menangis dan tidak fokus pada Bianca. Liam segera membereskan barangnya dengan cepat.
Belum seminggu Bianca keluar dari rumah sakit, dia harus kembali masuk rumah sakit. Liam mengkhawatirkan kondisi Bianca. Tanpa pria itu menyakiti hati dan mental Bianca, berkali-kali perempuan itu terluka fisiknya.
Liam mulai bimbang dengan perasaannya sendiri. Hatinya terus tertuju pada Bianca, tetapi dia menyadari kalau belum ada cinta dalam hatinya. Namun, kebencian mendar*h daging yang awalnya dia rasakan seolah sirna ketika melihat wanita yang sedang mengandung anaknya itu harus terus kesakitan.
"Tunggu aku, Bi. Aku akan datang!" gumam Liam yang segera menyerahkan semua urusan pada asistennya.
Tidak ingin menunggu terlalu lama, dia pulang membelah jalan malam. Beruntung dia memutuskan untuk tidak membawa mobil sendiri. Hari itu, dia diantar sopir keluarga menuju kota S. Perkiraan untuk sampai di jakarta kemungkinan 6 sampai 8 jam. Akan tetapi, Liam meminta sang sopir untuk melaju kencang agar sampai di rumah sakit dengan cepat.
Sementara itu, Bianca segera mendapatkan pemeriksaan. James menunggu dengan tenang, tetapi hal itu berbanding terbalik dengan Laura yang terus berjalan mondar mandir di depan pintu ruang periksa.
"Hentikan langkahmu itu, gadis kecil! Aku sudah cukup pusing mengetahui kalau Bianca datang ke Club untuk menolongmu. Seharusnya, kamu dapat menahan diri untuk tidak terseret dengan orang mes*m itu!" tegur James.
"Maafkan aku, Kak," balas Laura kemudian duduk dan menggigit jari tangannya.
James hanya menggeleng melihat kelakuan Laura. Dia pikir, Liam meminta Laura untuk menjaga Bianca karena gadis itu telah akrab dengan Bianca. Namun, dapat dia lihat sendiri kalau Laura malah membuat sang adik kembali masuk kembali ke rumah sakit.
Belum cukup kepergian Silvia membuat hari-harinya sepi, James harus mendapati adiknya tidak pernah bahagia dalam pernikahannya. Dia sadar kalau pernikahannya dengan Liam. James mulai meragukan keputusannya saat itu, seharusnya dia tidak perlu menuntut tanggung jawab Liam. Sang adik lebih dari mampu untuk membesarkan anaknya.
"Kak, tolong jangan memarahi Kak Liam. Ini semua salahku yang tidak menjaga Kak Bianca dengan baik," ucap Laura memberanikan diri.
Sejak tadi, dia terus memohon maaf pada James yang tidak ditanggapi oleh pria itu. Laura takut kalau hal ini mempengaruhi hubungan Liam dan Bianca. Walau, sang kakak tidak mengatakan perasaannya. Sudah jelas kalau Liam sangat mengkhawatirkan kondisi Bianca dan anaknya.
"Kita lihat saja, nanti. Menikahkan Bianca dengan Liam tampaknya bukan sebuah hal yang tepat. Aku sangat menyayangkan adik kesayanganku terus menderita bersama Liam," balas James.
Laura diam tidak menanggapi ucapan James. Perasaan bersalah terus menancap dalam hatinya. Tidak lagi dia peduli tentang Ivanka yang telah menjebaknya.
Tak berapa lama, seorang perawat memanggil mereka. "Keluarga Nyonya Bianca," ucap sang perawat.
"Bagaimana... bagaimana keadaan kakakku?" tanya Laura dengan wajah penasaran yang bercampur ketakutan. Dia sungguh takut bila peristiwa yang dialami oleh Bianca mempengaruhi kandungannya.
James menoleh dengan cepat pada Laura karena kesigapan gadis itu dalam bertanya. "Katakan bagaimana keadaan adikku!" ucap James lebih menuntut.
"Kondisi Nyonya Bianca sudah cukup stabil. Dia hanya shock karena hal yang dialami. Akan tetapi, kami harap pasien dirawat selama beberapa hari. Selain itu, diharuskan untuk melakukan istirahat total bila sudah di rumah," balas sang perawat.
"Baiklah, terima kasih, tapi bagaimana dengan kandungannya?" tanya James karena sang perawat belum menjelaskan tentang keadaan kandungan Bianca.
"Dokter kandungan sudah memeriksanya, kandungan Nyonya Bianca cukup kuat walau tadi kami periksa terdapat flek. Yang terpenting pasien tidak boleh melakukan aktivitas terlalu berat yang berdampak pada kandungannya," jawab sang perawat.
"Apa kami sudah boleh menjenguknya?" Laura ingin sekal bertemu dengan Bianca dan mengucapkan terima kasih padanya.
"Setelah pasien dipindahkan ke ruang rawat, Anda dapat menemunya," ucap sang perawat.
Dirasa sudah cukup bertanya pada perawat. James menganggukkan kepalanya. Laura memandangi Bianca yang dipindahkan ke ruang rawat VVIP. Serasa dejavu, kemarin dia sangat tidak ingin menjenguk Bianca. Saat ini, dia sangat berterima kasih karena kakak iparnya itu telah menolongnya.
"Terima kasih, Kak Bianca. Maaf aku tidak mempercayaimu," gumam Laura.
***
Bersambung.
Terima kasih telah membaca.